Share

Kunjungan Tamu Istimewa

Sesampainya di rumah, Kemala segera masuk lalu mengunci dirinya di dalam kamar. Sebenarnya dia tak tahan dengan sikap Yana serta mengutuki perbuatan Herdian. Namun itulah kenyataan yang harus dihadapinya sekarang. Suami yang dua bulan lamanya tiba-tiba menghilang ternyata menikahi wanita lain. Dan dia menghadiri pernikahan terkutuk itu dengan keadaan sadar.

 Di dalam kamar berukuran 3x3 meter itu dia menangis sejadi-jadinya. Dalam tangisan itu dia menyesal atas semua yang terjadi antara dirinya dan Herdian. Mengapa dia tidak dapat mempelajari apa yang sebenarnya diinginkan suaminya. Seharusnya dialah yang paling mengerti bukan Yana. 

 “Mas, mengapa kamu melakukan ini padaku!” pekiknya dalam hati, sambil membuka lembar demi lembar album foto pernikahannya.

 Angannya melayang jauh ke beberapa tahun silam saat malam pertama mereka. Di hari dan bulan yang sama, mereka melangsungkan pernikahan secara sederhana di rumah orang tua Kemala.

 “Saya terima nikah dan kawinnya, Kemala Larasati Binti Hartono dengan mas kawin berupa ....” Kalimat akad yang diikrarkan oleh Herdian di hadapan ayahnya selaku wali nikah.

 “Bagaimana saksi? SAH?”

 “SAH!”

 Memang saat itu, Yana menentang pernikahan mereka karena Kemala hanyalah anak dari seorang pensiunan guru. Sementara Herdian yang nota bene adalah anak dari mantan Lurah yang kekayaannya jauh di atas keluarga Kemala.

 “Kemala, aku akan menjagamu di sepanjang usiaku,” janji Herdian.

 “Tapi ....” Kemala tak meneruskan kalimatnya karena Yana menatap sinis padanya dari kejauhan.

 “Tapi apa, aku sudah sah menjadi suamimu. Tak akan ada yang bisa memisahkan kita. Soal ibuku, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu meyakinkan dia bahwa kamu adalah menantu dan istri yang baik.”

 Kenangan masa lalu bersama Herdian seolah meracuni pikirannya. Air matanya semakin deras mengalir hingga kedua pipinya basah kuyup. Sedetik kemudian ia tersadar atas kekonyolannya. Kalimat yang diucapkan sang Ayah terngiang-ngiang di telinganya. Dan seketika itu pula Kemala menghapus butiran kristal bening yang telah melemahkannya.

 Malam ini ia lalui seorang diri. Meski terkadang bayangan Herdian yang sedang menikmati malam pertamanya menyeruak dalam pikiran Kemala. Sakit dan pedih terasa menyayat hatinya. Dia bersenang-senang di atas penderitaan Kemala. Dengan susah payah ia menepis semua bayangan menjijikkan yang mungkin dilakukan Herdian dengan istri barunya, Mirna. Entah berapa lama Kemala bergulat dengan kegelisahannya hingga matanya terpejam.

_______

 [“Mbak Kemala, jangan lupa kuenya saya ambil jam 8 pagi ya.”] Sebuah pesan singkat yang dikirimkan seorang pelanggan.

 Kemala mungkin hanya tidur sebentar, kepalanya masih terasa sangat berat. Namun tanggung jawab pekerjaan memaksanya untuk bangun. Sejak pukul 3 dini hari tadi selepas melakukan ibadah sepertiga malamnya, Kemala memulai aktivitasnya membuat kue. Tanpa seorang pun yang membantunya. Sejauh ini pekerjaannya masih bisa dihandle dengan baik.

 Hari ini ada pesanan 2 buah red velvet chiffon cake dan 1 buah puding lumut yang akan diambil pukul 8 pagi. Sementara Kemala baru menyelesaikan 1 dari 2 buah chiffon cake nya sementara 1 yang lain masih di dalam oven, untuk puding lumut masih proses pembuatan lapisannya.

 Tepat jam 7 pagi, semua selesai dikemas. Hanya menunggu si empunya datang untuk mengambil. Tentu aktivitasnya tidak sampai disitu saja, dia akan melanjutkan pesanan kue yang lain. Ada dua pesanan lagi yang dua-duanya akan diambil sore hari.

 “Mungkin sebaiknya aku manfaatkan waktu barang satu jam untuk tidur,” monolognya.

 Wajah Kemala memang tampak sangat pucat dengan kedua netranya yang memerah. Kepalanya juga terasa pusing. Setelah yakin sudah mematikan kompor, ia pun segera tidur. Belum ada lima menit dia memejamkan kedua netranya, seseorang menggedor-gedor pintu rumahnya dengan sangat kasar.

 “Siapa sih, belum juga tidur,” gerutu Kemala, ia berjalan keluar dari kamar menuju pintu bagian depan rumahnya.

 “Iya, sebentar!” teriaknya dari dalam  sambil membuka kunci.

 Dan begitu pintu rumah terbuka, seorang tamu istimewa datang dengan membawa serantang buah-buahan. Seketika rasa kantuknya hilang. Kemudian wanita itu menerobos masuk sebelum dipersilahkan oleh Kemala.

 Tamunya memeriksa seluruh rumah, lalu pandangannya tertuju pada tiga kotak kue yang sudah siap diambil pelanggan. Kemudian ia melirik ke dapur yang dipenuhi bahan-bahan kue dan memang belum dirapikan karena Kemala masih akan membuat kue pesanan lainnya.

 “Ada perkembangan juga kamu. Dari istri yang bisanya cuma minta-minta sama suami, sekarang harus banting tulang untuk cari nafkah sendiri.” Dia membuka kotak kue di atas meja makan, lalu berkata, “Wow ... kelihatannya enak ya, bagaimana kalau saya cicipi sedikit. Siapa tahu saya cocok dengan rasanya.”

 Kemala menjadi sangat emosional ketika Yana berniat mendaratkan sendok untuk kue pesanan orang tersebut. Secara refleks, tangan Kemala menahan tangan jahil Yana seraya berkata, “Ibu mertuaku sayang, jangan yang ini. Saya sudah siapkan yang jaaauh lebih enak daripada ini. Khusus untuk menyambut tamu istimewa sepertimu.” Cengkeraman tangan Kemala semakin kuat hingga Yana terlihat meringis kesakitan.

 Ditutupnya kembali kotak kue tersebut oleh Kemala. Sementara sebelah tangannya yang masih mencengkeram pergelangan tangan Yana. Setelah menutup rapat kotak kuenya, Kemala menyeret paksa Yana menuju ke ruang tamu.

 “Kemala, lepas! Sudah gila kamu ya,” ujar Yana sambil menahan rasa sakit pada pergelangan tangan mulusnya. “Lepas, Kemala! Atau saya akan teriak.” Yana mengancamnya, tapi ancamannya tak membuat Kemala takut.

 “Teriak saja, Ibu mertuaku tersayang. Kupastikan aku akan memotong lidahmu sebelum teriakanmu terdengar oleh orang lain.” Kedua mata Kemala melotot geram ke arah Yana yang sedang menghindari tatapannya.

 “Ternyata tajam juga lidahmu, DASAR JALANG PEMBAWA SIAL!” Dadanya kembali terlihat kembang kempis menahan amarah.

 Dengan santainya Kemala pun mendekat lalu berbisik di telinga Yana, “Bukankah aku belajar semua ini dari Ibu, apakah Ibu lupa?”

 Kemala sama sekali tak menaikkan nada bicaranya, dia tetap berbicara dengan nada dasarnya. Namun dengan kalimat yang menusuk dan mungkin juga mencabik-cabik harga diri Yana. Dan memang itu yang Kemala inginkan.

 “Katakan apa maksud kedatanganmu kemari!” seru Kemala agak kasar, “Apakah kau berniat menceritakan betapa hebatnya menantu barumu? Apakah putra kesayanganmu sudah menceritakan apa saja yang mereka lakukan semalam?”

 “Kemala! Jaga mulutmu!” teriak Yana.

 Kemala kembali mendekat dan berbisik, “Pelankan suara Ibu, jangan sampai harga diri Ibu ternoda hanya karena ketahuan berteriak padaku.” Kemala memperhatikan detail penampilan Yana dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu kembali bersuara, “Biasanya di usia seperti ini akan mudah terserang stroke, jadi kontrol emosi Ibu. Tentu aku tak ingin melihat Ibu meninggal sekarang. Aku ... masih ingin melihat Ibu menderita sepertiku.”

 “Kurang ajar!” Yana mengangkat tangan kanannya untuk menampar wajah mulus Kemala tapi sekali lagi Kemala menangkap tangannya.

 “Sudah Kemala bilang, jaga emosi Ibu. Memangnya Ibu tidak ingin melihat cucu Ibu lahir? Aku lupa bilang, kalau aku sedang mengandung anak dari putra kesayanganmu. Namun jangan berani-berani mengaku bahwa ini adalah cucumu atau anak Herdian. Aku tak akan pernah mengijinkan kalian bertemu apalagi menyentuhnya nanti,” ancam Kemala.

 “Hamil ...? Bukankah kau mandul?”

 “Siapa bilang? Aku hanya belum beruntung dan baru kali ini Tuhan mempercayakannya padaku. Kau, tunggu saja cucu dari menantu barumu.” Kemala berdecak kesal, “Ish ... jangan bilang kau belum memeriksa kesehatan menantu barumu. bagaimana kalau justru dia yang mandul? Apakah sudah kau telusuri silsilah keluarganya?”

 Yana merasa ketir mendengar hinaan Kemala. Dirinya berniat datang untuk memaki Kemala tapi kini situasinya terbalik. Kemala yang habis-habisan menelanjanginya dengan kalimat yang diucapkan lembut tapi terasa perih di relung hatinya. Hingga ia bertekad untuk membalas perlakuan Kemala padanya, entahlah apa yang akan dia lakukan. Dia masih memutar otak untuk menjatuhkan Kemala.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status