Share

7. Tubuh yang Sempurna

Setelah acara perkenalan yang lumayan singkat, Arfeen langsung dituntun ke ruangannya.

“Tuan Muda, ini beberapa berkas yang harus Anda pelajari!” Liam menaruh setumpuk dokumen ke meja Arfeen yang terbengong menatap benda itu.

“Anjir, Liam. Sebanyak ini?” protesnya kesal.

“Ini adalah dokumen kerja sama kita dengan beberapa klien. Sebagai CEO Anda harus mempelajari semuanya.”

Arfeen menggaruk belakang kepala, bukannya ia malas mempelajari semua itu. Hanya saja ... ini terlalu gila banyaknya. Namun ia tetap memungut tumpukan paling atas map itu.

“Oya, Liam. Kau sudah menemukan sesuatu terkait anfalnya Amara di rumah sakit?”

Liam tampak mengembangkan senyum, membuat Arfeen harus mengernyitkan dahi. “Ada seorang pria yang mengenakan pakaian perawat memasuki ruangan beberapa menit sebelum Nona Muda kritis.”

Seketika Arfeen mengalihkan pandangan dari dokumen di tangannya. “Seorang perawat?”

“Orang itu hanya menyamar, Tuan Muda. Kami sudah berhasil menangkapnya!”

Arfeen menghela nafas lega. “Di mana dia sekarang?”

“Ada di markas, apakah Tuan Muda hendak bertemu?”

“Pastikan dulu mereka masih utuh saat aku berkunjung!”

Arfeen melukis senyum di wajah, namun senyum itu bukannya membuat dirinya tampak manis. Justru aura mengerikan yang terpancar. Sudah sangat lama ia tak menunjukkan senyum mematikan itu. Dan saat ini, Liam saja merasa merinding melihatnya.

Tuan mudanya benar-benar sudah kembali, dunia bawah pasti akan heboh jika mendengar kabar ini.

Hari ini Arfeen kembali ke kediaman Larena masih dengan motor bututnya. Sesampainya di rumah itu, ia tak mendapati sang istri di sana. Artinya wanita itu pasti belum pulang.

Maka ia pun memutuskan untuk mandi lebih dulu. Tadi pagi ia pamit pergi untuk mencari pekerjaan, nanti ia harus jawab apa ketika wanita itu bertanya ia sudah mendapat pekerjaan atau tidak. Di perusahaan atau di mana? Posisinya apa?

Karena memikirkan hal itu ia sampai lupa membawa handuk ke dalam kamar mandi.

“Sial! Aku lupa bawa handuk lagi!” umpatnya.

Tapi bukankah sang istri belum pulang! Tak apa kali ia keluar dengan tubuh polosnya itu untuk mengambil handuk terlebih dahulu. Maka dari itu ia pun dengan santainya keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun.

“Arghhh!”

Namun suara teriakkan langsung menghentikan langkahnya. Larena menjerit begitu memasuki kamar dan menemukan Arfeen yang dengan tenang keluar dari kamar mandi tanpa memakai apa pun. Tas tangan mini warna hitam itu pun jatuh dari tangan Larena, wanita itu langsung menutup mata rapat-rapat sambil memalingkan wajah ke samping.

“Arfeen, apa yang kau lakukan?” tanyanya kesal. Jujur saja itu pertama kalinya ia melihat tubuh polos seorang pria secara langsung.

Sementara Arfeen yang awalnya terkejut dengan suara teriakkan Larena kini malah berdiri dengan santai dan tanpa rasa bersalah. Padahal ia sedang telanjang di depan seorang wanita.

Tapi kan wanita itu adalah istrinya, jadi ia merasa kalau hal itu bukanlah sesuatu yang salah. Toh juga tanpa sengaja.

“Kenapa kau tak memakai baju?” tanya Larena lagi.

“Aku lupa membawa handuk saat mandi dan tadi kan Tante belum pulang!” jawabannya sangat enteng. Jelas membuat Larena menggerutu.

Dengan santai Arfeen berjalan ke lemari untuk memungut handuk. Mengeringkan tubuhnya lalu melilitkan benda itu ke pinggang untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

“Sudah nih, kenapa masih tutup mata?” Arfeen sekarang lebih berani. Apalagi sejak mereka pelukan di ranjang sampai pagi.

Larena membuka matanya ia pikir Arfeen sudah mengenakan pakaian lengkap, tapi apa? Pemuda itu hanya mengenakan handuk saja. Larena pun melotot kesal.

“Sudah apanya? Kau hanya pakai handuk!” ia mengomel, namun matanya terpatri pada pahatan indah di hadapannya. Ia tak menyangka jika rupanya memiliki suami yang sangat sempurna secara fisik.

Tubuh Arfeen cukup bagus, ramping, berdada bidang dengan perut sixpacknya. Otot-otot kuat di kedua lengan itu. Nafas Larena terasa panas, dadanya juga sedikit bergemuruh.

“Memangnya kenapa? Aku kan suaminya Tante, tak apa kan kalau tak pake baju di depan Tante!”

Jawaban Arfeen kembali membuat Larena kesal. Bocah ini! Sudah pandai merayu rupanya.

“Kau pura-pura lupa, kita itu hanya menikah kontrak. Dan sebaiknya kau jangan panggil aku Tante!” pintanya. Hal lain yang membuatnya kesal karena Arfeen masih memanggilnya Tante.

“O iya, Tante kan ... eh, kau kan istriku. Mana mungkin aku panggil Tante. Tapi ... aku harus panggil apa?”

Larena menelan ludah, Arfeen yang tadinya pendiam kenapa sekarang jadi perayu seperti itu? Apa karena ia mengijinkannya seranjang malam itu makanya bocah di depannya ini sekarang berani kurang ajar?

“Bagaimana kalau sayang?”

“Apa? Sayang! Tidak!” tolak Larena.

Arfeen berubah menjadi sedikit agresif karena ia mendapatkan kenyamanan saat bersama Larena. Maka dari itu ia tidak akan membiarkan Larena pergi darinya.

“Baby?”

“No!”

“Sweety?”

“Tidak.”

“Cinta?”

“Arfeen, terserah kau mau panggil apa asal jangan Tante. Juga panggilan konyol lainnya itu!” kesal Larena menggeser sedikit pandangannya.

“Ok, nanti aku cari panggilan yang cocok untuk kita deh. Tapi ...,” Arfeen melangkah menghampiri Larena yang tiba-tiba menjadi lebih gugup. Saling gugupnya ia tak bisa bergerak. Padahal ia ingin sekali lari dari ruangan itu, namun entah mengapa kedua matanya itu tak bisa berpaling dari dada bidang Arfeen dan 6 kotak di perutnya itu.

Arfeen menyadari arah mata sang istri, dari ekspresi wanita itu ia tahu jika istrinya pastilah belum pernah melihat pria telanjang sebelumnya.

Tangan Arfeen terangkat, tubuh Larena sedikit berjingkat saat tangan itu menyentuh pipinya. Membelai lembut.

“Kau sangat cantik, Larena!” puji Arfeen dengan tulus. Arfeen yang dulu tak pernah mau terlibat perasaan terhadap semua kekasihnya, kini ia justru ingin bisa membuat wanita di depannya itu jatuh cinta padanya.

Ia tahu Larena menawari pernikahan ini bukan karena menyukainya, namun hanya untuk mematahkan predikat perawan tua itu. Karena menunggu kekasih yang dicintainya kembali mungkin akan butuh waktu lebih lama.

Jika saat ini hati Larena masih milik orang lain, maka itu adalah tugasnya sebagai suami untuk bisa membuat sang istri mencintainya.

Karena Larena masih bergeming maka Arfeen memberanikan diri untuk memagut bibir ranum wanita itu yang merekah.

Kedua mata Larena melotot seketika namun ia tetap diam seolah seluruh tulangnya telah melebur.

Satu kecup yang Arfeen berikan rupanya hanya ditanggapi kediaman oleh sang istri, maka Arfeen pun mengecupnya lagi. Larena tetap diam, ia diam karena terlalu terkejut hingga tak tahu harus berbuat apa. Di sisi lain ia memang terpesona oleh tubuh sempurna sang suami.

Jadi saat kecupan demi kecupan Arfeen lancarkan, ia hanya bisa termangu lalu menutup mata. Ada rasa aneh yang menjalari dadanya. Ini memang bukan kecupan pertama baginya. Ia sering melakukannya dengan Damian ketika hubungan mereka lagi hangat-hangatnya. Namun kecupan yang Arfeen berikan terlalu lembut dan hangat.

Hal itu membuat Larena melambung hingga lupa diri, ia bukan hanya membiarkan pemuda itu menikmati bibirnya namun ia juga membalas perbuatannya. Ketika kedua tangan Arfeen mengeksplor tengkuk dan rambutnya, ia juga meremasi otot-otot indah milik Arfeen.

Kecupan mereka berubah menjadi lebih panas dan liar. Apalagi saat tubuh mereka lebih menempel, saling peluk. Nafas memburu dan suara kecupan menggema ke seisi ruangan.

Larena seolah lupa jika ia dan Arfeen hanyalah menikah secara kontrak dan harusnya tak ada kemesraan seperti yang tengah mereka lakukan.

Arfeen membawa Larena ke ranjang, merebahkan wanita itu di bawah tubuhnya tanpa melepas pagutan. Salah satu tangannya mulai menelusuri lekuk indah tubuh Larena, meremas gundukan kenyal yang langsung membuat Larena melenguh merdu.

Tanggapan yang Larena berikan membuat Arfeen tak bisa lagi menahan hasratnya, ia tak pernah lepas kendali seperti ini. Dengan cepat tangannya itu menyibak blouse yang membungkus tubuh sang istri.

“Arfeen!” seruan dari Larena yang seakan juga sudah tak bisa menahan membuat Arfeen kian semangat. Ia melepas pagutan untuk menatap mata wanita itu yang sudah dipenuhi kabut.

---o0o---

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Sundriyanto
oke lanjutkan bos ku
goodnovel comment avatar
Iwan Hendrawan
dilanjut...thor
goodnovel comment avatar
suhanida al husna
cerita yg bagus bikin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status