Share

Bab 17

"Dia omong kosong? Aku lihat kamulah yang omong kosong!"

Widia tidak bisa lagi menahan emosinya lagi.

"Padahal sudah kubilang berulang kali, jangan membual lagi. Kenapa kamu masih melakukannya? Apalagi, Tuan Joni selalu sopan dan sering membantu keluargaku. Apa kamu pikir memfitnah orang lain itu keterlaluan sekali?"

Herman segera memanfaatkan kesempatan itu dan berkata, "Benar. Tobi, kami nggak menyalahkanmu nggak punya kemampuan, tapi kamu malah memfitnah penolong keluarga kami. Kalau kamu terus seperti ini, keluarlah dari Keluarga Lianto."

"Sudahlah. Sebenarnya aku mengerti perasaan Saudara Tobi. Dia hanya orang desa yang tinggal di pegunungan dan nggak mengerti apa-apa. Dia pasti akan merasa iri padaku," kata Joni sambil tersenyum.

"Kalau nggak punya kemampuan, seharusnya kamu rendah hati. Coba pikirkan kelakuanmu tadi, apa kamu mau membunuh kami?" timpal Yesa.

Tobi mengerutkan kening. Dia tahu, meski dia membela diri, hal itu juga tidak ada gunanya. Sebaliknya, dia akan makin diserang oleh mereka, jadi dia hanya diam saja.

"Sudahlah. Tobi hanya salah bicara saja." Kakek Muhar juga tidak percaya dengan perkataan Tobi, kemudian dia berkata, "Tuan Joni, ini semua berkat kamu. Aku benar-benar nggak tahu harus bagaimana berterima kasih kepadamu."

"Kakek Muhar terlalu segan. Hanya masalah kecil saja, lagian ini semua demi Widia." Joni tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan bagus ini.

Kakek Muhar mengernyit. Dia teringat, cucunya sekarang sudah menikah.

Ketika Joni melihat Kakek Muhar terlihat serbasalah, dia langsung berkata, "Kakek Muhar, sebenarnya hari ini aku datang membawa sesuatu yang luar biasa untuk Keluarga Lianto."

"Oh?"

"Lihat ini!" Joni mengeluarkan sebuah undangan berwarna merah.

"Ini?"

Kakek Muhar menerima undangan itu. Setelah membukanya, dia berkata dengan senang, "Undangan jamuan makan Serikat Dagang Lawana?"

Joni tersenyum tipis dan berkata, "Benar! Sebenarnya, acara jamuan ini sudah direncanakan sebelumnya. Karena putri Pak Damar sakit parah, jamuan itu ditunda hingga lusa."

"Ini nggak seperti yang dikatakan seseorang. Dia begitu hebat hingga bisa membatalkan jamuan makan."

Kata-kata ini jelas menyindir Tobi. Yang lain mungkin tidak mengerti, tapi Widia paham. Wanita itu menatap tajam ke arah Tobi dan memperingatkannya, "Lain kali, jangan membual lagi."

Kakek Muhar melihat undangan itu sekilas, lalu mengangguk dan berkata, "Terima kasih, Tuan Joni."

Tak lupa, dia memperingatkan cucunya, "Widia, kamu harus menyiapkannya dengan baik."

"Ya. Aku pasti akan berusaha sebaik mungkin," kata Widia sambil mengangguk.

"Sebenarnya, nggak perlu, kok. Kalian mau bergabung dengan Serikat Dagang Lawana, 'kan? Gampang sekali!" seru Tobi tiba-tiba.

Dia hanya perlu menelepon Damar, kenapa harus repot-repot seperti itu?

"Tobi!"

Kali ini, bahkan Kakek Muhar pun merasa Tobi tidak tahu diri. Dia langsung menegur Tobi, "Kamu nggak paham dengan urusan bisnis, jadi belajarlah dari Widia dan Tuan Joni."

"Selain itu, kamu sudah terlalu lama berada di pegunungan dan kurang bersosialisasi dengan dunia luar. Kamu juga perlu belajar banyak tentang ini."

"Seperti barusan, kalau kamu nggak memahami situasinya, kamu nggak boleh asal bicara."

Mendengar ini, ayah dan ibunya Widia hampir tertawa terbahak-bahak.

Akhirnya, Kakek Muhar menyadari pria itu sulit dibimbing menjadi baik.

Bagi mereka, Joni adalah menantu pria yang paling cocok untuk putrinya.

Joni kelihatan senang sekali. Meski Tobi telah menikah dengan Widia, dia masih punya kesempatan untuk menyingkirkan pria itu.

Bagaimanapun, dia memiliki keunggulan dibandingkan pria itu.

Dia tersenyum dan berkata, "Benar yang dikatakan Kakek Muhar. Aku yakin Saudara Tobi pintar, dia hanya kurang diasah saja. Oh ya, undangan jamuan ini hanya ada satu, tapi bisa membawa dua asisten."

"Kalau nggak, biarkan Saudara Tobi ikut bersama Widia, sekalian untuk menambah pengalaman."

Widia agak kaget, dia tidak menyangka Joni begitu murah hati.

Padahal, dia ingin menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi dia malah menyuruh Tobi ikut untuk menambah pengalaman.

Widia sama sekali tidak tahu apa yang sedang direncanakan Joni. Begitu Tobi, pria udik itu masuk ke tempat jamuan mewah itu, Joni akan mempermalukannya.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
babah albahy
novel translate ...lalu di adaptasi ...masih juga nyampah ...no kreatifitas....tak tahu malu
goodnovel comment avatar
Chevy Firdaus
Tololnya toby, omong gede tp ga mau buktiin dpn semua orang. Ingin rendah hati tp ngomongnya sombong.. ironi
goodnovel comment avatar
Chevy Firdaus
Ingin disebut hebat jg nih toby .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status