Share

Pesan Adnan

Bab 5

Aku mengabaikan pesan dari Mas Adnan jangankan 20 juta, 1000 perak saja aku tak sudi mengirim lagi untuknya.

Ya keuangan memang aku yang mengendalikannya, mungkin Mas Adnan bisa mendapatkan uang lebih dari perbuatannya menipuku, yang tanpa aku sadari telah dicurangi selama ini. Padahal aku juga memberinya uang tidak dalam jumlah yang sedikit.

Aku kembali membuka grup WA dan sepertinya Suamiku belum menyadari jika nya aku telah menyadap akunnya.

Mungkin ada 10 foto yang dikirim oleh Kemala setengah jam yang lalu, mereka sedang berada di dalam mobil sepertinya juga dengan mantan mertua Mas Adnan, juga ada 1 perempuan muda. Apakah itu adik dari Kemala. 

Aku sempat bertemu dengan mantan mertua Mas Adnan ketika dulu kami menikah, mereka hadir tapi wanita muda ini aku belum pernah bertemu dengannya, dari raut wajahnya ia cukup mirip dengan Kemala.

[Kita OTW dulu!] begitulah caption Kemala dan langsung dipenuhi komen dari ipar dan ibu mertuaku.

Mereka membalas pesan Kemala dengan bahagia.

 [Seneng deh lihat kalian begini. Kapan sih kalian rujuk? Sepertinya kalian itu masih cocok.] balas mbak Feli.

 [Iya Mbak, aku juga setuju jika kalian merujuk kalian itu serasi banget!] timpal Dea.

[Semoga kalian cepat rujuk ya, itulah doa ibu.] ibu mertuaku ikut membalas dengan emot senyum, munafik sekali keluarga ini aku merasa muak membaca deretan pesan dari mereka.

Hari sudah menjelang siang, aku berniat kembali ke rumah Mama. Untung saja aset yang kumiliki tak pernah kutaruh di rumah, surat-surat penting. Sehingga Mas Adnan tidak bisa melakukan apapun pada hartaku.

Ponselku berdering Mas Adnan menelponku, mungkin dia sedang resah menunggu transferan. Aku sengaja mereject panggilan dari Suamiku itu, dan kembali fokus menyetir beberapa kali ponselku berdering namun aku tak menghiraukannya.

 ***

Saat akan keluar dari dalam mobil aku kembali mengecek ponsel. Ada 4 panggilan tak terjawab dan 3 pesa. baru dari Mas Adnan.

[Kenapa kamu tidak mengangkat telponku, Kania!]

 [Kamu sedang ada di mana Kania! Cepatlah angkat teleponku, ini sangat penting.]

[Kania kamu dimana!]

Dan ponselku kembali berdering, sepertinya mas Adnan tak menyerah untuk menghubungiku jika masalah uang saja dia cepat, sedangkan semalam saja untuk menanyakan kabarku dan Riko tidak ada.

 Terpaksa dan juga penasaran akhirnya aku mengangkat telepon dari Mas Adnan.

"Kenapa kamu tidak mengangkat telponku?" Mas Adnan seperti marah karena kuabaikan.

"Aku sedang di jalan tadi Mas!"

 "Tapi kamu sudah membaca pesanku, kenapa kamu tidak mengirim uang yang aku mintam" ujarnya.

 "Memangnya uang yang lima belas juta seminggu lalu aku transfer, sudah habis Mas? Kamu gunakan untuk apa!"

 "Kenapa kamu bertanya seperti ini, seakan tidak percaya padaku. Aku sedang berada di rumah Joni saudara Ibu. Istrinya akan melahirkan dan aku ingin membantu mereka!"

"Membantu, apakah mereka tak punya asuransi kesehatan?" jawabku.

 "Kania dia orang tidak punya. Kamu tahu kan keluargaku banyak orang yang tidak mampu, ini istrinya mau melahirkan dan harus operasi caesar, ia membutuhkan dana cepat ini keadaan darurat Kania!" jelas Mas Adnan.

 Aku ingin tertawa keras ketika mendengar alasan Mas Adnan untuk meminta uang. Seniat ini dia berbohong padaku, bahkan sampai mengarang jika ada keluarganya yang mau operasi caesar sungguh menggelikan alasan yang telah ia buat.

"Kania kenapa kamu diam saja, cepat kirimkan uang itu sekarang juga. Mereka sangat butuh!" Mas Adnan setengah berteriak.

 "Maaf Mas, tapi aku ada kebutuhan mendesak juga. Jadi tidak bisa memberikanmu uang, kamu bantu saja dia semampumu!" aku mematikan sambungan telepon biar saja Mas Adnan merasa  kesal karena perbuatanku.

Kini ponselku kembali berdering dan yang menelpon gantian ibu mertua, mereka berani berbuat curang denganku dan sekarang mereka kelabakan.

 "Kania cepat kamu datang ke rumah ibu sekarang juga!" ujar ibu mertua tanpa mengucap salam atau apapun, suaranya yang cukup cempreng itu memekakkan telingaku.

 "Maaf bu, tapi aku sedang sibuk tidak ada waktu kesana."

 "Sibuk apa kamu itu, cepat datang kemari ada masalah penting. Ibu ingin bicarakan denganmu, jangan membantah lagi!" ucap Ibu kembali dan mematikan telepon.

Apakah dia memintaku datang karena ada hubungannya dengan Farhan. Apakah pria itu sudah mengadu pada ibunya? Baiklah lihat apa yang akan ibu mertuaku katakan.

Aku kembali pergi dan kini menuju rumah ibu mertua.

**

"Dia datang pembuat masalah,  telah mempermalukan aku di depan calon istriku!" ujar Farhan menunjukku.

Ternyata mereka sudah berkumpul di rumah Ibu. Ada di ada juga Mbak Feli, dan Dea. Apakah sengaja ingin mengeroyok diriku.

 Jangan ditanya raut wajah mereka. Seperti akan menerkamku bulat-bulat, terutama ibu yang tampak sangat marah dengan sorot matanya yang tajam ia menatapku.

"Apa yang kamu lakukan pada Farhan, kamu mulai mau mencari masalah? Kamu harus datang kerumah Mayang dan meminta maaf padanya!" ujar Ibu.

 Mayang Oh aku ingat dia adalah calon istri Farhan.

"Untuk apa aku meminta maaf padanya?" ujarku.

 "Tentu saja Mbak harus minta maaf dan jelaskan tentang masalah tadi!" timpal Farhan.

"Aku sudah menjelaskan yang sebenarnya pada  calon istrimu itu, jika memang pemilik toko itu adalah aku bukan kamu!" jawabku.

"Sekarang kamu sudah berani menjawab Kania. Apa salahnya kamu berbohong demi Farhan? Apakah kamu ingin membuat Farhan terlihat buruk didepan calon istrinya, mereka itu akan menikah. Dan kamu beraninya memecat Farhan!" ujar ibu mertua. 

"Hei Kania, kamu mau di ceraikan adikku!" hardik Mbak Feli.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mendingan diceraikan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status