Hari ini, Diki berniat menenangkan dirinya untuk pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kediamannya. Ia menaiki mobil kesayangannya, saat ia memarkirkan mobil di area parkiran, ia mendengar suara seorang wanita yang berteriak meminta tolong.
"Ada apa lagi ini!" gumam Diki yang sudah mengerti dengan situasi di kota ini. Ia membuka bagasi mobil dengan menggunakan remote kunci mobil yang digenggamnya.
Bip! Bip!
Bagasi mobil terbuka secara otomatis, ia mulai mengambil beberapa peralatan senjata api pistol dan menaruhnya di samping celananya. Diki menutup bagasi itu dan ia melangkahkan kaki menuju sumber suara yang snagat familiar di dengarnya.
"Tolong! Tolong aku!" teriak suara seorang wanita yang dikenalnya.
Diki berlari dari tempat dan mendapati 4 bodyguard di serang oleh 10 mayat hidup yang ingin memangsanya, Diki menembaki 10 mayat hidup itu dan untung saja 4 bodyguard itu tidak terkena gigitan. Setelah itu, ia berjalan dan melihat seorang wanita cantik yang sedang melempari beberapa barang di hadapan 2 mayat hidup yang terus berjalan ke arahnya.
Lantas Diki memberikan beberapa tembakan pada dua mayat hidup yang mencoba menyerang ke arah Dissa. Kedua mayat hidup itu tewas di tempat dan Diki berjalan menuju Dissa.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Diki mendapati Dissa yang duduk di balik kayu dengan wajah yang ketakutan.
Diki memberikan telapak tangan kanannya di depan Dissa. "Ayo ikut aku, aku akan mengantarkanmu pulang," ucap Diki berdiri di hadapan Dissa.
Dissa mengangguk dan menyambut telapak tangan Diki. Ia berdiri dan dibantu oleh Diki.
Mereka berjalan menuju tempat parkiran mobil Diki dan diikuti oleh 4 bodyguard di belakangnya.
Setelah sampai di depan mobil, Diki mengambil kunci mobil dari saku celananya dan menekan tombol kunci pembuka pintu otomatis dan ia mempersilakan Dissa masuk ke dalam mobilnya. Ia berjalan menuju bagian stir mobil.
Diki mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Di sepanjang jalan, Diki dan Dissa terdiam dengan pikirannya masing-masing.
Dor! Dor! Dor!
Buammmm!
Terdengar suara ledakan dari ujung jalan sana, untunglah Diki belum melewati jalan itu kalo iya maka ia juga terkena pancaran api besar yang siap memakan mangsanya.
"Dissa, kita putar balik jalan saja. Kita tidak bisa melewati jalan pulang karena disana terjadi kegaduhan lagi. Bagaimana kamu ikuti aku saja, aku ingin pergi mencari makan siang," ucap Diki masih menatap fokus ke arah depan.
"Boleh." jawab Dissa singkat. Dissa mengetahui maksud dari Diki, tadi, saat Diki membantunya untuk berjalan. Diki menceritakan semua kejadian yang sedang terjadi dan disitulah mereka sempat berkenalan dan tukar nomor telepon jika ada keperluan penting.
Akhirnya, Diki memutar balikkan arah mobilnya menuju jalan k dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sampailah mereka di sebuah kafe ternama di pinggir kota X. Diki membuka selt bet dari tubuhnya dan membuka pintu untuk keluar dari mobil. Ia juga membukakan pintu kepada Dissa dan membantunya untuk berjalan.
Di belakang, sudah ada 4 bodyguard yang menjaga keberadaan mereka.
"Ayo masuk!" ajak Diki mempersilakan Dissa berjalan masuk ke dalam ruangan kafe. Diki berjalan di belakang Dissa.
Mereka berjalan menuju ruangan VIP kafe, Dissa duduk di pinggir kaca dan Diki mengambil posisi duduk di depannya. Pelayan wanita cantik itu memberikan daftar makanan di atas meja.
"Selamat datang di kafe kami, ada yang bisa saya bantu?" ucap Pelayan wanita ramah seraya memberikan daftar buku di depan mereka.
"Kamu mau pesan apa? Nanti biar aku saja yang bayar," ucap Diki menatap kedua bola mata indah Dissa.
Dissa mengambil buku daftar makanan dan mulai mengecek makanan apa yang diinginkan.
"Aku pesan nasi goreng dan minumannya jeruk Panas." jawab Dissa.
"Baiklah, saya juga pesan seperti dia," imbuh Diki menatap pelayang yang berdiri di sebelahnya.
"Baiklah, silahkan tunggu ya tuan dan nona akan saya ambilkan," sahut pelayan wanita itu dan memutar badannya menuju arah dapur kafe.
"Oh iya, Aku permisi ke toilet sebentar," ucap Dissa berdiri dari duduknya.
"Iya hati-hati," balas Diki menatap punggung wanita yang berjalan ke arah toilet kafe.
Bruk!
"Maaf! Maafkan aku!" ucap seorang wanita yang menabraknya.
"Dissa mirip sekali dengan adikku, Apakah dia adikku?" gumam Diki pelan.
"Sepertinya aku harus mencari tahu informasi lengkap tentang dirinya." lanjut Diki seraya meminum-minumannya.
Sementara di luar sana, terlihat sebuah helikopter yang lepas landas dari arah belakang kafe.
Daniel, Jesika, Budi, Criss bersama rekan kerja TNI AU siap keluar dari helikopter. Saat ini mereka berdiri tidak jauh dari tempat Kafe.
"Diki, sudah berada disini!" ucap Criss mendeteksi keberadaan Diki melalui jam tangan yang dikenakannya.
"Baiklah, ayo kita masuk dan sebagian dari kita harus berjalan secara berpencar. Demi menjaga keamanan bersama kalian berdua berjaga di depan kafe dan kalian berdua berjaga di belakang kafe dan Hans dan Jesika tetap berada di dalam helikopter. Aku, budi dan Criss berjalan masuk ke dalam Kafe." jelas Daniel panjang lebar. "Tolong, laporkan apabila ada yang mencurigakan," lanjut Daniel.
"Siap!" jawab Hans dan Jesika secara bersamaan. Mereka berjalan masuk ke dalam helikopter dan mulai mengeluarkan CCTV yang melayang di udara.
Daniel, Budi dan Criss melangkahkan kakinya menuju tempat kafe.
Saat ini, mereka telah masuk ke dalam tempat kafe dan mencari keberadaan Diki. Daniel berinisiatif menanyakan kepada salah satu pelayan wanita yang sedang berdiri di hadapannya.
"Permisi, kalo boleh tahu pelanggan bernama Diki berada di ruang mana ya?" tanya Daniel berdiri di depan Pelayan wanita.
Pelayan wanita itu langsung membuka daftar buku yang dipegangnya. "Tuan Diki, duduk di ruang VIP dan ruangannya berada di pinggir sana." jawab Pelayan wanita itu sopan.
"Baiklah, terima kasih," ucap Daniel tersenyum dan mereka berjalan menuju ruangan VIP.
"Diki?" panggil Daniel mengalihkan pandangan Diki yang langsung menatap intens ke arahnya.
"Kamu siapa?" tanya Diki dengan ekspresi wajah binggung.
Daniel, Budi dan Criss berjalan menuju meja yang di tempatinya dan mereka duduk satu meja yang sama.
"Hati-hati, jangan menakuti penduduk. Dalam daftar neraka, ini sedikit lebih awal untuk melihat jauh ke dalam botol, Diki." celetuk Criss.
"Baiklah, perkenalkan namaku Daniel, dokter relawan dari negara Indonesia dan ini adalah rekan kerjaku bernama Budi. Pria yang mengenakan baju berwarna armi ini bernama Criss adalah seorang TNI AU yang siap membantu untuk menyelesaikan kondisi yang tidak kondusif ini," ujar Daniel. "Maukah kamu menerima tawaran kami untuk ikut bekerja sama dengan kami?" tanya Daniel tepat duduk di hadapan Diki.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian. "Kami membutuhkan bantuanmu." jawab Criss singkat. "Aku akan terus mengambil cuti libur," ucap Diki cetus. "Mari kita bicara tentang virus mematikan ini. Ingat jenis B.O.V vaksin yang mereka gunakan?" celetuk Daniel. "Ini sudah sangat lama dan aku lupa itu." imbuh Diki memegang minuman yang hampir abis yang diminumnya. Sementara makanan nasi goreng yang berada di atas meja sudah ia makan tanpa sisa. "Jadi, apa kamu hanya ingin duduk di sini selama berminggu-minggu dan tidak melakukan apapun?" tanya Criss. "Sejauh ini, aku tidak memiliki rencana." jawab Diki cuek. "Hey! Bawakan aku minuman baru." perintah Diki menatap pelayan wanita yang berlalu lalang. "Batalkan pesanan!" ucap Criss cetus. "H
"Itu bukan kalian! Atau apakah itu kalian?" tanya Dissa berdiri di hadapan mereka dan berjalan keluar dari ruangan itu. Criss, Daniel dan Budi terdiam saat mendengarkan semua keluh kesah Dissa yang disampaikan di hadapan mereka. Sementara di tempat lain, Dissa sedang membersihkan tangannya di westalfel toilet. Ia menatap pantulan dirinya di depan kaca toilet. "Itu bukanlah hal yang baik dari diriku," gumam Dissa pada diri sendiri. Dissa mematikan kran wastafel dan membersihkan sisa air di tangannya menggunakan tisu kering. Brak! Dissa mendengar suara dari dalam kamar toilet dan ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju salah satu kamar toilet itu. Ia memegang gagang pintu dan membukanya. saat ia ingin membukanya, ia melihat ada darah segar yang mengalir dari bawah kamar toilet, Dissa menghela nafas sejenak, ia membuka p
"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya. Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki. "Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini. Drt! Drt! Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya. "Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya. "Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Ma
Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya. "Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa. *** "Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya. "Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki. Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut. *** "Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun
Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya."Keadaan dunia akan berubah dengan semestinya, sebentar lagi rencanaku akan berhasil. Sayangku, kau disana pasti akan bahagia. Lihatlah, aku bisa membalaskan dendam lama yang hampir fana." gumam Kenzo dengan senyuman miringnya. Setelah puas, melihat kekacauan yang terjadi di kotanya. Kenzo melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kamar apartemennya. Saat ini, ia tinggal di Apartemen di ujung kota U dan apartemennya paling tinggi dan menjulang dengan tingkatan lantai 30. Kenzo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menduduki diri di pinggir tempat tidur dan diambilnya sebuah bingkai foto yang tertata rapi di atas meja sebelah tempat tidurnya. Kenzo menatap sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan dirinya bersama sang istri tercintanya. "Sayang, aku merindukanmu," gumam Kenzo dengan menitikkan buliran kristal yang membahasi wajah tampannya. "Andai waktu itu tidak terjadi, kita pasti hid
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih yang saling mencintai walaupun salah satu keluarga besar dari mempelai wanita tidak merestui hubungan mereka tetapi mereka tetap melaksanakan janji suci di hari pernikahan ini. Di sebuah taman yang letaknya di pinggir pantai, disana, terlihat beberapa tenda dan dekor bunga mawar putih yang sangat indah bergaya pesta outdoor. Semua orang berdatangan dalam menyambut pesta ikatan janji suci dari kedua insan yang dimabuk cinta. Ayah Kenzo dan Yanti yang merupakan adik kandung Kenzo pun datang dalam menyaksikan acara pernikahannya. Teman-teman dekat Kenzo datang dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Setelah mengucapkan ijab kabulnya dan dinyatakan sah menjadi sepasang suami-istri. Di acara terakhir, saling memasangkan cincin pernikahan. Semua orang yang berada memberikan tepuk tangan yang sangat meriah kepada mereka. Kenzo berdiri dari duduknya dan memberikan isyarat agar tetap tenang. K
Dissa yang masih duduk di atas lantai mendengar semua ucapan dari Kenzo. Ia terus menatap punggung belakang pria yang sedang menelpon seseorang. "Kau merencanakan serangan lain?" tanya Dissa dan Kenzo membalikkan badannya ke arah Dissa. "Aku merencanakan masa depan kita. Waktu kita di mulai dari sekarang." jawab Kenzo berjalan menuju mendekati Dissa. "Kita?" tanya Dissa lagi. "Iya, seiring dengan sisa temanku dan memasuki kehidupan baru kami bersama-sama." jawab Kenzo mengalihkan pandangannya menuju sebuah tampilan foto dirinya bersama istrinya dan seorang laki-laki tua dan wanita muda di sebelah istrinya. *** Di sebuah tempat yang berbeda, terlihatseorang wanita berpakaian seksi sedang mengetik dan di sebelahnya terlihat seorang pria dengan tangan di borgol bersamanya. "Sudah waktunya, Ayah." ucap seorang wanita bernama Yanti menoleh ke arah ayahnya. Pria yang sedang berdiri itu mengangguk dan Yanti berjalan mendek
Drt! Drt! Dissa mengalihkan pandangannya menuju sumber suara panggilan masuk dari ponselnya. Ia segera mengambil ponsel dari tasnya yang terletak di atas meja kerja Kenzo. Baru saja, Dissa melangkahkan kakinya menuju meja kerja Kenzo tetapi ia kalah cepat dengan dirinya. Kenzo berhasil lebih dulu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan masuk dari ponsel Dissa. "Hallo Dissa! Kau tenanglah disana, aku akan segera menyelamatkanmu," ucap Daniel dari balik ponselnya. "Kau tak akan bisa menyelamatkannya, sebentar lagi, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya, hahaha..." sahut Kenzo melalui panggilan di ponsel Dissa. "Jangan sentuh istriku! Atau akan aku bunuh kau menggunakan tanganku!" ancam Daniel."Hahaha... Kau lucu sekali," ucap Kenzo dari panggilan masuk di ponsel. "Kau!" bentak Daniel. "Tidak perlu mencarinya lagi, cepat atau lambat Dissa akan menjadi milikku. Lepaskan dia dan biarkan aku yang memilikinya," sahut Kenzo me