Rasa penasaran Tarina masih ia pendam sampai di rumahnya. Dia pikir Irani tidak mungkin memiliki banyak uang untuk belanja sebanyak itu.
Aditya bilang kemarin dia sudah mengurangi uang belanjanya menjadi setengahnya, darimana Irani mendapatkan uang untuk membeli barang-barang mahal?"Mas, tadi aku itu ketemu sama mantan istri kamu, dia belanja barang-barang mahal. Darimana dia punya banyak uang?"Baru saja Aditya datang ke apartemen Tarina, perempuan itu sudah langsung bertanya mengenai Irani."Ya mana aku tahu lah Rin," jawab Aditya singkat.Tarina tidak percaya ekspresi Aditya hanya seperti itu. "Harusnya kamu tahu dong mas, kan sebelumnya kamu yang kasih dia uang belanja.""Aku cuma kasih setengahnya aja seperti saran kamu, mana aku tahu dia belanja banyak dapat uang darimana."Aditya menanggapi semua itu dengan santai. Padahal Tarina sudah geram dan panas melihat Irani bisa belanja banyak seperti dirinya."Apa jangan-jangan dia curi uang kamu?"Aditya menatap Tarina yang masih saja penasaran dengan Irani. "Tadinya aku pikir juga gitu, dia akan ambil uang aku yang sengaja aku taruh di meja, tapi uangnya masih ada kok, dia ga ambil sepeserpun," ujar Aditya."Terus dapat uang darimana buat shopping banyak dan hampir ngalahin harga barang-barang aku?""Ya pasti dari uang belanja yang aku kasih lah Rin, udah lah ga usah dipikirin, itu juga uang belanja terakhir yang aku kasih ke dia. Besok juga uangnya aku kasih ke kamu," ujar Aditya mencoba membuat Tarina melupakan soal Irani.Tarina merasa kesal dengan Aditya, dia pikir dirinya harus menyelidiki sendiri soal Irani."Pokoknya, setelah bercerai dari kamu, aku ga mau dia hidup bahagia apalagi bisa shopping-shopping ria kaya gitu mas.""Ya apa masalahnya? Kalau dia mau shopping pakai uang dia sendiri ya biarin aja lah, yang penting kan bukan uang dari aku.""Segampang itu kamu bilang mas?" tanya Tarina tidak percaya. "Aku benci sama mantan istri kamu itu, dia udah bikin semua teman-teman aku jadi memandang aku buruk karena nikah sama kamu sedangkan kamu masih sama dia," jelasnya."Mau gimana lagi? Itu kenyataannya, sekarang kan dia udah pergi, dan aku udah jadi milik kamu. Ga usah lah kamu dengerin temen-temen kamu itu."Tarina semakin sungguh emosi dengan Aditya karena terlalu cuek pada masalahnya. Perempuan itu tetap menyimpan dendam pada Irani dan berniat akan membalaskannya suatu saat nanti.Malam hari Tarina melihat postingan di I*******m dan F******k Irani. Foto antara Aditya, Irani dan Mishka. Foto-foto itu yang juga di screenshot oleh teman-teman Tarina lalu dikirimkan padanya dengan berbagai macam pertanyaan dan kekecewaan dari teman-temannya setelah mengetahui dirinya menikah dengan laki-laki yang sudah beristri.'Kamu udah bercerai dengan mas Aditya mba, jadi kamu hapus foto-foto ini!' suruhnya pada Irani melalui W******p miliknya.Mendapatkan pesan seperti itu dari Tarina, Irani merasa ingin tertawa saja. Mereka lalu saling berbicara melalui pesan aplikasi itu.Irani:'Kenapa ya? Memangnya ada yang salah dengan foto itu?'Tarina:'Iyalah. Laki-laki yang ada di foto itu sudah jadi milikku. Kamu udah ga ada hak lagi buat pajang suami orang di akunmu itu.'Irani:'Oh selamat ya atas pencapaiannya sebagai pelakor. Hadiahnya bisa kamu ambil di akhirat nanti. Tapi maaf, foto dan kenangan itu sah menjadi milikku karena di foto itu mas Aditya masih suamiku.'Tarina:'Memang ga tahu malu kamu mb, sekarang mas Aditya itu sudah pilih aku daripada kamu. Jadi hapus aja foto itu.'Irani:'Memangnya kamu siapa nyuruh-nyuruh aku ha? Cuma gara-gara foto aja kamu kepanasan begitu, bagaimana kalau aku keluarin semua momen bahagiaku sama mas Aditya dulu? Mau apa kamu? Dapat laki-laki sisa dari orang lain aja belagu.'Irani tidak akan menghapus foto itu sekarang. Dia ingin melihat Tarina geram padanya, setelah itu Irani pasti akan menghapusnya.Lagipula dirinya juga tidak berniat untuk membagikan kenangan-kenangan bersama Aditya di akun media sosialnya setelah ini. Saat ini hanya untuk terakhir kalinya.Malam hari Irani mengerjakan pekerjaannya sebagai copywriter setelah berhasil menidurkan Mishka di kamarnya.Selama ini Irani banyak menerima klien dari luar negeri karena kemampuan berbahasa Inggrisnya sangat bagus. Pendapatan yang ia dapatkan juga tidak tanggung-tanggu karena dibayar dengan dollar atau kadang juga dengan Euro. Nilai uang itu cukup besar bila dirupiahkan.Handphone Irani tiba-tiba berbunyi, menampilkan nama sang mantan suami. "Hallo," sapanya meskipun malas."Besok aku mau ketemu sama Mishka," pinta Aditya langsung."Setelah pulang sekolah," jawab Irani singkat.Dia mengijinkan Aditya bertemu dengan Mishka namun setelah gadis kecil itu pulang dari sekolah."Ga perlu pulang sekolah, pagi-pagi kamu antar di kesini!" suruh Aditya.Irani tentu tidak terima laki-laki itu menyuruhnya seenaknya. "Keputusanku tidak akan berubah, tidak ada yang boleh mengganggu jam belajar Mishka di sekolah termasuk kamu.""Kamu ini apa-apaan sih? Jangan sok berkuasa atas Mishka ya. Aku ini ayahnya," ujar Aditya dengan nada tinggi."Aku juga ibunya," tegas Irani."Kemana kamu membawa Mishka? Ke rumah orang tuamu kan? Aku akan menjemput Mishka sekarang."Irani tidak peduli, mau Aditya menjemput Mishka yang dikira ada di dirumah neneknya atau tidak, yang penting sekarang Mishka aman bersamanya.Aditya tidak tahu kalau Irani tinggal di rumah barunya. Setahu Aditya Irani hanya berasal dari keluarga biasa jadi dia pikir Irani tidak akan pergi kemanapun selain kembali rumah orang tuanya."Kamu pikir aku akan tinggal di rumah orang tuaku Mas? Huh cari saja, cari aku dan Mishka di rumah orang tuaku kalau kamu pikir aku dan Mishka ada di sana," ujar Irani tidak akan memberitahukan keberadaannya dan Mishka sampai saatnya tiba.Rumah yang Irani tempati saat ini memang baru saja ia beli beberapa bulan yang lalu saat tahu Aditya selingkuh.Menyesali nasib karena perselingkuhan Aditya dan Tarina tidak akan ada gunanya bagi Irani. Perempuan itu memilih untuk langsung bersiap-siap untuk kehidupannya setelah ia bercerai dengan Aditya.Irani sudah memutuskan bahwa akhir dari hubungan rumah tangga yang salah satunya melakukan pengkhianatan dalam bentuk perselingkuhan adalah perceraian. Tidak ada toleransi lagi baginya.Pagi hari Irani berdiskusi dengan adik laki-lakinya, Abian. Mereka berdiskusi mengenai bisnis yang mereka berdua jalankan."Iya kakak pantau perkembangannya dari sini aja ya. Seperti biasa, kakak percaya sama kamu," ujar Irani.Irani memang masih harus sibuk dengan urusan perceraiannya dengan Aditya.Siang hari dia terpaksa harus bertemu dengan Aditya setelah Mishka pulang sekolah."Dengar, kamu ga usah perjuangin hak asuh Mishka, sudah jelas dia harus tinggal bersama aku," ujar Aditya memberitahu Irani.Mendengar itu tentu saja Irani tidak terima. "Kamu ga bisa paksa Mishka," jawabnya."Siapa yang maksa Ra? Aku ini ayahnya dan aku bisa memberikan segalanya buat dia. Mishka akan hidup berkecukupan kalau dia tinggal bersamaku daripada sama kamu."Sudah pasti Aditya mengira Irani tidak memiliki apapun dan tidak akan bisa memberikan yang terbaik untuk Mishka."Terserah kamu saja mas, aku akan tetap meminta hak asuh Mishka. Ibu kandungnya masih hidup, jadi Mishka tidak perlu tinggal dengan ayahnya yang tukang selingkuh apalagi serumah dengan ibu tiri," tegas Irani tidak terima."Selama aku masih hidup, dia lebih aman bersamaku," tambahnya lagi.Bersambung."Selama aku masih hidup, dia lebih aman bersamaku," ujar Irani dengan tegas.Aditya boleh menganggapnya tidak memiliki apa-apa karena memang itu yang ingin Irani tampakkan di depan Aditya.Irani pikir lebih baik Aditya tidak mengetahui bahwa dirinya bisa hidup berkecukupan dan memiliki ekonomi yang baik.Aditya yang merasa Irani sangat ngotot dan tidak mau mengalah merasa geram dengan perempuan itu."Mishka itu anakku—""YANG BILANG DIA ANAK KUCING SIAPA MAS?"Aditya heran mendengar kegilaan Irani yang tiba-tiba berkata seperti itu dengan nada tinggi hingga membuatnya emosi. "Jaga batasanmu Ira! Itulah sebabnya aku ga mau Mishka tinggal sama kamu. Kamu itu cuma perempuan bad attitude, ga berakhlak dan miskin. Selama ayahnya masih kaya dan bisa memberikan segalanya buat Mishka dia harus tinggal sama aku."Mendengar hinaan dari Aditya tidak lantas membuat Irani menampakkan yang sesungguhnya bahwa dia bukanlah seperti yang Aditya kira. Miskin.Justru Irani membiarkan Aditya berpikir s
Seperti yang Aditya minta sebelumnya. Hari ini dia dan Tarina berniat menemui Mishka di sekolahnya.Sayangnya mereka berdua telat karena bocah itu sudah tidak ada di sekolah. Aditya lalu memutar mobilnya menuju ke rumah orang tua Irani.Aditya pikir kemana lagi Irani tinggal jika bukan di rumah orang tuanya. Setelah sampai di rumah orang tua Irani, Aditya tidak menemukan perempuan yang ia cari dan juga Mishka. Mereka tidak ada di sana."Irani ga ada di rumah nak. Ibu pikir dia sama kamu. Kok kamu sama perempuan ini siapa?" tanya ibu Resti yang merupakan ibunya Irani.Ibu Resti belum mengetahui apa yang terjadi pada Irani karena perempuan itu belum memberitahukan masalah perceraiannya pada orang tuanya. Mendengar bu Resti yang bertanya tentang Tarina, perempuan itu lalu memperkenalkan diri bahwa dia adalah istrinya Aditya. Pengakuan itu tentu membuat bu Resti sangat terkejut dan ingin marah pada Aditya karena menurutnya ini sudah tidak benar."Jadi benar dia istri kamu?" tanya ibu R
Perjuangan hak asuh yang diperebutkan oleh Aditya tidak membuahkan hasil untuknya.Pada akhirnya hak asuh itu jatuh ke tangan Irani. Perempuan itu meyakinkan bahwa dirinya mampu membesarkan Mishka tanpa kekurangan suatu apapun. "Aku yang melahirkan Mishka, aku juga bukan penyebab perceraian ini terjadi Mas," ujar Irani saat bertemu dengan Aditya sebelum persidangan dimulai."Aku pastikan Mishka tidak boleh bersama orang yang salah, dia akan tumbuh dan hidup hanya bersamaku-""Jangan kurang ajar kamu Ira! Kalau sampai kamu mengotori hati dan pikiran anakku buat benci sama ayahnya sendiri. Awas aja kamu!"Irani tersenyum miring dan tidak peduli dengan apa yang Aditya ancamkan padanya. Bagi Irani itu hal biasa, Aditya hanya merasa kalah darinya hingga mengancamnya, namun sedikitpun perempuan itu tidak takut padanya.Tarina yang kebetulan belum bicara sejak tadi menjadi ingin berontak mewalan Irani juga. "Kamu itu akan dapat uang darimana mba? Jangan sok-sokan buat bisa menghidupi Mishka
"Ibu kenapa pisah sama ayah?" tanya Mishka sepulang dari sekolah dan menemani Irani bekerja di depan laptop miliknya. Pertanyaan singkat dari Mishka membuat Irani menghentikan pekerjaannya dan berpikir untuk jawabannya. "Mishka kenapa tanya kaya gitu sayang? Mishka kangen ya sama ayah?" tanya Irani balik.Perempuan itu pikir Mishka mungkin saja sedih karena orang tuanya berpisah. Tapi mau bagaimana lagi? Bersama Aditya bukanlah pilihannya.Gadis kecil itu hanya memanyunkan bibirnya, ia baru kelas 1 SD dan belum terlalu mengerti tentang permasalahan orang tuanya.Irani memegang tangan Mishka dan menatapnya. "Mishka sayang, ibu sama ayah kamu udah ga cocok nak, kita memang harus tinggal berpisah tapi kasih sayang kita buat kamu ga akan berbeda. Kalau kamu kangen sama ayah, ibu bisa minta ayah kamu buat datang ke sini main sama kamu," jelas Irani berharap Mishka tidak akan sedih lagi."Tapi Mishka pengennya kita sama-sama kaya dulu lagi," curhatnya. "Sekarang kamu belum mengerti kenap
Berhari-hari setelah bercerai dengan Aditya, Irani mencoba melupakan laki-laki itu dan terus fokus pada pekerjaannya. Irani sibuk membuat sebuah buku self motivation seri ke dua setelah buku pertama menjadi best seller. Ia juga mengerjakan project copy writing dari klien luar negeri. Irani sangat bersyukur dengan pekerjaan yang ia miliki saat ini. Ia menganggap rezeki itu adalah rezeki Mishka yang Allah titipkan padanya.Perempuan itu juga memiliki sebuah usaha resort yang ia kelola bersama adiknya, namun adik Irani yang lebih aktif mengelolanya."Kok bisa sih kamu jadi semakin sahebat ini sekarang? Padahal kamu kan baru aja cerai dari Aditya, tapi kamu udah mapan aja setelahnya," komentar Zana teman Irani yang baru pulang dari luar negeri.Mendengar itu Irani hanya tersenyum "sudah aku coba setting seperti itu," jawabnya singkat dengan seulas senyum manis di bibirnya."What? Gimana-gimana? Gimana ceritanya? Terus apa rahasianya?" tanya Zana dengan antusias karena menurutnya kisah I
Malam hari Irani melihat sebuah lowongan pekerjaan dari perusahaan Abimarti. Sebuah perusahaan yang cukup besar itu membutuhkan seorang copy writer yang berpengalaman dan kreatif.Irani sangat tertarik sekali untuk mencoba melamarnya. Lagipula ia sudah cukup lama mendalami dunia kepenulisan selama ini. Perempuan itu berharap bisa mendapatkan posisi itu. Ia segera melamarnya dan berdoa agar Tuhan mengabulkannya.Bu Resti kebetulan hari ini menginap di rumah Irani karena rindu dengan Mishka. "Ira, semoga kamu bisa tetap rendah hati dengan semua kemudahan dan karirmu ini ya," pesan Bu Resti karena takut saat Irani bisa mendapatkan karir yang baik dia akan berubah menjadi sombong dan membalas Tarina.Irani hanya tersenyum tipis mendengar itu. Ia tahu kegelisahan yang ibunya itu pikirkan. "Jangan khawatir bu, kalau Tarina ga mulai duluan aku ga akan apa-apain dia kok. Tapi kalau Tarina udah keterlaluan, ya mungkin akan aku kasih dia sedikit pelajaran," ujarnya."Lagian aku juga ga mau be
"Dasar bocah kurang ajar. Jiwa perempuan berpikiran kotor kaya ibumu itu udah menurun sama kamu. Tahu apa kamu soal aku ha? Kalau kamu berani lagi bicara buruk akan aku cekik lehermu nanti!"Dalam hati Tarina sungguh ingin mengatakan semua itu pada Mishka, namun ia tidak bisa melakukannya sekarang. Berpura-pura baik dan menuruti kemauan Aditya adalah hal yang harus ia lakukan sekarang.Mishka tidak suka dengan keberadaan Tarina di rumah ayahnya. Setelah bertemu dengan kekeknya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, Mishka lalu meminta Aditya untuk mengantarkannya pulang. Aditya ingin menahan Mishka setidaknya untuk satu malam saja menginap di rumahnya, namun ia gagal membujuknya. Terpaksa Aditya harus mengantarkan Mishka pulang.Baru saja Aditya hendak menuju ke dalam mobil, ternyata Irani sudah lebih dulu datang untuk menjemput Mishka di rumahnya."Mishka sayang, pas sekali ibu datang kamu juga udah mau pulang, ayo nak ibu udah masak yang enak buat kamu," ujar Irani.Mishka lalu iku
Aditya sangat bangga bisa menjemput Mishka dan membawanya pulang ke rumahnya. "Ngapain sih mas kamu bawa Mishka kesini?" keluh Tarina tidak sadar kalau dia harus berpura-pura baik di depan Aditya.Laki-laki yang duduk santai di ruang keluarga itu pun merasa aneh dan tidak suka pada Tarina. "Maksud kamu apa Rin? Kamu ga suka Mishka ada di sini? Dia kan anak aku. Kamu ini gimana sih?" gerutu Aditya."Ya maksud aku ga gitu mas, Mishka kan -""Lagian ibunya juga belum jemput. Kemana perempuan itu? Waktunya jemput anak malah lepas tanggung jawab."Aditya sangat kesal dengan Irani, siang tadi ia lewat di sekolah Mishka dan melihat gadis kecil itu masih menunggu ibunya di sekolahan. Tarina merasa dongkol dengan Aditya dengan sikapnya saat ini. Membawa Mishka ke rumah ini membuatnya ingin mengusir gadis kecil itu.Mishka bermain di kamarnya setelah menemui kakaknya. Ia merasa sedih karena orang tuanya yang tinggal berpisah dan tidak seperti dulu lagi yang selalu bersama dengannya.Aditya me