"Ron, kenapa kamu cepet banget pulang dari Surabaya? apa pekerjaan kamu udah selesai?" tanya Fatimah pada Roni yang kini sedang duduk bersama diruang makan.
"Belum bu, ada anak buah disana biar saja mereka yang menyelesaikannya," jawab Roni yang membuat Fatimah terdiam."Apa rencana Jesika udah dijalankan? tapi kenapa belum ada kabar dari dia?" batin Fatimah seraya memasukan sesuap makanan kedalam mulutnya."Silahkan dimakan mas.""Makasih sayang."Kini mereka pun memulai sarapan paginya, sebelum akhirnya Roni memulai aktifitasnya kembali di kantor. Setelah kepulangannya dari Surabaya, Roni lebih banyak diam, entah karena ia merasa bersalah dengan kejadian malam itu bersama Jesika, atau karena rasa lelah, yang jelas Roni tidak seperti biasanya.Tutur sapanya tetap lembut, namun ia tak banyak bicara, seperti seseorang kehabisan kosa kata."Mas, aku perhatiin dari semalam kamu banyak diam, ada apa mas? apa ada sesuatu yang"Al, tunggu," pekik Zahra menghentikan langkah kebut Aliya.Wanita dengan rambut terikat satu itu seketika menghentikan langkahnya setelah mendengar panggilan dari Zahra."Aku bisa jelasin semuanya," ucap Zahra dengan pandangan yang terus memperhatikan Aliya dari belakang.Tampaknya sahabatnya itu enggan menatap wajahnya."Apa yang mau kamu jelasin Ra? ngga ada lagi yang perlu dijelasin, kamu bukan lagi sahabatku, aku ngga sudi bersahabat dengan penghianat sepertimu.""Al, aku mohon, dengerin dulu penjelasanku. Tujuh tahun yang lalu..."Kini Zahra pun menceritakan tentang awal pertemuannya dengan Roni. Saat dimana Zahra masih menjadi salah satu mahasiswi di sebuah Universitas di Jakarta.Begitu juga Roni, yang juga menjadi salah satu mahasiswa di universitas yang sama dengannya. Roni adalah laki laki yang dianggapnya baik hati, karena ia selalu membela dan melindungi Zahra dari dua orang laki laki bertubuh besar yang tia
"Jadi kamu kenal sama Aliya?" tanya Roni setelah kini mereka kembali ke rumah.Mendengar jawaban itu membuat Zahra hanya mengangguk seraya menaruh segelas teh panas dihadapan Roni."Iya mas aku kenal sama Aliya. dia temen aku waktu SMA""Teman SMA, kenapa aku ngga pernah tau?""Memang Aliya ngga apapun tentang aku?""Engga, Terus kalau memang gitu, kenapa waktu aku mau ajak kamu ketemu dia, kamu ngga mau?" tambah Roni yang membuat Zahra terdiam.Belum sempat Zahra menjawab, tiba tiba Fatimah kembali hadir menyahut semua pertanyaan Roni."Mungkin dia takut kalah cantik dari Aliya kali Ron, dia takut kamu sadar kalau dia adalah istri ngga berguna, jadi dia ngga mau ketemu sama Aliya," ucap Fatimah yang membuat Roni dan Zahra mengarahkan pandangannya pada perempuan paruh baya yang kini terduduk disofa ruang tengah."Ron, mau sampai kapan sih kamu hidup dengan istri ngga berguna kamu itu? sudah ada Jesika loh yang j
Roni yang sedang duduk diruang kerjanya, dengan banyaknya berkas yang harus diperiksa, tiba tiba terlihat sebuah pintu yang perlahan terbuka, pandangannya kini tertuju pada siapa sosok dibalik pintu berwarna coklat itu? berani beraninya masuk keruangan CEO tanpa permisi.Seketika matanya melebar setelah ia melihat Jesika yang kini tampak jelas dipandangan matanya, wanita itu tersenyum bak kembali menggoda."Ngapain kamu kesini? bukankah urusan proyek itu sudah ditangani?" ucap Roni yang membuat Jesika kini mendekat."Aku ngga akan membahas proyek itu sekarang. aku kesini cuma mau ingetin kamu Ron, tentang malam itu, apa kamu bisa melupakannya?" ucap Jesika yang membuat emosi Roni kian memuncak.Dengan pandangan tajam Roni beranjak."Tutup mulutmu Jes.""Ron, aku hanya mengingatkanmu, bagaimana kalau aku hamil? karena malam itu kamu benar benar...""Stop, jangan dilanjutkan." sahut Roni memutuskan ucapan Jesika yang belum
Beberapa minggu kemudian.Jesika yang terus memandangi testpack yang sedari tadi ia genggam, namun sayang hasilnya tak sesuai harapannya, masih menunjukan hasil negatif.Ini adalah testpack kedua yang ia coba, setelah dua hari yang lalu ia mencobanya dan hasilnya negatif, dan hari ini kembali ia mencoba namun sama hasilnya pun negatif."Kenapa masih negatif sih? kalau gini caranya rencanaku ngga berjalan," gumam Jesika.Dengan cepat Jesika meraih ponselnya dan menghubungi Fatimah, ia mengajak bertemu disuatu tempat untuk membicarakan kembali rencana yang akan dijalani."Yasudah. tante kesana sekarang ya," ucap Fatimah sebelum akhirnya memutuskan panggilannya.Disebuah cafe. Jesika yang kini sudah menunggu kedatangan Fatimah. Tak lama kemudian."Hay Jes.""Tante, duduk tan. ini, hasilnya masih negatif tan," ucap Jesika seraya mengeluarkan benda kecil dari dalam tasnya."Kok bisa? dua kali tes negatif ter
Entah harus kemana lagi kaki Zahra melangkah. kali ini ia keluar rumah tanpa tujuan. Panas matahari tak lagi ia hiraukan, panasnya terasa membakar kulit, hingga dahaga kini menghampiri. beruntungnya Zahra yang pergi dengan mengantongi beberapa lembar uang yang sengaja ia bawa untuk bertahan hidup sebelum ia menemukan sebuah pekerjaan.Rasanya mulai hari ini ia harus mandiri, kembali lagi hidup seperti lima tabun yang lalu, hidup tanpa Roni, dan selalu sendiri. bahkan bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya tiap hari.Tak menyangka kondisi seperti ini akan kembali terjadi, kondisi dimana menjadi tumpuan terberat yang harus tetap dijalani. tak ada pilihan lain selain harus bersabar dan menerima cobaan, karena ini juga sebagai ujian yang diberikan Tuhan untuk hambanya yang disayang.Berulang kali menghela nafas, menahan tangis dan mencoba menenangkan diri, Zahra terus melangkah menyusuri jalan, niat awalnya hendak mencari sebuah rumah yang disewaka
Dipersimpangan jalan, Zahra yang kini berjalan. seorang diri, niatnya hendak mencari pekerjaan, namun sayang, rasanya takdir tak mengizinkan Zahra bekerja, hingga beberapa tempat yang ia kunjungi tak menerima lowongan.Dari arah barat, tampak dua orang bertubuh kekar, salah satunya memakai topi koboy. Pria paruh baya dengan penampilan dan bentuk tubuh tak asing dipandangan Zahra, nampaknya dulu ia sering melihat pria itu.Broto, ya dia adalah Broto laki laki rentenir yang enam tahun lalu menginginkan Zahra menjadi istrinya."Kau? kita bertemu lagi," ucap Broto setelah melihat wajah Zahra dengan jelas. Ekspresi wajah Zahra seketika berubah setelah melihat Broto dihadapannya, tak bisa dipungkiri rasa takut kini menghampirinya kembali."Rupanya kau makin cantik Zahra," ucap Broto berusaha mendekat."Stop, jangan mendekat. Mau apa lagi kamu? bukankah semua hutang ayahku sudah lunas?" ucap Zahra yang membuat Broto malah tertawa."Ya,
"Bagaimana hasilnya Jes?" tanya Fatimah pada Jesika yang baru saja keluar dari kamar mandi. membawa sebuah benda kecil, ya itu adalah testpack ia kembali menggunakan alat itu untuk mencari tahu hasil dari perbuatan malam di Surabaya itu.Tak menjawab, setelah ia melihat hasilnya, Jesika hanya bisa menggelengkan kepala dengan lemah."Masih negatif? apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kamu ngga hamil hamil juga?" ucap Fatimah yang kini melangkah menjauh.Memikirkan kejanggalan yang terjadi atas rencananya. Setelah hampir satu bulan waktu itu berlalu, yang diyakini ini adalah saatnya Jesika mendapat hasil, namun nyatanya masih sama, hasilnya negatif, setelah sebelumnya sudah dua kali menggunakan alat yang sama."Kalau gini caranya, gimana aku bisa nuntut Roni buat nikahin aku?" gumam Jesika dengan pandangan yang terus tertuju pada benda test kehamilan tersebut."Kamu tenang aja, Roni taunya kan sekarang kamu hamil, kamu masih bisa gunain has
dreeet sebuah pesan masuk di ponsel Zahra malam ini. dari nomor tak dikenal mengirim satu video. Kini Zahra pun membukanya, dan memperhatikan Video itu dengan seksama. Seketika matanya terbelalak dan ponsel dalam genggamannya terjatuh setelah ia melihat ternyata itu adalah sebuah Video dimana Roni dan Jesika menikah.Mata serta mulutnya melebar, genangan air yang kini sudah tampak, dengan sekali kedip air itu tertumpah. hatinya remuk redam, sakit tak tertahankan, Laki laki yang sedari tadi ia tunggu ternyata sedang bahagia bersama wanita lain.Mengapa sebelumnya Roni tak menyampaikan apapun dengan Zahra? Fikiran Zahra kini kalut, hatinya berantakan, dan tubuh yang seketika tak bertenaga. Ia terjatuh terduduk dilantai kamarnya, dengan air mata yang terus mengalir.Tak menyangka setega itu, Roni mengkhianatinya. Ia berkata ingin kembali untuknya, namun nyatanya malah ia membuat sebuah kabar yang sungguh menyakitkan. Menikah? itu artinya ia dimadu. Tak pernah