"Bukan!""Jangan!"Mana mungkin Widia membiarkan kakeknya berlutut di depannya. Dia pun buru-buru berkata, "Anda nggak perlu khawatir, saya nggak akan mengabaikan Keluarga Lianto.""Hanya saja, bisakah kalian bertahan dan menunggu sedikit lebih lama lagi?""Nggak bisa. Apa kamu nggak dengar kata-kata kakekmu barusan? Gavin sudah memberimu tenggat waktu. Seandainya kamu nggak muncul malam ini, Keluarga Lianto kita akan runtuh besok pagi," ucap ibunya Widia."Nggak, masih ada satu cara lagi."Seakan menyadari keengganan cucunya, Kakek Muhar pun mengeluarkan sebuah ide, "Mungkin kita bisa lakukan ini. Widia, pergilah mencari Gavin malam ini, lalu bicarakan baik-baik masalah ini kepadanya. Siapa tahu dia akan memberimu waktu beberapa hari lagi.""Berjanjilah kepadanya dulu, lalu tunda waktu pernikahan kalian hingga beberapa hari lagi. Asalkan Tobi bisa menangani Keluarga Gumilar dalam beberapa hari itu, kamu akan baik-baik saja.""Kalau nggak, hal itu membuktikan Tobi adalah pembohong besa
Terlebih lagi, Keluarga Gumilar punya pengaruh besar dan sangat berkuasa.Di sisi lain, Gavin sedang menjamu Rohan dengan berbagai hidangan lezat dan anggur mahal.Di hadapan Rohan, dia tidak berani pamer sama sekali. Bagaimanapun, Rohan termasuk ahli bela diri Kekuatan Transformasi tingkat akhir. Tak peduli ditempatkan di mana, sosok seperti ini sangatlah menakutkan.Menerima perlakuan seperti itu, suasana hati Rohan menjadi jauh lebih baik. Dia pun berkata dengan nada meremehkan, "Gavin, pemuda seperti apa dia? Apa dia begitu kuat hingga kalian bisa meminta kepala keluarga menyuruhku untuk turun tangan?"Gavin segera menjelaskan situasi spesifiknya kepada Rohan, terutama masalah pengawalnya, Heru, yang jejaknya menghilang seusai melawan Tobi.Dia juga menceritakan masalah Tetua Harun yang pergi berhadapan dengan Tobi, tetapi lagi-lagi Tetua juga menghilang. Setelah itu, Tobi bahkan meneleponnya dan mengejeknya."Yang kamu sebut tadi itu Harun, 'kan? Seni bela dirinya sudah dilumpuhka
Mendengar kalimat itu, Widia berusaha menahan emosinya. Jika memungkinkan, dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Gavin lagi, tetapi memikirkan situasi yang dihadapi Keluarga Lianto, dia hanya bisa menjawab dengan pasrah, "Baik, aku akan langsung ke hotel!"Setelah menutup telepon, Gavin sangat bersemangat. Dia buru-buru ingin kembali ke hotel. Widia akan datang menemuinya, wanita yang dia impi-impikan selama ini akan segera menjadi miliknya.Namun, dia telah berjanji pada kepada Kakek Rohan untuk menunggunya di sini. Hanya saja, setelah menunggu beberapa saat, hatinya tak tenang. Dia pun menyuruh sopirnya menunggu Kakek Rohan dan buru-buru naik taksi kembali ke hotel.Lagi pula, Kakek Rohan sangat puas dengan sambutannya hari ini. Beliau bahkan menawarkan Gavin kembali lebih dulu, jadi seharusnya dia tidak akan keberatan dengan hal itu.Sekalipun Kakek Rohan marah, Gavin juga tidak peduli begitu banyak lagi. Beliau paling hanya akan mengomelinya sebentar dan tidak akan turun tanga
"Haha. Kamu masih berpura-pura di depanku?""Kamu pikir aku nggak tahu kenapa kamu mengungkit masalah Tetua Harun? Bukankah kamu hanya mau memamerkan kekuatanmu, yang bahkan bisa membunuh Tetua Harun?""Sayangnya, aku tahu kondisi Tetua Harun. Dia terkena Bubuk Penguras Energi, jadi kekuatannya telah menurun. Jangankan Kekuatan Transformasi tingkat menengah, dia bahkan nggak bisa menggunakan Kekuatan Transformasi tingkat awal.""Kamu hanya beruntung. Itu sebabnya, dia bisa mati di tanganmu!"Rohan berkata dengan nada mengejek, "Sayangnya, aku sudah tahu masalah ini dari awal."Mendengar itu, Tobi pun bertanya, "Benarkah? Seingatku, dia berada pada Kekuatan Transformasi tingkat menengah atau bahkan mendekati Kekuatan Transformasi tingkat akhir. Seharusnya kekuatannya nggak jauh berbeda darimu.""Kamu kira aku akan percaya?"Rohan berkata dengan nada meremehkan, "Sudahlah. Berhenti omong kosong lagi. Sekarang, aku mau kamu rasakan Tapak Semut Penggigit milikku."Begitu selesai berbicara,
Sayangnya, ketika mendengar itu, Tobi hanya tersenyum tipis dan berkata dengan nada datar, "Tentu saja aku tahu kemampuan Aula Varun. Hanya saja, yang akan menjadi target Aula Varun bukanlah aku, melainkan Keluarga Gumilar.""Jangan khawatir. Keluarga Gumilar sudah mau hancur, jadi kamu nggak usah takut kesepian. Tak lama lagi, akan ada yang menemanimu.""Apa? Apa yang kamu bicarakan ...."Ekspresi Rohan berubah drastis. Tobi telah membeberkan banyak informasi kepadanya, tetapi dia tidak bisa berpikir lagi. Dia hanya merasakan sebuah kekuatan ringan menerpa dirinya dan membuatnya ambruk ke bawah.Dia langsung kehilangan nyawa begitu saja.Hingga saat-saat terakhirnya, dia bahkan tidak tahu identitas lawan yang sebenarnya. Hanya saja, dia tahu bahwa Gavin, si bajingan itu telah memprovokasi tokoh hebat.Masalah ini bahkan akan membuat Keluarga Gumilar terpuruk.Melihat Rohan yang telah ambruk, Tobi mengamati sekeliling rumahnya. Meskipun dia sangat berhati-hati, masih saja ada sedikit k
Melihat penampilan Gavin, Widia mulai merasa takut. Dia buru-buru menyampaikan tujuannya, "Aku setuju menikah denganmu, tapi kamu harus menungguku selama tiga hari. Aku butuh waktu untuk menetralkan perasaanku.""Menikahimu?""Widia, tampaknya kamu salah paham. Memang benar, aku ingin menikahimu sebelumnya, tapi sekarang aku hanya ingin main-main denganmu. Kalau kamu nggak mau, Keluarga Lianto akan hancur."Gavin diam-diam tersenyum sinis, 'Siapa suruh kamu begitu sombong sebelumnya, bahkan berani menutup teleponku. Sekarang kamu menyesal, 'kan?'Begitu mendengar kata-kata itu, Widia langsung emosi, tetapi dia masih berusaha menahan diri. Lagi pula dia memang tidak berniat bersama dengan Gavin, jadi dia pun berkata, "Tak peduli apa yang kamu inginkan, aku janji akan melakukannya, tapi bukan sekarang, melainkan tiga hari kemudian.""Huh! Widia, menurutmu, apa aku bersedia menunggu selama tiga hari?""Aku kira masalah apa. Kalau memang ini, nggak perlu dibahas lagi," kata Gavin sambil be
Lantaran pikiran Widia berkecamuk, tangannya yang memegang pisau tampak tidak stabil.Melihat Widia panik dan kebingungan, Gavin segera mengambil kesempatan itu untuk melangkah maju dan merebut pisau dari tangan wanita itu.Kemudian, dia mendaratkan sebuah tamparan di pipi Widia.Meski dia sangat menyukai Widia, dia tidak senang dan cemburu lantaran wanita itu begitu peduli kepada Tobi.Widia langsung terjatuh ke samping dan mengerang kesakitan. Memandang Gavin perlahan berjalan mendekatinya, dia baru tersadar, "Ka ... kamu sengaja membohongiku agar kamu punya kesempatan untuk mengambil pisauku.""Untuk apa aku bohong kepadamu?""Kakek Rohan memang pergi membunuh Tobi. Aku juga berpesan kepadanya, jangan biarkan Tobi mati dengan mudah, dia harus diberi pelajaran. Kamu tahu nggak, Kakek Rohan terkenal suka menyiksa orang," ucap Gavin sambil tertawa sinis."Ka ... kamu bukan manusia!"Widia tampak panik sekaligus marah. Dia mulai terlihat putus asa."Haha. Aku memang bukan manusia, kamu
"Sebenarnya, itu semua dipersiapkan dari awal. Aku akan berpura-pura muncul untuk menyelamatkanmu. Sayangnya, Tobi malah mengambil peran itu. Kalau nggak, kamu mungkin sudah menjadi wanitaku."Gavin tertawa, lalu berkata, "Widia, Tobi diam-diam sudah menjagamu selama ini, tapi kamu sama sekali nggak tahu.""Tahu nggak mengapa aku sengaja menceritakan semua ini kepadamu? Aku ingin kamu tahu segala pengorbanannya dan membuatmu tersiksa.""Ka ... kamu nggak tahu malu!"Widia tidak lagi tahu harus berkata apa lagi. Emosi dan rasa sakit yang dia rasakan tidak bisa dia lampiaskan keluar, apalagi saat mengira Tobi sudah mati, dia makin bertambah putus asa.Sekalipun pernah mengalami putus asa berkali-kali sebelumnya, dia tidak pernah merasa begitu putus asa seperti hari ini. Dia bahkan tidak tahu harus berbuat apa lagi."Nggak tahu malu? Ya, aku bukan hanya nggak tahu malu, aku juga cabul."Gavin tersenyum sinis dan berkata, "Widia, tunggu saja. Aku nggak hanya akan bermain-main denganmu, tap