“Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”“Kamu memang aneh, Radit!”“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.“Apa yang kamu pikirkan, Lan?” “Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”“Kamu cemburu?”“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.“Aku membenci yang namanya kebohong
“Pasti Bima yang membawanya ke sini!” teriaknya dalam mobil sambil memukul-mukul pegangan setir sehingga terlihat kemerahan.Rahangnya mengeras , tatapan seperti elang yang sangat mengerikan.“Aahhhh ... Kurang ajar kamu Bima!”“Kamu akan menerima semua pembalasan bila sudah waktunya tiba, akan kubuat hidup kalian menderita sehingga kalian sendiri yang ingin mengakhiri hidup kalian sendiri!” teriakan kembali.Dengan perasaan campur aduk antara khawatir, marah, benci, membuatnya hampir saja kehilangan akal untuk melabrak langsung mereka, tetapi kemudian dia bisa kembali mengatur emosinya kembali sesaat.“Tenang Arlan ...tenang belum saatnya aku bertindak gegabah, mereka harus mengira kalau aku tidak bisa apa-apa, baiklah kita lihat apa yang akan kamu lakukan kepada Alisa, Bima!” Arlan berjalan menuju lobi hotel itu dengan penuh percaya diri, dia kembali merapikan dirinya yang sedikit berantakan.Nampak dari luar tempat itu adalah hotel mewah berbintang lima, dengan gaya klasik modern.
“Tu-tuan ini serius?”“Tuan nggak salah tuliskan?”“Saya belum menunjukkan semua wanita cantik yang di sana tetapi Anda sudah berani membayar saya dengan jumlah besar seperti ini?”“Kenapa apakah masih kurang jumlahnya? Harga itu baru separuhnya dan jika sangat memuaskan saya akan membayarnya lebih, “ jawabnya santai.“Oh tidak Tuan, hanya baru pertama kali ada yang memberikan saya selembar cek dengan harga yang sangat fantastis, tentu saya akan memprioritaskan Anda sebagai tamu eksklusif,” jawabnya semringah.“Baiklah, sekarang tolong perlihatkan wanita yang betul-betul baru, cantik, dan juga sangat memesona, tentunya dia harus bersih dan terhindar dari segala penyakit,” jelasnya panjang lebar.“Tentu Tuan, kami bisa memberikan wanita terbaik kami. Wanita itu tidak sembarang orang di pakai, karena dia sangat berbeda, walaupun sudah memiliki suami tetapi tubuhnya tetap terjaga dan bebas dari penyakit apa pun.”“Dia memang sangat cantik dengan tubuh yang menarik dan untuk mendapatkan
Ba-baik Tuan, kami akan menyiapkan kamar yang terbaik sesuai keinginan Tuan, “ ucap Doni sembari menyuruh asistennya menyiapkan kamar spesial untuk mereka.”“Tunggu, bawa wanita itu ke kamar langsung dan jika selesai tolong beri tahu saya,” ucap Arlan tegas tanpa melihat Allisa.“Beres Tuan, perintahmu akan kami laksanakan, sambil menunggu, lebih baik kita berbincang sebentar dan perkenalkan dia adalah partner bisnis saya yang saya ceritakan tadi,” jelas Doni bersemangat.Arlan menatap ke arah Bima yang terlihat tersenyum bahagia. “Perkenalkan nama saya Bima Anjasmara Dirgantara, saya juga pemilik tempat ini juga bisa dibilang usaha sampingan,” ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Namun, Arlan tidak menggubrisnya dan tidak ingin menjabat tangan Bima. Rasa kikuk kemudian membuat Bima kesal, tetapi karena ingin mendapatkan umpan besar dia pun harus bisa mengontrol emosinya agar tujuannya tercapai.“Apakah kalian sudah lama membuka usaha ini?” tanya Arlan de
Allisa memandangi wajah dan bentuk tubuhnya sendiri.“Sempurna, aku masih terlihat seperti gadis dan sangat menarik, tidak mungkin pria tampan itu tidak tergoda denganku,” ucapnya tersenyum bahagia dengan penuh keyakinan, tetapi ada rasa canggung.“Aku semakin gugup dan pipiku merona, kenapa aku ini?”“Tenang Allisa, kamu kenapa? Ayuk tarik napas dalam-dalam dan hembuskan,” ucapnya dan mempraktikkan untuk dirinya sendiri.“Tetap nggak bisa, bagaimana ini dan sekarang tanganku gemetar? Dan jantungku? Ayolah Allisa ini bukan pertama kalinya berhubungan dengan pria lain tetapi mengapa dengan yang satu ini sangat berbeda?” “Saat menatap matanya seperti ada sesuatu yang disembunyikan tetapi apa itu? Entahlah ... aku semakin dibuat penasaran oleh pria itu.”“Atau bagaimana kalau aku meminum obat itu, agar semakin ... ah tidak ... Aku tidak ingin melakukannya dengan pria ini, biarlah cinta itu datang dengan sendirinya, sepertinya aku juga sangat tertarik dengan pria ini ... siapa lagi nam
“Tidak ada apa-apa Nona Allisa!”“Nggak apa-apakan saya memanggil nama aslimu saja?” tanyanya.“Bo-boleh terserah Tuan saja,” jawabnya sedikit malas.“Sepertinya kamu tidak suka dengan pembicaraan ini, tenang saja saya tidak akan terlalu banyak berkomentar hanya saja saya ingin tahu siapa wanita yang akan saya pakai,” lanjutnya lagi.Perkenalkan nama saya Elang Pratama, kamu bisa memanggil saya Elang atau Tama terserah.”“Sekarang katakan kepada saya apakah kamu sudah menikah dan mempunyai anak dan di mana keluargamu?” Arlan kembali menatapnya dari balik kacamata hitamnya yang tidak Ingin dilepas.Allisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan itu yang menurutnya terlalu pribadi.“Apa-apaan ini, rasanya aku ingin sekali menampar pipinya,” batinnya berkata dengan raut wajah marah.“Maaf Tuan Elang, kenapa Anda ingin tahu tentang kehidupan saya?”“Saya tekankan di sini kalau saya hanya bekerja dan tugas saya untuk melayani setiap klien untuk memuaskan dirinya ,apakah itu tidak cukup?” tan
“Bagaimana, kamu bisa membatalkan perjanjian kalian kan?” tanya Doni memastikan.“Oke nanti aku bicara lagi dengan orang itu,” jawabnya sedikit bingung.“Ayolah Bima, kamu pasti bisa, ini kesempatan langka loh!”“Bang, saya cari Allisa dulu, mungkin dia masih di kamar,” ucapnya mengalihkan perhatiannya.“Oke, suruh dia istirahat yang cukup karena besok malam wajahnya harus terlihat segar dan menarik, kamu paham kan maksudku?” “Beres Bang!”Bima meninggalkan Doni yang masih memandang selembar cek itu yang ada di tangannya dengan wajah bahagia.Bima segera mencari kamar yang tadi mereka berdua pakai.“Oh ini kamarnya.”“Tok! Tok!”“Sayang, apakah kamu masih di dalam?”“Iya masuk saja , pintu nggak di kunci!” teriaknya dari dalam.Setelah mendapat persetujuan dari Allisa, Bima pun masuk, tetapi dai sangat terkejut saat melihat kamar itu sangat berantakan, kamar yang di tata dengan cantik untuk meningkat hasrat kini menjadi porak-poranda.“Sayang apa ini, kalian bermain sampai begini?
Pria paruh baya itu ikut mengamati gelang itu yang ada di tangan Arlan sekarang.“Oh yang tadi namanya Ayumi, warga sini juga, kebetulan dia melihat Bapak yang hampir mau ditabrak sama kamu, untungnya dia cepat kalau tidak mungkin Bapak nggak bisa menemani Nak Arlan di sini,” jelasnya sambil tersenyum.“Saya belum sempat berterima kasih dengan gadis itu, apakah Bapak tahu di mana dia tinggal?” tanyanya lagi.“Tidak jauh dari sini, tetapi sebaiknya nak Arlan tidak malam ini, biasalah orang kampung sini kalau ada pria seganteng Nak Arlan bertamu malam-malam mereka akan menggosip yang tidak-tidak dan soalnya orang di rumahnya itu sangat sensitif.”“Maaf ini Nak Arlan, jika boleh tahu kenapa sampai tidak konsentrasi menyetirnya menang ada masalah begitu?” tanya Pak Tejo penasaran.“Nggak ada apa-apa, mungkin karena saya kelelahan dan bawaannya mengantuk itu saja,” kilahnya berbohong.“Oh begitu ...”“Ya sudah Pak, kalau begitu saya pamit pulang saja lagian sudah malam, permisi.”“Sudah