Share

Kemesraan yang Memuakkan

"Sudah puas kau, Nara!"

Plakk!

Nara seketika terkejut, di saat Bella tiba-tiba hadir di hadapannya. Ia pikir wanita itu sudah pergi meninggalkan tempat ini, tetapi nyatanya tidak. Kini Bella malah menemukan tempat persembunyiannya dari kejaran para wartawan, dan berdiri di hadapannya dengan tatapan yang berapi-api.

"Apa-apaan ini? Kenapa kau menamparku?" tanya Nara sambil memegangi salah satu pipinya yang terasa panas.

"Kau bertanya, Nara? Kau pikir aku akan diam saja setelah kau mempermalukanku di depan para wartawan? Hah?" ujar Bella dengan tatapan yang kian menusuk tajam ke arah Nara. Langkahnya semakin maju, hingga membuat Nara semakin terpojokkan.

"Kau ini aneh, Bella! Seharusnya kau berterima kasih kepadaku, karena aku sudah membongkar semua kebusukan suami barumu di awal seperti ini! Bukan malah berbalik menyerangku, seolah-olah aku penjahatnya di sini!"

Tangan Nara bergerak hendak mendorong bahu wanita itu, tetapi sayangnya Bella malah menarik terlebih dahulu rambutnya. Gerakan wanita itu terlalu cepat dan brutal, hingga membuat tubuhnya terus terhuyung ke belakang dan ke samping dengan rasa sakit di kepala yang tak bisa dielakkannya lagi.

"Kau pikir aku peduli itu, Nara? Tidak! Aku tidak peduli! Yang hanya aku pedulikan adalah karirku! Kau telah merusaknya! Lagi pula Evan seperti itu hanya padamu! Bukan aku! Dia sangat mencintaiku, dan aku yakin dia tidak akan seperti itu padaku!" geram Bella yang semakin menyerang Nara secara membabi-buta.

Nara berusaha sekuat mungkin mengumpulkan tenaganya untuk terlepas dari jeratan Bella, hingga akhirnya setelah sekian lama berusaha ia berhasil mendorong wanita itu menjauh. Dengan cepat Nara membalikkan keadaan, hingga kini Bella berada di posisi terpojok persis seperti posisinya tadi.

"Mata kau ini telah dibutakan oleh cinta, Bella! Mas Evan itu telah membohongimu! Dia menikahimu, dengan uang hasil menggadaikan rumah tempat tinggalku! Dia tidak sekaya yang kau kira!" hantak Nara berusaha menyadarkan.

Namun sayangnya, Bella malah menggeleng dengan ekspresi senyum yang entah berarti apa. Kedua alis Nara sampai menekuk hampir menyatu, hingga akhirnya tiba-tiba saja ia merasa sebuah tarikan yang amat kuat dari belakang tubuhnya yang seketika membuat dirinya terjatuh.

"Kau pikir Bella baru mengetahui hal ini, Nara?" ucap seseorang yang seketika membuat kedua netra Nara terbelalak.

Untuk sesaat Nara tak bisa berkata apa-apa, sampai akhirnya ia menatap ke arah Bella dan Evan secara bergantian. Senyum miring kedua pasangan yang baru menikah itu terlihat begitu penuh arti, hingga kedua tangannya pun seketika terkepal dengan erat seiring dengan napas yang semakin memberat.

"Sial! Jadi selama ini kalian berdua telah bekerja sama untuk menghancurkan hidupku?" tebak Nara dengan begitu terkejut sekaligus kecewa.

"Hmm, mungkin lebih tepatnya bukan untuk menghancurkan hidupmu, Nara. Tetapi kami hanya memanfaatkanmu saja," jawab Bella dengan nada manjanya, sambil merentangkan kedua tangannya hendak memeluk Evan.

Bella dan Evan berpelukan tepat di hadapan Nara yang masih belum bisa berdiri dari tempat awalnya terjatuh. Kedua insan itu seolah tak tahu malu, bahkan mereka tidak segan untuk saling menyentuh dan mengecup mesra di hadapan kedua netra hitam Nara.

"Ahh, Bella. Kau ini memang benar-benar memabukkan untukku, Sayang!" desah Evan disela-sela kecupannya.

"Terima kasih, Sayang. Kalau dibandingkan dengan mantan istrimu, mana yang lebih memabukkan, Mas?" tanya Bella dengan melirik sinis ke arah Nara.

Nara berdecak, sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia begitu jijik dengan aktivitas dua manusia yang ada di hadapannya, hingga kini dirinya hanya bisa mengepalkan erat kedua tangannya sambil berusaha mencoba menahan segala rasa pedih dan sesak di hati.

"Mantan istriku? Maksudmu perempuan kampungan ini, Sayang?" tanya Evan, dengan menunjuk lurus ke arah Nara. "Kalau itu jawabannya sih sudah pasti kamu, Sayang. Untuk melihat tubuhnya saja aku sudah jijik, apalagi menyentuhnya? Hanya ada tubuhmu yang menjadi canduku!"

Lagi dan lagi Evan menghujam belati yang amat tajam ke arah mantan istrinya sendiri. Nara tak menyangka, jika ternyata hal itu adalah alasan selama ini Evan tak pernah menyentuh dan menjadi dirinya sebagai seorang istri yang seutuhnya. Dirinya benar-benar sudah dibohongi dari awal dengan begitu mulus, hingga ia merasa tak curiga sedikit pun.

"Kau benar-benar pria yang sangat jahat, Mas!" ucap Nara sambil berusaha untuk berdiri.

Ingin rasanya menangis, tetapi sayangnya Nara tak mau memperlihatkan hal itu di hadapan Evan dan Bella.

"Huh! Tanganmu terlalu nakal, Sayang. Sabarlah sebentar, ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk hal yang seperti ini," desah Bella kembali yang membuat Nara semakin merasa muak.

Nara melihat dengan mata kepalanya sendiri, ketika tangan-tangan kekar suaminya itu bergerak dengan begitu lembut di atas permukaan pakaian Bella. Di mana hal itu membuat hatinya semakin nyeri tak tertahankan.

"Aku harap kau dan istrimu bisa segera mendapatkan karma yang setimpal, Mas! Ingat! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah rela diperlakukan seperti ini!" ujar Nara yang langsung beranjak pergi.

Nara berlari sekencang mungkin, guna menghindari kejaran Evan dan Bella di belakangnya. Ia terus mencari tempat teraman, sambil mencoba menemukan keberadaan mobil Dimas. Namun sayangnya, sampai detik ini kedua netranya tak kunjung menemui keberadaan mobil tersebut. Nara begitu bingung, hingga akhirnya terpaksa bersembunyi di belakang sebuah gedung kosong yang terdapat tak jauh dari tempatnya dengan napas yang tersengal.

"Nara! Ayo, cepatlah keluar dari tempat persembunyianmu! Aku tahu kau di sini! Pembicaraan kita belum selesai, Nara! Kau harus menarik semua pengakuanmu di hadapan media! Kau harus membersihkan namaku dan juga Bella terlebih dahulu, Nara!"

"Iya benar, Nara! Kau harus tanggung jawab! Karenamu, aku jadi sangat malu! Cepat keluarlah!" timpal Bella tak kalah kesal.

Nara terdiam di tempat persembunyiannya. Ia berusaha membekap mulutnya sendiri, agar tak ada sepatah kata apa pun yang keluar dari mulutnya. Bulir-bulir keringatnya sudah semakin bercucuran dengan deras, seiring dengan terdengarnya langkah dua orang yang semakin mendekat.

"Ayolah, Nara! Jangan semakin mempersulit keadaan, sebelum kesabaranku dan Bella habis! Kau cukup menuruti perintah kami saja, lalu kau bisa kembali hidup tenang di luar sana!" ujar Evan kembali, dengan netra yang memandang tajam ke arah sekelilingnya.

Tak hanya Evan, Bella yang di belakangnya juga terus mencari keberadaan Nara. Tak ada satu pun bagian yang mereka berdua lewatkan, hingga membuat detak jantung Nara semakin berbunyi kencang tak karuan. Nara begitu panik, sambil meremas kencang bajunya sendiri. Hingga akhirnya ia pun terpaksa menahan napasnya, sembari merambat perlahan ke arah sebuah anak tangga yang ada di sisinya.

"Awh!"

"Itu dia, Mas!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status