Galuh segera keluar dari ruangan Setya saat Raniah tadi mengangguk. Galuh menutup pintu ruangan dengan hati kesal. "Sialan, bisa-bisanya dia menyuruhku keluar dari ruangan!" Lalu dia melangkah pergi.Sementara di dalam ruangan, Raniah tampak menatap Setya. "Sejak kapan Galuh bekerja di kantor Kakak, Kak?" tanya Raniah ingin tahu."Baru kemarin, dia berkata kalau dia sangat membutuhkan pekerjaan. Ibunya sejak setahun lalu tidak ada kabar," sahut Setya."Ti-tidak ada kabar? Me-mangnya apa yang terjadi sebenarnya pada malam itu?" tanya Raniah merasa penasaran juga, meski mau tidak mau ia harus mengingat kenangan malam menakutkan itu."Malam itu kakak dan ayah datang di saat kamu sudah tidak sadarkan diri, ada sedikit pertarungan di antara kami, tapi Sari melarikan diri dengan luka yang lumayan parah. Kakak juga tidak tahu apakah dia selamat atau tidak."Setya dan Raniah pun tampak berpikir dan tidak tahu apa yang terjadi pada Sari setelah kejadian itu. "Sebenarnya, apa yang terjadi pada
Malam telah larut, Raniah sudah terlelap tidur di samping Setya. Berbeda dengan Raniah, Setya malah masih terjaga, dia merasa malam ini akan ada yang datang. Benar saja, di luar terdengar suara seperti ada pertarungan. Setya segera menuruni ranjang dan keluar dari pintu. "Setya, tidak usah keluar!"Setya sedikit terkejut saat mendengarkan peringatan seseorang. "Ya Allah, DYL. Bisa tidak nggak usah ngagetin! Kenapa emang?" tanyanya saat tahu yang memeringatinya adalah saudara kembar gaibnya."Itu hanya Herman dan Pandan Wangi, biarkan saja," sahut DYL yang kini berdiri dari duduknya."Sejak kapan kamu berada di situ?" tanya Setya, karena sekarang DYL tidak bisa sembarangan masuk ke dalam kamarnya jika ada Raniah di dalam ruangan."Baru saja, aku hanya ingin melihat keadaanmu siapa tahu kamu butuh bantuanku," ucap DYL."Bantuan apa, aku tidak ada masalah apa-apa," sahut Setya."Kamu harus menolong korban pesugihan dari Herman di lantai 13 itu, mereka semua terjebak di sana.""Haruskah s
"Wahai, Manusia! Ada urusan apa kamu sampai repot-repot datang kemari?" tanya dari makhluk berbentuk hitam berbulu itu."Aku hanya ingin membebaskan mereka dari tawanan kalian, lepaskan mereka!" perintah Setya Adji seraya menunjuk semua para korban yang tampak menangis dan memelas.Rupa-rupanya mereka di tempat ini disiksa dan dipekerjakan secara kasar, mereka tetap disiksa meski pesugihan yang Herman lakukan sudah berakhir, bahkan Herman sendiri sudah mati di tangan sesembahannya sendiri."Tidak akan semudah itu, kamu harus mengalahkan kami lebih dulu." Makhluk hitam berbulu itu dengan jumawa menantang Setya."Kalau ini mau kalian, baiklah akan kuterima tantangan itu." Setya tersenyum dengan tenang.Tak lama angin bertiup kencang, dingin menusuk tulang, gumpalan asap hijau diiringi tawa membahana menandakan hadirnya pimpinan mereka."Buahaha, kurang ajar, beraninya kamu sampai mengusik tempatku tinggal wahai manusia! Apa masalahmu sebenarnya?!" Makhluk hijau itu menggeram marah."Uru
bulan telah berlalu, kehidupan rumah tangga Setya dan Raniah masih tampak baik-baik saja hingga saat ini. "Raniah, wajahmu tampak pucat, lebih baik kita periksa ke dokter sekarang." Setya sebenarnya akan berangkat ke kantor, tapi saat melihat istrinya yang sepertinya tidak baik-baik saja membuat Setya mengurungkan niatnya."Raniah tidak apa-apa kok, Kak. Ini hanya sedikit pusing saja," jawab Raniah dengan nada lemah."Tapi, Ran--""Mmph!" Raniah menutupi bibirnya dan bangkit dari berbaringnya, wanita itu berjalan cepat menuju kamar mandi dan Setya segera mengejarnya lalu berhenti di depan pintu."Sayang, kamu tidak apa-apa?!" seru Setya seraya mengetuk pintu kamar mandi.Raniah mengucurkan air dari keran saat ia selesai mengeluarkan isi perutnya yang hanya berisi cairan kuning dan terasa pahit di lidah, wanita itu tampak sangat lemah dan ia berusaha keluar dari kamar mandi, saat pintu ia buka Setya segera menangkap tubuhnya yang hampir ambruk."Raniah!" seru Setya panik saat Raniah ja
Setya menoleh pada DYL dan menghela napas lega, kali ini Setya masih selamat, tapi entah nanti, mungkin Galuh akan memiliki rencana lain selain hal yang demikian?"Gadis itu ingin mengguna-gunaimu, Setya. Kamu harus lebih berhati-hati lagi. Aku merasa ada rencana jahat untukmu dan Raniah dari Galuh."Usai DYL berkata, pintu ruangan ada yang mengetuk."Masuk!" sahut Setya.Pintu dibuka dan seorang office boy datang dengan membawa alat kebersihan di tangannya, disusul oleh Galuh yang kembali ikut ke dalam ruangan. "Ya tolong bersihkan meja saya," titah Setya pada OB tersebut."Baik, Pak." OB itu mengangguk dan segera membereskan kekacauan yang disebabkan oleh Galuh. "Apakah Bapak mau saya buatkan lagi minumnya?" tanya Galuh dengan panggilan formal karena di dalam ruangan itu ada karyawan lain.Setya menoleh ke arah Galuh. "Tidak, tidak usah. Mh, mau apa kamu datang ke ruanganku?" tanya Setya, seraya berjalan ke arah sofa dan mendudukkan dirinya di sana."Ini, Pak Hendra menyuruh saya me
Satu suap, dua suap, tiga suap dan seterusnya, Setya tersenyum saat buburnya sudah habis, kini dia menyodorkan air minum pada istrinya.Raniah menerimanya dan meminum airnya, lalu memberikan gelasnya kembali pada Setya.Mereka kemudian saling pandang, Setya merasakan perubahan ekspresi pada wajah istrinya. "Kenapa, Raniah?" tanya Setya sedikit khawatir.Raniah menggeleng, ekspresinya seperti sedang menahan sesuatu. "Mmh!" Raniah menutup bibirnya seperti ingin muntah."Raniah, kenapa?" tanya Setya seraya mengulurkan keduatangannya, tapi dengan cepat Raniah menggeleng.Waniita itu segera menuruni ranjang dan berlari ke dalam kamar mandi. "Raniah!" panggil Setya seraya mengetuk pintu."Hooek, hoeek!" Raniah mengeluarkan semua bubur yang tadi ia makan hingga tak bersisa, tubuhnya jadi lemas kembali karena mengeluarkan energi lebih untuk mengeluarkan semua isi perut hingga kembali kosong.Tangannya terulur dan membuka keran untuk membersihkan bekas muntahannya, segera ia membersihkan bibir
Keduanya menuruni anak tangga seraya bergandengan tangan, Raniah terlihat lebih baik saat ini. Keduanya berjalan menuju meja makan untuk melakukan makan malam.Danu Adji tersenyum menyambut keduanya datang. "Ayo, Raniah duduk, kamu mau makan buah?" tanya Danu penuh perhatian.Raniah dan Setya duduk di tempat mereka masing-masing, dan wanita itu mengangguk."Iya, Ayah. Raniah mau makan buah mangga yang manis dan dingin," sahut Raniah.Danu tersenyum dan menoleh pada Rum. "Bi, berikan apa yang Raniah mau," titah Danu pada pembantunya."Baik, Tuan Besar," sahut Rum.Wanita tua itu pun segera membuka pintu kulkas, mengambil mangga dan akan mengupasnya. "Bi, biar saya yang kupaskan," pinta Setya."Jangan, Den. Biar bibi saja yang kupas, Aden makan saja," tolak Rum sopan."Iya, Kakak makan saja, nanti buahnya biar bibi yang kupaskan." Raniah menggenggam punggung tangan suaminya."Tidak apa-apa, Raniah." Setya menggenggam balik tangan istrinya."Tapi, Kak--""Sayang, biarkan suamimu mengurus
Dokter selesai memeriksa kondisi kandungan Raniah, Setya dengan sigap membantu istrinya untuk turun dari ranjang dan menuntunnya untuk duduk di kursi.Mereka duduk di hadapan Dokter yang kini tersenyum pada keduanya. "Ibu dan janinnya sangat baik dan sehat, usianya sudah 6 Minggu, di 3 bulan pertama ibu hamil biasanya akan merasakan mual, muntah dan pusing.Ibu dan Bapak tidak usah khawatir karena ini normal, tapi tetap harus ada asupan gizi dan makanan juga minuman yang sehat, saya akan berikan vitamain, harus diminum setiap hari." Dokter menjelaskan.Setya pun mengangguk, lalu dia ingin bertanya sesuatu yang menurutnya penting harus ia ketahui. "Dok, saya mau tanya," ucapnya ragu."Iya, silakan. Bapak mau tanya apa? Jangan ragu-ragu," sahut dokter."Bagaimana untuk masalah hubungan ...." Setya menggantung ucapannya saat Raniah menyenggol lengannya."Apaan sih, Kak," bisik Raniah dengan hanya menggerakkan bibirnya tanpa suara, dan delikan matanya membuat Setya tidak jadi melanjutkan