"Di mana ayah?" tanya Nada setelah masuk rumah dan tidak menemukan siapapun di sana kecuali pembantu rumah. Bola matanya bergerak mencari sosok orang yang ingin ditemuinya saat ini. Bahkan mata itu terlempar ke atas di lantai dua di mana kamar orang tuanya berada. Kedatangannya sama persis dengan orang asing di sana. Tidak ada sambutan untuk seorang putri yang baru menikah dan meninggalkan rumah, lalu kembali. Ini memang bukan perlakuan yang aneh, Ashera telah menjalaninya selama ini."Tuan masih di dalam kamar, Non."Nada tidak akan menyusul mereka ke sana karena dia yakin orang tua angkatnya itu akan segera keluar dan turun. Vincent harus bekerja, sedangkan kebiasaan istrinya adalah mengantar Vincent sampai pintu depan rumah, setelah itu, ibu tirinya akan bersantai sembari merawat diri atau malah pergi shoping dengan teman-teman sosialitanya.Apa yang dipikirkan dan ditunggu Nada benar, setelah dia duduk dengan gelisah, akhirnya terdengar derap langkah sepatu menuruni anak tangga.
"Aku baru datang, kenapa sudah mau pergi?" Ethan menghalangi langkah Nada.Nada bertambah kesal, hanya saja dia bukan kesal pada Ethan, tetapi pada keluarga Vincent."Tidak ada gunakanya di sini. Mereka tidak lagi menganggap aku anak," ucap Nada ingin menghalau tubuh Ethan dan pergi, tetapi Ethan menahannya.Dari nada suara dan juga mimik wajah Nada, Ethan melihat bukan hanya kemarahan yang dirasakan oleh Nada, tetapi juga rasa kecewa yang mendalam. Hanya saja Nada terlalu pandai menanggungnya.Melihat ekspresi dan ucapan Nada penuh kemarahan, Ethan malah tersenyum manis padanya. Pria itu juga meraih tangan Nada, lalu menepuk lembut pungung tangan lentik dan halus itu. Masih dengan senyum manisnya yang membuat hati dada Nada berdebar ..."Vidor, apa kamu telah membawanya?" tanya Ethan pada seorang pria yang berdiri di belakangnya."Aku membawanya," jawab Vidor."Bagus!" Ethan semakin tersenyum penuh makna. "Mari kita masuk dan bicara pada mereka!" Kali in
"Ethan, jangan dimasukkan hati apa yang telah kami lakukan padamu, terlebih pada Nada!" Tiba-tiba Danica berdiri dan berjalan mendekati mereka. Kali ini Danica menunjukkan rasa sesalnya dan mencoba merayu Ethan."Nada, apa yang aku katakan padamu, sebenarnya hanya ingin menguji seberapa pedulinya Ethan pada istrinya dan ternyata dia sangat peduli padamu," ucap Danica lagi, kali ini ditujukan untuk Nada, untuk mencari perhatian Ethan. Danica pikir, dengan meluluhkan hati Nada, dia bisa menarik simpati Ethan.Sebenarnya Nada sangat kesal dan muak mendengar perkataan manis Danica. Hidup bersama keluarga Vincent selama ini, jelas saja membuat dia mengetahui dan paham bagaimana kakak tirinya itu. Hanya saja Nada tidak ingin menggubrisnya.Nada kembali melempar pandang pada Ethan."Kamu tidak perlu melakukan semua itu hanya untuk mengujiku, Nona. Aku lebih tau bagaimana memperlakukan istriku, meski kamu baru menikah," balas Ethan membunuh harapan Danica. Ethan merangkul pu
"Apa kamu mengira aku menginginkan perhiasan itu?" Nada malah balik bertanya."Mungkin," jawab Ethan.Nada tertawa kecil mengutarakan kekecewaannya terhadap dugaan Ethan. Dia memalingkan wajah dan melihat ke samping, ke luar jendela kaca. Ethan sendiri merasa tidak bersalah atas apa yang diucapkannya. Menurutnya, bila memang Nada tidak seperti itu, dia pasti tidaka akan marah. Berbeda bila gadis di sampingnya itu hanya berpura baik untuk menjaga image dirinya.Beberapa saat kemudian Nada kembali melihat Ethan. Keduanya saling beradu dan terdiam untuk beberapa saat, hingga akhirnya terdengar hempasan kecil suara napas nada."Aku tidak menginginkannya, apalagi itu bukan milikku. Lagi pula aku tidak membutuhkan perhiasan. Jadi, jangan pernah berpikir bila aku meninginginkannya! Sebaiknya kamu lekas mengembalikan barang itu dan memastikan semua yang kamu pinjam utuh, tidak berkurang sedikit pun!"Jawaban Nada menohok bagi Ethan. Terlebih saat melihat ketulusan terpan
"Alexa Group?""Ya, kenapa? Apa kamu pernah mendengar nama perusahaan itu?" Nada memperhatikan ekspresi kaget Ethan."Tidak." Ethan segera mengelak dan menormalkan diri. "Aku hanya pernah mendengarnya saja. Peruasahaan itu sangat terkenal dan besar. Bahkan tidak ada yang bisa menandinginya. Bukankah akan sulit menembus untuk bisa bekerja di sana?" sambung Ethan kembali melanjutkan langkahnya."Ya, yang aku dengar juga seperti itu. Bahkan CEO perusahaan itu bisa dikatakan sangat misterius. Dia sering memberikan perintah, tatapi tidak memiliki wujud." Nada membenarkan apa yang dikatakan oleh Ethan.Sedikit banyak dia juga tau rumor yang beredar tentang Perusahaan Alexa Group. Perusahaan sebesar itu selalu menunjukkan prestasi dan mengembangkan sayap. Setiap pemberitaan yang beredar di media sosial, semua memberitakan tentang kemajuan dan kebaikan Alexa Group. Tidak sedikit pun yang membicarakan rumor tentang keburukannya atau media itu akan tutup untuk selamanya.
"Kenapa?" Semua orang yang ada di ruangan itu bingung dengan penentangan yang dilakukan oleh Erin terhadap perekrutan Nada, padahal hasil tes terulis dan wawancara menunjukkan hasil yang sangat bagus dan memuaskan. Terlebih saat wawancara pun, Erin berlaku ramah dan baik pada Nada."Aku pikir gadis itu tidak memiliki pribadi yang baik." Erin menjawab kebingungan mereka dan membalas satu per satu tatapan mereka secara bergulir."Tidak mungkin. Selama kami melakukan wawancara, dia selalu menunjukkan sikap baik dan tidak ada perkataan atau sikap yang mengarah ke sana." Salah satu dari mereka meragukan perkataan Erin."Kalian belum mengenalnya. Lagi pula dia sangat pandai bersandiwara," jawab Erin bertahan dengan penolakannya."Erin, apakah kamu mengenalnya? Atau jangan-jangan antara kalian telah terjadi perdebatan sebelumnya sehingga kamu menolak dengan keras," duga salah satu lainnya.Mereka pikir antara Erin dan Nada telah terjadi dendam secara pribadi seh
Sekali lagi Nada tidak segera menjawab pertanyaan Ethan. Pandangnya kembali menjelajah wajah tampan Ethan yang masih terlihat tampak lelah, tetapi sangat antusias dan menunggu jawabannya. Nada menghela napas kecil dan sedikit mendesah kesal mengingat kegagalannya bukan karena dia bodoh, melainkan ada campur tangan orang lain yang menghalanginya.Sembari membereskan beberapa kertas yang berantakan di atas meja, Nada akhirnya menjawab pertanyaan Ethan. "Aku merasa telah menjawab semua pertanyaan yang mereka berikan dengan benar. Waktu wawancara pun, mereka memberikan pujian atas jawabanku. Apa menurutmu pujian itu hanya trik mereka saja agar peserta tidak merasa kecil hati?" Nada kembali melirik Ethan sebentar setelah selesai berucap.Sorot matanya benar-benar menunjukkan rasa kecewa dan menyesalkan apa yang menimpa dirinya. Sesulit inikah mencari pekerjaan dalam perusahaan besar?Melihat wajah sedih Nada, Ethan merasa iba dan kasihan, lalu memberika senyum tipis unt
"Oh, itu... aku tadi melihat nyamuk di wajahmu, tapi sudah terbang," bohong Nada.Nada membuat wajahnya kembali normal menekan rasa gugup dan malu dalam-dalam agar Ethan tidak mengetahui dan menertawakannya. Meski sebenarnya dia mengagumi ketampanan Ethan, Nada menunjukkan wajah datar, seolah dia sama sekali tidak pernah merasakan hal itu."Nyamuk?" Ethan mengulang perkataan Nada menjadi sebuah pertanyaan."Emm, bisakah kau lepaskan tanganmu dari tanganku? Tanganku terlalu kurus untuk ukuran tanganmu." Nada mengarahkan ekor mata pada tangan Ethan yang masih mencengkeram lengan rampingnya.Segera Ethan melepaskan cengkeramannya, lalu duduk. Saat matanya beredar memperhatikan kamar, Ethan kaget melihat rupa kamar yang ditempatinya berubah penampilannya. Menjadi sangat rapi dan teratur."Wow, rapi sekali! Apa semalam kamu tidak tidur?" Ethan mengarahkan mata pada Nada dengan sorot takjub atas perubahan yang dilihatnya."Tidur." Nada bangkit dan duduk di samping