Share

Bab 8 - Mencari Cara Membuka Kubah

Setelah membulatkan tekad, Han lalu mempersiapkan semua yang diperlukan. Ia pernah membaca beberapa buku milik keluarganya, tentang informasi segala monster yang ada di dunia ini. Namun, perhatiannya lebih memusatkan ke bagian monster yang kurang lebih memiliki fisik seperti dalam mimpinya.

Han membuat perlengkapan berupa cincin, jimat, dan kalung. Setiap benda tersebut memiliki atribut yang memberikan kemampuan, ketahanan fisik ataupun sihir, dan sedikit menambah kekuatan.

Kini ia berada di depan mulut gua. Belum masuk ke dalam sana, insting yang dimiliki dari tiap Phantom sudah aktif dan memperingatkan bahaya di hadapannya.  Han menelan ludah, memberanikan diri masuk ke dalam. Tangan kirinya memegang obor, tangan satunya didekatkan ke kantong yang menggantung di pinggangnya.

Kondisi gua yang gelap dan sedikit licin, membuat Han harus berhati-hati. Apalagi ditambah ancaman dari sosok yang berada di dalam gua, semua kemungkinan terburuk dapat terjadi.

Baru melakukan perjalanan sampai di tengah gua, Han dibuat tercekat oleh lukisan di dinding yang berasal dari darah. Ia mengarahkan obornya lebih dekat lagi ke dinding, berharap dapat melihat gambar lebih jelas.

Betapa terkejutnya Han saat melihat gambar, meskipun tidak sepenuhnya mengerti artinya, ia menduga-duga itu bergambar sosok kegelapan yang seperti dirantai oleh banyak orang yang mirip dengan ras Phantom.

Tak ingin terlalu lama mengamati gambar-gambar di dinding gua, Han kembali melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa saat, akhirnya ia sampai di semacam ruangan yang sedikit hancur. Ia melangkah ke dalam dan bertemu dengan yang dicari.

Tidak jauh dari tempat Han berdiri, tampak sosok berwarna hitam menyerupai makhluk besar berkaki dua, serta memiliki dua tangan dengan kuku-kuku yang tajam. Secara sendirinya naluri Han memperingatkan ada bahaya di depan. Namun, ia tidak menghiraukan peringatan tersebut. Ia berpikir sudah sejauh ini, maka harus diselesaikan sampai tuntas.

“Kuatkan dirimu, Han. Beranikan dirimu!” ucap Han kepada dirinya sendiri dengan lirih.

Han melangkah perlahan dan menjaga kewaspadaan di sekitarnya. Sesekali ia menelan ludah. Aroma busuk dari dalam gua sangat menusuk hidung, sehingga ia menutup mulut dan hidungnya dengan kain yang terlilit di lehernya.

Saat Han tengah berjalan, sosok kegelapan itu mulai menunjukkan tanda pergerakan. Matanya merah menyala tatkala terkena cahaya obor milik Han.

Han berhenti, mata di antara mereka saling bertemu. Namun, Han lebih tertarik dengan sebuah kunci yang menggantung di leher sosok tersebut.

“Kau pikir ingin merebut kunci ini?” tanya sosok kegelapan dengan suara parau.

Mendengar suara tersebut Han tercekat. Suaranya terdengar seperti seorang laki-laki dewasa yang serak dan berat. Mata Han beralih ke mata sosok itu.

“Dia bisa berbicara?” Han membatin.

“Tentu aku bisa bicara!”

Kini suara sosok kegelapan sedikit terdengar marah.

“Aku juga tau isi pikiranmu,” imbuh sosok tersebut.

Han mencoba menenangkan diri. Hatinya benar-benar yakin bahwa di hadapannya adalah makhluk yang berbahaya. Selain mempunyai kemampuan membaca pikiran, sosok itu memiliki aura membunuh. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Siapa kamu?” Han bertanya dengan sedikit gugup.

“Buat apa kamu tau namaku jika nanti kamu akan mati,” jawab sosok kegelapan dengan nada kasar.

Han tertawa paksa untuk menghilangkan ketakutannya. “Aku datang kesini tidak untuk membunuh, tapi untuk bertanya tentang kunci itu untuk membuka apa?”

Sosok kegelapan terdiam sejenak, seakan ia berpikir sesuatu. Akan tetapi, Han tak bisa mengetahui isi pikiran makhluk tersebut. Lalu muncul kata-kata dari mulutnya.

“Kamu tidak akan paham tentang kunci ini.” Terdengar suara sosok kegelapan dengan nada yang rendah. “Kunci yang dapat mengembalikan segalanya.”

Mendengar jawaban yang tidak dapat dimengerti, Han menampakkan wajah murung. Ia berharap kunci itu dapat membuka kubah kaca ini.

“Gelisah tentang kubah kaca ini?” Sosok kegelapan bertanya dengan suara yang bersahabat.

Han tercengang, ia hampir lupa dengan kemampuan sosok kegelapan yang dapat membaca pikiran. Jika tidak ingin dalam bahaya, Han harus menjaga pikirannya dari hal yang mencurigakan. Namun, yang paling membuatnya terkejut adalah sosok yang mulanya tampak berbahaya, kini terdengar lembut.

“Iya, apa kamu tau caranya membuka kubah ini?”

“Tentu, aku tau. Aku juga ingin membukanya,” respon sosok kegelapan.

“Bagaimana caranya?” Han menunjukkan wajah antusias.

“Sebelum aku menjawab, aku ingin tau seberapa besar keinginanmu keluar dari kubah ini.”

Dengan cepat Han menjawab. “Lebih besar dari keinginanmu yang ingin membuka kubah ini.”

 “Dasar bocah, kamu datang ke sini tanpa salam dan dengan sombongnya menyuruh memberitahu cara keluar dari sini.” Sosok kegelapan mendengus. “Memangnya kamu tidak takut kematian tepat di hadapanmu?” tanyanya.

“Aku sudah tidak takut tentang kematian lagi.”

“Sudah?” batin sosok kegelapan.

Sosok kegelapan menatap mata tajam milik Han, lalu ia berkata, “Baiklah, aku akan memberitahumu.”

Han mengamati dengan seksama wajah sosok kegelapan.

“Cara membuka kubah yang mengurung desa ini adalah ... dengan membunuh 100 Phantom.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status