Matahari menyapa pagi dengan keceriaan sinarnya. Seceria dan secerah hati para manusia yang penuh semangat. Menikmati dan mensyukuri hidup yang di punya saat ini.
“Pagi, Mer... ” sapa Cia pada Merlin yang tumben pagi itu sudah duduk manis di bangku mereka dengan diam. Tepatnya bukan duduk manis, tapi duduk tenang penuh konsentrasi pada sebuah komik yang terbuka lebar di mejanya.
“Hemh ... ” Merlin hanya menggeram pelan membalas sapaan teman sebangkunya itu. Selanjutnya dia kembali cuek, bahkan menoleh pun tidak.
“Gini nih sedihnya punya teman comic addict. Buku baru di tangan, teman pasti di buang,” ceriwis Cia di pagi hari yang tetap saja tak mendapat tanggapan dari Merlin. Akhirnya, daripada di kacangin dapetnya kacang yang nggak bisa di makan, Cia melangkah keluar kelas.
Niat awal Cia hendak menuju kelas Flo nyamperin sepupunya itu yang sekarang sedikit jarang bersama semenjak dia lengket dengan Vandra. Tapi belum sa
Jangan ragu untuk membuka jendela rumahmu di pagi hari, maka kamu akan melihat betapa indahnya dunia dan merasakan nikmatnya bersyukur karena masih bisa menarik nafas panjang sampai dengan hari ini ... (hahay, hanya sebuah nasehat dari ibu untukku di hari minggu pagi)*****Saat ini mereka berdua tengah duduk bersama di meja makan rumah Aka.“Beneran kamu nggak apa-apa makan siang cuma beginian?” tanya Aka sambil menyodorkan sandwich roti tawar yang sudah dia oles pakai selai strawberry di bagian dalam di tambah dengan taburan meises coklat di bagian atasnya ke arah Cia yang duduk di dekatnya dengan tatapan keheranan. Meskipun nampak ragu, gadis itu menerima roti yang di sodorkan Aka kepadanya.“Ya nggak apa-apa, emang kenapa? Khawatir aku nggak kenyang, ya?” Cia berucap polos menyuarakan isi hatinya. Dan seloroh simple itu berhasil menerbitkan senyum di bibir Aka. Meskipun cuma sekejap. Cowok itu tidak menjawab, meskipun
Atmosfer baru tercipta di dalam kelas. Sepertinya gundukan salju yang selama ini menebarkan hawa dingin dan mencekam (yaelahhh ... ) sedikit demi sedikit mulai mencair.Meskipun tidak serta merta menjadi seorang yang super duper ramah, Aka sudah mulai menjadi seorang yang “welcome” untuk orang lain terutama teman–teman sekelasnya. Mereka tak segan lagi untuk sekedar menyapa, bergerombol di bangkunya sekedar ngajak ngobrol dengan berbagai topik, bertanya seputar pelajaran, mengajaknya menghabiskan waktu istirahat dengan bermain basket atau sekedar jajan di kantin bareng–bareng dan pokok intinya adalah warga kelas tak enggan lagi mulai memperlakukan Aka sebagaimana teman mereka yang lain, yang bisa lepas leluasa tanpa sungkan dan segan seperti sebelumnya.Dan sekarang pun, ketika bersama teman–temannya Aka tampak lebih sering menampilkan senyum tawanya. Meskipun belum sampai terdengar suara tawa ngakaknya sebagaimana ciri khas cowok
Untuk kali ini Zona masih dengan sabar menunggu Aka melanjutkan kalimatnya. Dia tak berani memaksa seperti obrolan mereka sebelumnya tadi, di biarkannya Aka berfikir sejenak begitu melihat adanya sorot ragu yang terpancar jelas dari mata Aka.“Aku ... aku belum yakin dengan perasaanku, Kak,” akhirnya Aka berhasil menyelesaikan kalimatnya.“Maksudnya, kamu belum benar–benar sayang ke dia?” respon Zona cepat berusaha meyakinkan pengertiannya atas ungkapan Aka barusan.“Sayang, Kak. Aku sayang banget pada Cia, pengin selalu bisa lihat dia, ketemu, ngobrol dan memiliki senyumnya setiap hari setiap saat, tapi ... ” kalimat Aka kembali terpenggal penuh keraguan.“But?”“Tapi, mungkin aku masih sebatas mengaguminya kak, karena dia begitu memiliki banyak hal yang sangat berbeda dengan cewek lainnya, aku masih ngerasa ragu, apakah aku pantas untuknya?”“Kamu takut kehilangan dia
Jam dinding sudah nunjuk pukul 06.30. Zona sudah bersiap di meja makan. Hari ini dia nggak ada kuliah pagi, jadi bisa sedikit bersantai di rumah. Dan pagi ini dia menyiapkan menu sarapan berupa nasi goreng dengan telur mata sapi, semua sudah terhidang siap di meja makan.Biasanya jam segini Aka sudah siap dengan seragam sekolahnya dan duduk di meja makan menungguinya yang sedang mempersiapkan menu sarapan pagi. Ya, cowok itu hanya duduk sambil memperhatikan aksi memasak kakaknya, bukan karena Aka tidak mau membantu, tetapi Zona yang lumayan hobi masak itu sama sekali tidak mau di campuri urusannya ketika celemek sudah nempel di badannya dan dia sudah berdiri di depan kompor. Hihi ... jika sudah seperti itu Aka selalu merasa geli, dia seolah anak kelaparan yang sedang menunggui ibunya yang lagi memasak untuk menyiapkan menu makannya.Lima belas menit berlalu dan Aka belum menyusul Zona di meja makan. Hemhhh ... apakah gara–gara semalam Aka jadi susah tidur dan sek
BAB 12 AKHIRNYA...Pesan sebelum baca bab ini, janganlah kemakan kata judul “Akhirnya”, karena ini bukanlah benar–benar sebuah akhir, dan lagipula ini hanyalah sebuah judul. Selamat membaca …*****Cia sudah pulang di antar oleh Zona beberapa jam yang lalu. Dan meskipun sekarang jam udah nunjuk di angka sepuluh malam lewat, tapi sedikitpun Aka belum berhasil memejamkan matanya. Semakin terpejam semakin bayangan itu muncul. Saat dimana tadi Cia tiba–tiba memeluknya dengan erat, saat dimana dia membelai lembut wajah cantik gadis itu, saat dimana dia menciumnya dan Cia hanya terdiam, saat dimana dia melihat tatapan penuh makna di mata indah Cia yang menyuarakan kerinduan, kekhawatiran, sayang dan mungkin ... cinta. Semua terekam dengan lengkap dalam memori Aka.Ah, sungguhkah dia memiliki perasaan cinta untukku? Apakah bukan
Cia mengumbar senyum di depan ponselnya, sesekali jarinya mengetik balasan chat untuk Aka...."Aku lagi di rumah sendiri," tulis Cia menjawab tanya Aka di chat mereka."Gitu di apelin sama pacarnya nggak mau," goda Aka dalam tulisannya. Cia terkikik geli membacanya. Ingatannya melayang pada kejadian siang tadi sepulang mereka dari LESEHAN SAUNG GAUL.Flash back on beberapa jam yang lalu."Hari ini first weekend kita, kamu pengin di apelin nggak?" tanya Aka saat itu. Posisi taksi sudah berhenti di depan gerbang pagar rumah Cia, namun mereka masih menghabiskan waktu dengan ngobrol sejenak sebelum berpisah."Nggak usah, deh. Apelnya nanti weekend minggu depan aja," jawab Cia menolak dengan suara lembutnya."Yakin?" Aka kembali meyakinkan, untuk hari pertama mereka pacaran dia nggak mau mendapat cap sebagai pacar tak bertanggung jawab."Iya, yakin, kok," jawab Cia, senyum tak ketinggalan menghiasi bibirnya."
Jam pelajaran pertama sudah usai lima menit yang lalu. Harusnya sekarang waktunya Si bule Mr.Clark mengajar di kelas Cia. Selain berpredikat sebagai English teacher, Mr. Clark yang bule tulen berkebangsaan Amerika itu juga punya satu julukan keren dari murid–muridnya yaitu “Mister On Time”.Sejarah lahirnya julukan yang nyantol di belakang nama Si Mister Bule itu pasti bukan tanpa alasan ataupun tanpa rencana. Dan, julukan itu memang terbentuk dari partikel–partikel alam yang berkumpul menjadi satu membentuk satu senyawa khusus yang menghasilkan zat “USIL”. Nah, keren khan nama zat-nya? Kalau bukan karena karakter murid–murid belasan tahun yang 85% mengidap syindrom labil, nggak mungkin julukan se-keren itu bakal lahir.Entah karena kebiasaan disiplin yang dia bawa dari negaranya, atau dia yang terlalu cinta dan selalu merindukan murid–muridnya sehingga setiap mengajar dia selalu datang on time alias te
Pulang sekolah, Cia, Aka, Merlin, Flo dan Vandra berencana pergi bareng–bareng ke café langganan Merlin. Kebetulan hari ini adalah ulang tahun gadis itu, hanya saja cewek berwajah manis itu sama sekali tidak mau merayakannya, bahkan hanya diam saja sampai–sampai teman sekelasnya-pun, kecuali Cia tentu saja, tidak mengetahui tanggal spesialnya ini. Namun, sebelum berangkat ke café dengan menumpang mobil Vandra, mereka terpaksa harus menunggu dua orang cowok anggota mereka yang lain karena hari ini kebetulan ada jadwal extrakurikuler basket yang mewajibkan semua anggota klub harus hadir berkaitan dengan adanya jadwal meet and brief dengan pembina pusat yayasan sekolah yang membahas tentang ajang pertandingan basket antar sekolah bulan depan yang levelnya tingkat nasional. Bertiga, Merlin, Aka dan Cia keluar kelas menuju lapangan basket. Lapangan itu sudah nampak rame berisi anggota klub dari kelas lain yang sudah asyik bermain berebut satu bola orang