Mata Alfian memincing penuh selidik kala melihat kehadiran Randa yang tiba-tiba muncul begitu saja. Lelaki itu mulai merasakan kejanggalan, jalan ini tak searah dengan rumah Randa. Namun, bagaimana bisa pria paruh baya itu tiba-tiba ada di sini? Mungkinkah Randa sengaja mengikuti mereka, sedangkan Cassandra hanya diam. Wanita itu tak kalah terkejutnya dengan sang suami. Jantung Cassandra berdetak tak beraturan, takut jikalau sang suami akan semakin menaruh curiga padanya.Lelaki gagah itu membuka kacamata yang dipakaianya. Membuat sang polisi tersenyum sungkan. Tentu saja Randa bukan orang asing di mata polisi berpangkat rendah seperti polantas yang tengah menahan Alfian dan Cassandra. Kekayaan dan koneksi bisnis Randa membuatnya dikenal akrab oleh orang dari berbagai kalangan."Ada apa ini, Pak? Kenapa anda menahan karyawan saya?" Suara dingin dan penuh wibawa milik Randa membuat pria berseragam cokelat itu menunduk sungkan."Mereka berhenti di area yang dilarang parkir, Pak. Selain
Dira hampir saja menekan tombol send ke nomor handphone Alfian ketika akal sehatnya kembali berfungsi. Gadis itu mengurungkan niatnya, mengingat Cassandra bisa saja menyangkal keaslian video panas itu dengan mengatakan jika semuanya adalah editan, dan membuat Dira semakin terpuruk karena Alfian pasti akan membencinya. Bahkan, kemungkinan besar akan menuduhnya sebagai pengganggu rumah tangganya. Ia juga yakin jika sahabatnya pasti akan langsung menelan mentah-mentah kebohongan sang istri karena sebuah kata cinta. Dira kembali memutar otak, memikirkan bagaimana cara untuk menghancurkan Randa dan Cassandra."Sepertinya Alfian harus melihat sendiri semua kenyataannya, baru ia bisa mempercayai video ini. Aku harus cari cara lain agar dia menyadari kebusukan istri sialannya itu," gumam Dira kemudian merebahkan tubuhnya dengan mata nanar menatap ke arah langit-langit kamar. Pikirannya melayang, mengingat semua kelakuan biadap Randa dan wanita simpanannya sampai membuat sang mama meregang nya
Bersenang-senanglah Cassandra, suatu saat nanti aku juga akan menghancurkan kebahagiaanmu dan Randa. Sama seperti kamu memporak-porandakan hidupku dulu.DiraCassandra mematung, tak habis pikir dari mana Dira bisa mendapatkan nomor teleponya. Lalu, apa maksudnya ancaman ini? Apakah gadis itu akan berusaha membongkar semua rahasianya kepada Alfian agar pernikahanya hancur. Tidak, Cassandra tak akan membiarkan hal itu sampai terjadi. Ia akan melakukan sesuatu untuk menghentikan niat Dira.Wanita cantik itu kembali beranjak dari ranjang, menuju ke kamar mandi dan memutuskan untuk menuntaskan sendiri hasratnya kemudian berganti dengan piyama dan merebahkan diri sembari memeluk tubuh sang suami."Aku sangat mencintai kamu, Mas!" bisik lembut Cassandra yang mungkin tak akan terdengar oleh telinga Alfian yang sudah terlelap sedari tadi.******Keesokan harinya Cassandra terbangun, wanita itu terkejut mendapati sang suami yang sudah tak ada di sampingnya. Namun, semua itu segera terjawab sete
Alfian yang baru saja dibuat kesal oleh Dira memilih untuk segera menyelesaikan proposalnya. Tak sabar menanti jam makan siang yang bersamaan dengan waktu meetingnya. Lelaki itu tetap yakin, jika Cassandra akan datang bersama Randa.Akhirnya saat yang ditunggu telah datang. Sekarang sudah waktunya makan siang, Dira juga sudah menunggu Alfian di lobby untuk menuju ke sebuah restoran tempat mereka akan melakukan pertemuan dengan perusahaan Randa. Gadis itu kembali menunjukan senyum mengejek kala sang sahabat datang dengan wajah datar."Are you ready for kecewa?" tanya Dira dengan pandangan mengejek."Ibu Dira Anindita, tolong berhenti mengejek saya. Saya yakin tidak akan kecewa, bisa kita berangkat sekarang? Karena saya sudah sangat rindu dengan istri saya yang cantik jelita." Wajah Alfian kini benar-benar masam, baginya candaan dari Dira sama sekali tak lucu.Keduanya melangkah menuju mobil Dira yang sudah menunggu bersama dengan sopir kantor di depan lobby. Tak ada percakapan di sepan
Seperti hari-hari yang sudah mereka lewati sebelumnya, Cassandra dan Randa baru saja menyelesaikan permainan mereka di ruangan kerja Randa saat sore mulai datang. Namun, Cassandra yang hendak pergi ke kamar mandi tiba-tiba merasakan pusing yang luar biasa, kepalanya terasa begitu berdenyut hingga memilih untuk kembali menghenyak di ranjang dengan tubuh polos."Sayang, kamu kenapa?" tanya Randa dengan wajah panik karena melihat raut pias wanitanya.Cassandra masih terus memegangi kepalanya yang semakin terasa berputar, "Kepala aku pusing banget, Mas. Bisa tolong bantu aku ke kamar mandi nggak?"Randa mengangguk, dengan sigap lelaki itu membantu wanitanya untuk membersihkan diri. Tak lupa memakaikan baju dan juga mengeringkan rambut Cassandra. Apalagi jam pulang kantor juga telah tiba, pasti sebentar lagi Alfian akan datang untuk menjemput sang istri."Cassandra, sekarang kamu bereskan make upmu sendiri ya. Aku tidak ingin suamimu curiga jika kamu keluar dengan wajah yang masih berantak
Bu Yuni yang memang sudah merasa tak sabar untuk segera melihat hasil tes kehamilan sang menantu segera mendekat. Menghampiri Cassandra yang masih menyembunyikan benda mungil itu di balik punggungnya. Wanita itu tak mengerti, harus bahagia ataukah harus sedih setelah melihat dua garis merah yang tergambar jelas pada benda mungil di tangannya."Sayang, bagaimana hasilnya? Garis dua atau garis satu? Ibu sudah penasaran sekali." Suara lembut Bu Yuni membuyarkan segala lamunan wanita cantik itu. Dengan tangan gemetar, Cassandra menyerahkan tespek di tanganya kepada sang ibu mertua.Seketika rona kebahagiaan tergambar jelas di wajah yang mulai menunjukan garis keriput karena termakan usia. Alfian ikut mendekat, penasaran dengan hasil tes kehamilan sang istri."Bagaimana, Bu? Apakah Cassandra benar-benar hamil?" tanya Alfian pada sang ibu yang masih memandangi benda mungil di tanganya seraya menyunggingkan sebuah senyuman."Lihat Alfian, ada dua garis merah. Ini tandanya Cassandra benar-ben
Fokus pandangan mata Alfian langsung tertuju ke arah sisi ranjang yang kosong. Lelaki itu langsung bangkit dari posisinya, kepalanya celingukan mencari sosok sang istri yang tak lagi berada di sampingnya. Entah ke mana perginya wanita cantik itu."Cassandra, kamu di mana, Sayang?" Alfian setengah berteriak memanggil nama sang istri. Namun, sama sekali tak ada jawaban. Hanya sayup-sayup terdengar suara tangisan, Alfian mulai mengayun langkah kaki untuk mencari sumber suara itu, hingga menemukan sosok Cassandra yang tengah menangis di balkon kamar sembari memeluk lutut. Sama persis seperti kejadian tadi ketika wanita cantik itu menangis karena ingin memakan mi ayam yang sebelumnya ia lihat di media sosial.Alfian menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak terasa gatal, menatap sang istri yang masih meyembunyikan wajah di antara kedua lutut, "Kok perasaanku jadi nggak enak begini, jangan-jangan akan ada drama ngidam lagi ini."Tanpa diduga, ternyata Cassandra mendengar suara sang suami yang t
Suara Cassandra yang begitu memekakan telinga membuat Alfian terbangun dari tidurnya karena kaget. Lelaki itu berdecak kesal mengingat sang istri sudah mulai berdrama sepagi ini. Namun, Alfian berusaha untuk meredam emosinya. Bagaimanapun juga ia tetap menyadari jika saat ini sang istri tengah mengandung calon anak mereka. Apalagi semalam Bu Yuni sudah memberikan nasihat untuknya."Ada apa sih, Sayang? Kenapa teriak-teriak begitu?" tanya Alfian setelah emosinya mereda.Cassandra memonyongkan bibirnya, wanita itu mendekat dan menghenyak di samping sang suami, "Semalam kan aku minta nasi banting dan sate telur puyuh, Mas.""Iya, terus waktu aku pulang kamu kan udah tidur?" Alfian mengingatkan sang istri tentang kejadian semalam."Kok kamu nggak bangunin aku? Terus nasi bantingnya mana?" Wanita itu menadahkan tangan di depan wajah sang suami.Alfian memutar bola matanya malas, untung semalam ia mengikuti saran Bu Yuni. Terlepas makanan itu sudah basi atau tidak."Aku simpan di dapur, tap