Ya. Rich pasti tengah bercanda atau sedang menguji Jovanka. Baru berapa hari yang lalu pria itu mempertanyakan kembali tentang tuduhan Cataline yang mengatakan Jovanka memasuki kamar tidur mereka. Rich pasti belum bisa mempercayai semua penjelasan Jovanka saat itu, sehingga dia menguji seperti ini. Mungkin, Rich berpikir Jovanka akan langsung menunjukkan wajah senang, merasa dirinya sudah berhasil merayu pria itu. Jika benar seperti itu, Rich salah besar. Jovanka sama sekali tidak menunjukkan wajah bahagia, justru dia merasa seperti orang bodoh."Hahaha!" Gadis itu tertawa terbahak-bahak, bahkan air matanya ikut keluar oleh tawa keras yang keluar dari mulutnya."Tuan Cullen, jika Anda bercanda, sungguh itu tidak lucu. Dan jika pun Anda serius mengatakannya, aku tidak tertarik sama sekali. Setelah bayi ini lahir, aku akan pergi dan kita tak punya urusan lagi. Bahkan menjadi baby sitter sekali pun aku tidak akan mau mengurus bayi Anda."Jovanka membalikkan kalimat yang pernah Rich kat
"Nona Jovanka, jangan membuat Tuan Rich marah. Masuk lah ke dalam dan biarkan bunga-bunga itu."Seperti yang Rich katakan, Ken tidak lagi ikut ke kantor menemani tuannya. Mulai hari ini dia ditugaskan menjaga Jovanka mulai berangkat ke kampus sampai gadis itu kembali ke vila lagi. Ken pikir pekerjaannya akan menjadi ringan, ternyata gadis di depannya juga sangat merepotkan."Nona Jovanka, tolong dengarkan perkataanku," ulang Ken, dan hanya dilirik oleh gadis itu."Tenanglah, Tuan Kendrick, ini hanya sebentar. Aku akan masuk begitu selesai dengan bunga-bunga ini, mereka sangat menyedihkan."Menyedihkan? Ya, sejak tadi itu lah yang Jovanka katakan. Bunga-bunga yang tidak terurus di pinggiran pagar dia anggap kasihan, karena tidak tumbuh subur seperti yang lainnya. Dan satu lagi, setiap kali Jovanka selalu memanggilnya dengan sebutan tuan, membuat Ken tidak nyaman."Aku akan memanggil tukang kebun esok, Anda tak perlu melakukannya. Ingat pesan Tuan Rich, Anda harus menjaga bayi itu baik
"Jovanka, hei, aku tidak bermaksud begitu."Rich mengikuti Jovanka dari belakang, berbicara di belakang gadis itu. Dia sudah salah bicara dan membuat Jovanka tersinggung. Tapi, Jovanka tidak mengatakan apa pun dan masuk masuk ke dalam vila, mengabaikan Rich di belakangnya."Jovanka... ayolah, jangan hanya diam. Katakan kau sudah tak marah, aku salah bicara," kata Rich lagi, mengikutinya sampai ke depan pintu kamar.Gadis itu berhenti, melihat ke belakang dan berkata, "Aku akan masuk, Tuan, jangan mengikutiku.""Tapi masalah kita belum selesai, Jovanka. Kau tidak boleh pergi sebelum menyelesaikan masalah."Jovanka tanpa ekspresi pun menjawab, "Kita tak ada masalah, Anda yang berlebihan."Dia masuk dan menghilang dari pandangan, begitu pintunya kembali tertutup."Hei, kenapa sesulit itu dia mengerti?" Kesal Rich tak dipikirkan oleh Jovanka, hanya peduli dengan kesalnya sendiri. Padahal seharusnya Rich lah yang marah karena gadis itu melakukan sesuatu yang... bisa membahayakan janin di
Tidak. Tidak. Meski pun pria itu memiliki saudara kembar, tidak mungkin datang ke depan Jovanka untuk meminta maaf. Pria itu tentulah Rich.Gila. Yang pertama kali muncul di benak Jovanka adalah menduga Rich mungkin mulai gila, karena masalah yang dihadapinya dengan Cataline. Bisa saja begitu, kan?Lihatlah, Rich masih berlutut di depan Jovanka dengan buket yang tadi dibawa pria itu, dia menatap Jovanka lama sampai gadis itu merasa dirinya pun akan ikut gila sekarang."Tuan Cullen, apa yang Anda lakukan? Ini tidak lucu, tolong berdiri lah," kata Jovanka kemudian, melihat Rich yang masih tetap berdiri."Aku tidak akan berdiri sebelum kau memaafkanku, Jovanka." Rich memasang wajah memelas, sungguh membuat Jovanka semakin bingung."Kenapa Anda meminta maaf? Berdiri lah, jangan membuat aku dalam keadaan sungkan."Melihatnya tak kunjung berdiri, Jovanka berinisiatif membantu Rich berdiri. Dia pegang lengan pria itu agar tidak terus berlutut di depannya. "Tolong lah berdiri, Tuan, tubuh An
Ken memang gila. Hanya karena ucapan asisten dia meninggalkan rumah dan memilih menetap di vila, untuk menemani gadis itu. Padahal Rich sudah menempatkan Ken di sana untuk menjaga Jovanka, sementara Cataline tinggal sendiri tanpa seorang yang menemaninya.Malam ini akhirnya Rich tidak kembali ke vila, setelah pulang dari kantor dia lantas menuju rumah. Tapi saat tiba di rumahnya, Rich tidak menemukan Cataline di sana. Ketika dia bertanya pada pelayan, mereka hanya berkata tidak tahu.Ke mana Cataline? Apakah istrinya itu sangat tersakiti oleh ucapan Rich, sampai-sampai tidak kembali ke rumah? Rich mencoba menghubungi nomor Cataline, sama sekali tidak tersambung.Rasa menyesal setelah mengabaikan sang istri pun membuat Rich tertekan. Dia berbaring di atas ranjang tidurnya, menyesali semua perkataannya pada Cataline.Apakah Cataline pergi karena Rich tidak peduli padanya? Apakah mungkin Cataline sangat terluka, oleh pilihan Rich untuk mempertahankan bayinya di perut Jovanka? Dia menjad
"Tuan Cullen, kita akan ke mana?"Jovanka bingung diajak turun di depan sebuah Rumah Sakit, oleh Rich. Dia mendongak melihat bangunan tinggi yang ada di depan sana. Tak biasanya mereka ke Rumah Sakit itu, sebab selama ini yang Jovanka tahu, mereka memiliki dokter khusus di tempat lain."Tuan Cullen?" panggil Jovanka lagi.Rich memutar badan menatap Jovanka dan berkata, "Ke Rumah Sakit, kau tak melihatnya?"Oh, Jovanka tahu itu dan tak perlu dijelaskan, dia hanya ingin menanyakan kenapa mereka ke sana, bukan ke tempat biasanya."Maksudku, Tuan Cu-""Satu lagi, jangan panggil aku dengan nama itu terus menerus. Itu nama keluargaku dan aku punya nama sendiri."Kenapa juga dia marah? Lihat saja matanya sangat tak bersahabat, membuat Jovanka memiringkan sebelah bibir. Berapa waktu lalu Jovanka pernah memanggilnya dengan nama sendiri, dan Jovanka takut pria itu akan marah. Tapi, baik lah... jika dia lebih nyaman dipanggil dengan namanya, Jovanka akan melakukan itu."Jadi, Tuan Rich, kenapa k
Sungguh pria yang aneh. Dia bisa marah hanya karena Jovanka tidak melihat padanya ketika berbicara. Padahal, Jovanka hanya takut matanya tidak bisa lekang dari wajah Rich, seperti di Rumah Sakit tadi. Jovanka merasa dirinya bisa gila jika terus mengagumi ketampanan pria itu.Tapi... tunggu.Bukankah baru saja Rich berkata Jovanka terus melihatnya di Rumah Sakit? Bahkan pria itu tahu kenapa Jovanka berjalan di belakangnya, untuk bisa melihat Rich dari belakang. Dia menjadi ngeri, mungkin pria itu memiliki mata di belakang kepalanya."A-anda... tahu?" tanya Jovanka gugup, sekarang dia tak berani langsung menatap mata Rich."Kau pikir aku tak bisa melihatmu? Kau terus menatapku ketika dokter memeriksamu, seakan ingin memakanku hidup-hidup!"Oh sial! Jovanka sangat malu, jika bisa ingin dia buang kepalanya ke luar mobil agar Rich tak melihat wajahnya lagi.Dia membuang wajah ke samping saking sangat malu, Jovanka benar-benar malu."Kenapa? Kau mengalihkan wajahmu lagi saat aku bicara?" ta
"Bagaimana, Tuan, Anda sudah mengatakan pada Nona Jovanka, untuk tetap menjadi ibu bayinya?"Kenrick menanyakan kembali idenya tempo hari, membuat Rich menghentikan pekerjaan. Pria itu menggeser laptop ke arah kiri untuk bisa melihat wajah sang asisten di depannya. "Apakah aku harus mengatakannya sekarang?" Alih-alih menjawab, dia bertanya kembali.Alis Ken mengerut, dia pun bingung apakah sudah tepat waktunya meminta pada gadis itu."Kemarin Anda menemaninya pemeriksaan, kalian baik-baik saja?" Sekali lagi Ken mengeluarkan pertanyaan, yakin lah Rich pasti melempar asistennya dengan laptop yang masih menyala."Sebenarnya, apa yang ingin kau katakan datang ke sini? Kau hanya bertanya sejak tadi.""Aku hanya ingin memastikan, Tuan. Janin itu akan semakin besar dan perut Nona Jovanka pun juga. Anda tidak mungkin terus menunggu, sampai bayi itu benar-benar lahir 'kan? Jadi maksudku, apakah Nona Jovanka sudah menunjukkan ketertarikan pada Anda?"Rich terkekeh pelan oleh pertanyaan dari