Share

Part 5 Mendapatkan Penawaran Kerjasama

Hari ini, Diki berniat menenangkan dirinya untuk pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kediamannya. Ia menaiki mobil kesayangannya, saat ia memarkirkan mobil di area parkiran, ia mendengar suara seorang wanita yang berteriak meminta tolong.

"Ada apa lagi ini!" gumam Diki yang sudah mengerti dengan situasi di kota ini. Ia membuka bagasi mobil dengan menggunakan remote kunci mobil yang digenggamnya.

Bip! Bip!

Bagasi mobil terbuka secara otomatis, ia mulai mengambil beberapa peralatan senjata api pistol dan menaruhnya di samping celananya. Diki menutup bagasi itu dan ia melangkahkan kaki menuju sumber suara yang snagat familiar di dengarnya.

"Tolong! Tolong aku!" teriak suara seorang wanita yang dikenalnya.

Diki berlari dari tempat dan mendapati 4 bodyguard di serang oleh 10 mayat hidup yang ingin memangsanya, Diki menembaki 10 mayat hidup itu dan untung saja 4 bodyguard itu tidak terkena gigitan. Setelah itu, ia berjalan dan melihat seorang wanita cantik yang sedang melempari beberapa barang di hadapan 2 mayat hidup yang terus berjalan ke arahnya.

Lantas Diki memberikan beberapa tembakan pada dua mayat hidup yang mencoba menyerang ke arah Dissa. Kedua mayat hidup itu tewas di tempat dan Diki berjalan menuju Dissa.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Diki mendapati Dissa yang duduk di balik kayu dengan wajah yang ketakutan.

Diki memberikan telapak tangan kanannya di depan Dissa. "Ayo ikut aku, aku akan mengantarkanmu pulang," ucap Diki berdiri di hadapan Dissa.

Dissa mengangguk dan menyambut telapak tangan Diki. Ia berdiri dan dibantu oleh Diki.

Mereka berjalan menuju tempat parkiran mobil Diki dan diikuti oleh 4 bodyguard di belakangnya.

Setelah sampai di depan mobil, Diki mengambil kunci mobil dari saku celananya dan menekan tombol kunci pembuka pintu otomatis dan ia mempersilakan Dissa masuk ke dalam mobilnya. Ia berjalan menuju bagian stir mobil.

Diki mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Di sepanjang jalan, Diki dan Dissa terdiam dengan pikirannya masing-masing.

Dor! Dor! Dor!

Buammmm!

Terdengar suara ledakan dari ujung jalan sana, untunglah Diki belum melewati jalan itu kalo iya maka ia juga terkena pancaran api besar yang siap memakan mangsanya.

"Dissa, kita putar balik jalan saja. Kita tidak bisa melewati jalan pulang karena disana terjadi kegaduhan lagi. Bagaimana kamu ikuti aku saja, aku ingin pergi mencari makan siang," ucap Diki masih menatap fokus ke arah depan.

"Boleh." jawab Dissa singkat. Dissa mengetahui maksud dari Diki, tadi, saat Diki membantunya untuk berjalan. Diki menceritakan semua kejadian yang sedang terjadi dan disitulah mereka sempat berkenalan dan tukar nomor telepon jika ada keperluan penting.

Akhirnya, Diki memutar balikkan arah mobilnya menuju jalan k dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sampailah mereka di sebuah kafe ternama di pinggir kota X. Diki membuka selt bet dari tubuhnya dan membuka pintu untuk keluar dari mobil. Ia juga membukakan pintu kepada Dissa dan membantunya untuk berjalan.

Di belakang, sudah ada 4 bodyguard yang menjaga keberadaan mereka.

"Ayo masuk!" ajak Diki mempersilakan Dissa berjalan masuk ke dalam ruangan kafe. Diki berjalan di belakang Dissa.

Mereka berjalan menuju ruangan VIP kafe, Dissa duduk di pinggir kaca dan Diki mengambil posisi duduk di depannya. Pelayan wanita cantik itu memberikan daftar makanan di atas meja.

"Selamat datang di kafe kami, ada yang bisa saya bantu?" ucap Pelayan wanita ramah seraya memberikan daftar buku di depan mereka.

"Kamu mau pesan apa? Nanti biar aku saja yang bayar," ucap Diki menatap kedua bola mata indah Dissa.

Dissa mengambil buku daftar makanan dan mulai mengecek makanan apa yang diinginkan.

"Aku pesan nasi goreng dan minumannya jeruk Panas." jawab Dissa.

"Baiklah, saya juga pesan seperti dia," imbuh Diki menatap pelayang yang berdiri di sebelahnya.

"Baiklah, silahkan tunggu ya tuan dan nona akan saya ambilkan," sahut pelayan wanita itu dan memutar badannya menuju arah dapur kafe.

"Oh iya, Aku permisi ke toilet sebentar," ucap Dissa berdiri dari duduknya.

"Iya hati-hati," balas Diki menatap punggung wanita yang berjalan ke arah toilet kafe.

Bruk!

"Maaf! Maafkan aku!" ucap seorang wanita yang menabraknya.

"Dissa mirip sekali dengan adikku, Apakah dia adikku?" gumam Diki pelan.

"Sepertinya aku harus mencari tahu informasi lengkap tentang dirinya." lanjut Diki seraya meminum-minumannya.

Sementara di luar sana, terlihat sebuah helikopter yang lepas landas dari arah belakang kafe.

Daniel, Jesika, Budi, Criss bersama rekan kerja TNI AU siap keluar dari helikopter. Saat ini mereka berdiri tidak jauh dari tempat Kafe.

"Diki, sudah berada disini!" ucap Criss mendeteksi keberadaan Diki melalui jam tangan yang dikenakannya.

"Baiklah, ayo kita masuk dan sebagian dari kita harus berjalan secara berpencar. Demi menjaga keamanan bersama kalian berdua berjaga di depan kafe dan kalian berdua berjaga di belakang kafe dan Hans dan Jesika tetap berada di dalam helikopter. Aku, budi dan Criss berjalan masuk ke dalam Kafe." jelas Daniel panjang lebar. "Tolong, laporkan apabila ada yang mencurigakan," lanjut Daniel.

"Siap!" jawab Hans dan Jesika secara bersamaan. Mereka berjalan masuk ke dalam helikopter dan mulai mengeluarkan CCTV yang melayang di udara.

Daniel, Budi dan Criss melangkahkan kakinya menuju tempat kafe.

Saat ini, mereka telah masuk ke dalam tempat kafe dan mencari keberadaan Diki. Daniel berinisiatif menanyakan kepada salah satu pelayan wanita yang sedang berdiri di hadapannya.

"Permisi, kalo boleh tahu pelanggan bernama Diki berada di ruang mana ya?" tanya Daniel berdiri di depan Pelayan wanita.

Pelayan wanita itu langsung membuka daftar buku yang dipegangnya. "Tuan Diki, duduk di ruang VIP dan ruangannya berada di pinggir sana." jawab Pelayan wanita itu sopan.

"Baiklah, terima kasih," ucap Daniel tersenyum dan mereka berjalan menuju ruangan VIP.

"Diki?" panggil Daniel mengalihkan pandangan Diki yang langsung menatap intens ke arahnya.

"Kamu siapa?" tanya Diki dengan ekspresi wajah binggung.

Daniel, Budi dan Criss berjalan menuju meja yang di tempatinya dan mereka duduk satu meja yang sama.

"Hati-hati, jangan menakuti penduduk. Dalam daftar neraka, ini sedikit lebih awal untuk melihat jauh ke dalam botol, Diki." celetuk Criss.

"Baiklah, perkenalkan namaku Daniel, dokter relawan dari negara Indonesia dan ini adalah rekan kerjaku bernama Budi. Pria yang mengenakan baju berwarna armi ini bernama Criss adalah seorang TNI AU yang siap membantu untuk menyelesaikan kondisi yang tidak kondusif ini," ujar Daniel. "Maukah kamu menerima tawaran kami untuk ikut bekerja sama dengan kami?" tanya Daniel tepat duduk di hadapan Diki.

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status