Share

4. Kemenangan belum berakhir

Setelah pertempuran mereka dengan raja iblis, ke 9 dewa yang juga masih luka dan lelah itu beristirahat. Sebenarnya luka yang mereka alami tidak begitu parah bahkan mereka bisa menyembuhkannya sendiri namun karena pertempuran yang sengit telah terjadi membuat mereka kehabisan tenaga.

Terhitung sudah selama dua hari mereka terbaring di atas ranjang yang dilapisi emas. Asta Dewa tersadar terlebih dahulu, dihirupnya aroma teh yang menyejukkan indra penciumannya.

“Hah! Akhirnya sudah selesai juga, kira-kira sudah berapa lama aku beristirahat?” Asta Dewa bergumam. Biasanya mereka jarang melakukan pertempuran yang sungguh menguras tenaga, namun kemarin keadaanya benar-benar membuat mereka kelelahan.

Asta Dewa berjalan menuju kamar Lodaya dan Baruna. Terlihat mereka yang masih tertidur.

“Hey kalian! Cepat bangun! Sudah berapa lama kedua mata itu terpejam?! Apa kalian tidak ingin menghadap kepada Shang Hyang Mahaguru?”

Tidak mendapatkan sahutan dari keduanya, membuat Asta Dewa langsung menyiramkan ramuan yang berada di sana.

Lodaya dan Baruna tergagap karena wajahnya terasa basah. “Apa yang kau lakukan Asta Dewa?” tanya Lodaya dengan geram.

“Kenapa kalian berbaring di atas ranjang yang sama. Ah, atau kalian —”

“Apa? Kita sendiri juga tidak tahu. Ada apa kau mengganggu?” sanggah Baruna dengan cepat.

“Cepat! Tidak seharusnya kita justru beristirahat setelah pertempuran kemarin. Apakah kalian tidak mengingat sumpah raja iblis?”

Asta Dewa mencoba untuk mengingatkan Lodaya dan Baruna tentang sumpah raja iblis. Ketiga dewa itu ingin menghadap pada Shang Hyang Mahaguru, namun sebelum itu mereka terlebih dahulu mencari keberadaan para dewa lainnya.

-o0o-

Di luar istana yang megah, masih terdapat sisa pertempuran mereka. Sebenarnya, Shang Hyang Mahaguru sudah meminta para pelayan dan juga seluruhnya untuk membersihkan area istana, namun entah kenapa sisa peperangan kemarin masih tetap ada saja.

“Dayang-dayangku! Cepat ambilkan aku anggur yang segar!”

Seorang pelayan wanita yang tadi mengipasi Shang Hyang Mahaguru itu pun lantas menaruh benda yang tadi dikibas-kibaskan. Dia menunduk dan berjalan untuk mencari permintaan dari padukanya.

Wanita dengan balutan kain yang cukup banyak di tubuhnya, mencari keberadaan buah anggur di dapur istana. Entah lah, dia sendiri bingung harus mengambil buah anggur yang mana? Dia mengambil piring mas yang berukuran cukup besar, menata seluruh buah anggur yang berada di sana.

Dengan kedua tangannya dia mengangkat piring yang cukup berat. “Ini, Paduka,” ujarnya dengan menaruh piring tersebut di hadapan Shang Hyang Mahaguru.

“Kenapa kau mengambilkan banyak sekali?! Apa kau ingin membuat perutku mulas?” tanyanya.

“Ampun, Paduka, tidak. Hanya saja Saya bingung harus mengambilkan yang mana? Sehingga saya menatanya di dalam satu wadah agar Paduka bisa mencicipi semuanya.”

“Huh! Kali ini akan aku maafkan, seharusnya kau bertanya terlebih dahulu sebelum beranjak dari tempat kau duduk!”

“Ampun Paduka.”

Shang Hyang Mahaguru menikmati buah anggur yang berada di dalam piring besar tersebut. Menikmati rasa asam yang menjalar di tenggorokannya membuat Shang Hyang Mahaguru bergidik.

“Buatkan aku minuman yang segar-segar! Di atas sini sangat panas!”

Shang Hyang Mahaguru kembali memerintahkan seseorang. Kali ini dia hanya meminta buah-buahan yang dipotong dengan diberikan air yang dingin. Di hidangkannya mangkuk yangbterbuat dari mas itu.

“Minuman atau makanan ini?! Kenapa bentunya seperti ini?”

“Maaf, Paduka. Tapi Anda yang memintanya tadi. Saya hanya menuruti keinginan Anda saja.”

“Hah! Ya sudah,” ucap Shang Hyang Mahaguru dengan menghela nafasnya.

Shang Hyang Mahaguru menikmati minuman yang baru saja dibuatkan, hal itu dapat menenangkan kepalanya sejenak yang kemarin berapi-api. Pasalnya raja iblis sudah membuatnya sangat marah.

Sedangkan di luar istana terlihat ke-9 kesatria yang sedang menatap bekas pertempuran mereka. “Tunggu! Memangnya sudah selama ini ya kita istirahat? Seingatku, aku hanya tertidur beberapa jam saja.” Lodaya kebingungan saat melihat bekas pertempuran mereka sudah bersih, memang masih ada beberapa yang berserakan seperti bekas-bekas reruntuhan bangunan walau hanya sedikit saja.

“Beberapa jam saja? Sepertinya tidak! Kita tidur lebih dari beberapa jam, dan kenapa kita bisa tidur?”

“Kelelahan, kan habis bertempur bersama dengan pasukan raja iblis kemarin.”

“Ya ya ya. Tapi tetap saja memangnya kita selama itu hingga bisa tertidur lama sekali?”

“Tenaga kita terkuras habis karena melawan pasukan raja iblis kemarin, tapi kalau diingat-ingat sepertinya aku mengingat sumpah raja iblis sebelum meninggalkan kita.”

“Ya, 1000 tahun lagi. Apa kita lebih baik membicarakan ini dengan Shang Hyang Mahaguru?”

“Nanti saja, aku seperti sudah lama tidak pernah menghirup udara di sini. Apa kita diberikan ramuan untuk beristirahat oleh Shang Hyang Mahaguru?”

“Entahlah, mungkin bisa saja. Sudahlah jangan berpikiran yang lain-lain lagi,” sahut Anantasena.

Ke-9 kesatria dewa memilih untuk mencari udara di sekitar istana milik Shang Hyang Mahaguru. Mereka masih bertanya-tanya apakah 1000 tahun lagi raja iblis itu akan kembali atau mungkin dia akan menjadi sosok yang lebih kuat dibandingkan di pertempuran kemarin?

“Lebih baik kita tanyakan saja kepada Shang Hyang Mahaguru,” putus Lodaya yang tidak bisa menahan rasa kekhawatirannya dan juga keingintahuannya.

Ke-9 ksatria dewa itu pun lantas masuk kembali ke dalam istana yang berwarna emas, langit saat itu terlihat sangat cerah. Namun tetap saja masih ada rasa kekhawatiran yang mendalam di dalam diri ke-9 ksatria dewa.

Ke-9 ksatria dewa itu segera bergegas untuk menemui Shang Hyang Mahaguru, tentunya mereka ingin mengemukakan kekhawatiran mereka. Terlihat Shang Hyang Mahaguru yang masih menikmati minuman yang tadi dibuatkan oleh dayangnya.

Shang Hyang Mahaguru yang menyadari ada ke-9 ksatria dewa itu pun lantas mengalihkan tatapannya dari mangkok berbahan dasar emas, dia menatap ke arah ke 9 kesatria dewa dengan bergiliran. “Ada apa kalian datang kemari? Apakah istirahat kalian sudah cukup? Seharusnya ramuan yang aku berikan di masing-masing kamar kalian mampu membuat stamina kalian segera pulih.”

“Ya, Shang Hyang Mahaguru. Kami bersembilan sepertinya sudah beristirahat cukup lama, kehadiran kami ke sini untuk menanyakan suatu hal.”

Kedua mata Shang Hyang Mahaguru mendelik, “Hal apa yang ingin kalian tanyakan?” tanya Shang Hyang Mahaguru yang kebingungan.

“Apakah Shang Hyang Mahaguru, mengingat sumpah yang diucapkan oleh raja iblis sebelum dia menghilang??”

Shang Hyang Mahaguru menganggukkan kepalanya, “Lalu? Apa yang membuat kalian datang kemari? Apakah kalian ingin menanyakan tentang sumpah yang diucapkan oleh raja iblis? Apa kalian masih memikirkan hal itu?”

Ke-9 ksatria dewa itu menganggukkan kepalanya serentak. Namun senyuman misterius justru timbul dari bibir Shang Hyang Mahaguru membuat ke-9 ksatria dewa bertatapan satu sama lain dan menggelengkan kepalanya tanda jika mereka tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan senyuman misterius dari Shang Hyang Mahaguru.

"Memang hal itu cukup mengganggu kami. Apa Paduka bisa membantu kami?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status