Bismillah
"SUAMI DARI ALAM LAIN"
#part_2
#by:R.D. Lestari.
Para tentara mendekati gubuk mengikutiku dari belakang. Rena dan Sri nampak amat terkejut sekaligus bahagia mendapat pertolongan yang tak terduga. Akhirnya ada yang datang menyelamatkan kami.
Mereka dengan sigap membopong tubuh Sri dan juga Rena. Karena Rena pun juga lemah. Sedangkan aku memilih berjalan mengikuti mereka menuju basecamp yang di sebutkan.
Mereka tak banyak bicara. Sepanjang jalan pun hanya diam tak bersuara. Cukup jauh kami berjalan, sekitar sepuluh menit kami pun sampai.
Basecamp yang di maksud ternyata bukan hanya tenda. Tapi sebuah gedung yang amat luas dengan peralatan dan senjata yang lengkap. Aneh bukan? Di dalam hutan selebat ini ada gedung yang luas dan punya semua perlengkapan modern. Juga mobil-mobil bagus dan motor sport mahal. Seperti di film-film hollywood.
Aku menatap takjub. Begitu juga Sri dan Rena. Tak menyangka jika di dalam hutan ada tempat sekeren ini.
Sri segera di obati dengan seorang dokter yang amat cantik. Sebenernya mereka ini siapa? dari logat dan cara bicaranya sama seperti kami, tapi fisik mereka amat jauh dengan kami pada umumnya. Mereka semua bertubuh lebih tinggi, bermata biru, berhidung mancung dan berkulit putih. Warna rambut mereka pun condong berwarna pirang. Lebih mirip orang-orang bule.
Sementara Sri dan Rena di obati, aku menunggu di tempat berbeda. Duduk sendiri di teman secangkir susu coklat panas dan juga roti-roti dengan berbagai toping. Amat enak dan super lembut. Seperti berada di dalam hotel dengan pelayanan bintang lima.
Semua orang di sini sibuk dengan kegiatannya masing-masing sehingga enggan bagiku untuk bertanya dan menyapa. Mereka cenderung cuek.
"Boleh aku temani?" suara berat seseorang membuyarkan lamunanku. Aku hampir saja tersedak.
"Maaf, aku mengganggumu, ya?" tanyanya ramah.
"Ti-- tidak, si--silahkan, duduk," tawarku dengan gugup.
Ia lalu mengambil sebuah bangku dan duduk di sampingku.
Dadaku bergemuruh melihat ketampanan pemuda itu dari dekat. Dia, pemimpin pasukan yang tadi menolongku. Ternyata ia tampak lebih tampan di tempat yang terang seperti ruangan ini.
"Aku Bima," ia mengulurkan tangannya.
"A--Aku Indri," jawabku dan ku sambut tangan nya.Dingin. Seperti ada magnet listrik yang menjalar disekujur tubuh ku. Rasanya tubuh ku bergetar karena grogi.
Ia menarik kembali tangannya dan menatapku dengan lucu. Sempat tersenyum dan senyum itu mampu merontokkan hatiku.
"Kamu sepertinya amat lelah. Istirahatlah sejenak. Esok kami akan mengantarmu dan kedua temanmu pulang," ucapnya.
"Kami punya banyak ruangan dan kamar yang pasti membuatmu betah. Anggap saja di rumah sendiri," lanjutnya.
"Terima kasih telah menolong kami," sahutku.
Ia mengangguk dan kembali tersenyum. Rasa mau pingsan lihat senyumnya. Ah, seumur hidup baru pertama bertemu laki-laki setampan ini.
Ia bangkit dari duduknya dan menatap wajahku dengan senyum manisnya.
"Ayo, aku antar ke kamarmu, biar kamu bisa langsung tidur," katanya dan ia pun melangkah pelan. Aku mengikutinya dari belakang.
***
"Wah, gil*! ini gil* namanya!" seru Rena. Matanya menyisir semua ruangan. Ia tak henti berdecak kagum dengan kamar yang di sediakan untuk kami beristirahat.
"Mimpi apa kita, woy! berasa liburan di hotel bintang lima kita!"Sri menimpali.
"Sayang di sini ga ada sinyal," wajah Rena mendadak mendung.
"Dah lah, kita foto aja," ajakku.
"Wei, tak boleh foto bertiga, nanti salah satu ada yang mat*," sahut Sri.
"Ah, mitos aja itu," sanggahku.
"Udah, ayok," desakku. Kami mendekati Sri di ranjang dan ...
"Say cheese, buncis, satu, dua, tiga," kami berselfie riang. Tapi ternyata....
Bersambung
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_3#by: R.D.Lestari. "Say cheese, buncis, satu, dua,tiga," sahut kami berbarengan. Cekrek! cekrek! cekrek! Rena segera menarik handphone di tanganku, jemarinya asik bermain dengan raut wajah yang tampak aneh. Keningnya mengkerut seperti orang yang sedang berpikir keras. "Ges,ges! lihat ini ...," ia lalu menyerahkan handphonku dan menunjukkan hasil foto selfie kami tadi. "Aneh banget ga, ges! kok blur semua ya?" ujar Rena dengan mengernyitkan keningnya,heran. "Mungkin tangan Indri kali yang goyang-goyang," sahut Sri dengan mengangkat bahu. "Ga, Sri. Rena bener, kamera ga bisa fokus," jawabku sembari memutar handphone dan mencoba memotret kembali. Hasilnya tetap sama. Blur. "Aneh banget. Apa ha
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_4#by: R.D. Lestari. "Indri, makan. Kamu pasti suka," ia menawarkan makanan yang tersedia di atas meja. Ada steak,udang goreng, daging sapi barbeque,salad,roti-roti, buah-buahan segar dan mahal. Aku mencoba beberapa menu yang sukses membuat lidahku bergoyang karena kenikmatan rasanya. Lelaki tampan itu nampak senyum-senyum melihatku yang kalap menikmati makanan nikmat tanpa memperdulikannya. "In...," ia mengulurkan tangannya. Tubuhku seketika beku. Mau ngapain dia? Kurasakan usapan lembut tangannya di dekat bibirku. "He-he-he, kamu makan nya belepotan," ia terkekeh. Wajahku berubah merah padam. Beruntung ruangan temaram karena hanya di sinari beberapa lilin sebagai pemanis. "Terimakasih, Pak Bima," ujarku. Wajahnya tampak amat ta
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_5#by: R.D. Lestari. "Sudah siap semua?" Kak Bima menatap kami bergantian. Rena dan Sri salah tingkah, aku pun juga. Gimana ga salah tingkah gitu, ni orang gantengnya kebangetan. Bakalan terjadi perebutan di antara kami kayaknya. Kami mengangguk serentak. Perlahan mobil berjalan. Kami mulai melalui jalan tanah yang bergelomang dan berbatu. Sebenarnya dalam hati menyimpan keanehan. Bagaimana bisa di dalam hutan begini ada jalan yang cukup bagus seperti di daerah perkampungan. Walaupun di kanan kiri pepohonan tinggi dan lebat menjulang. Seingatku selama perjalanan menuju basecamp tak pernah melihat ada jalan. "Hei, ngapain ngelamun, In?" suara Sri membuyarkan lamunanku. Aku segera berpaling padanya. "Ah, nggak, Sri. Aku hanya menikmati pemandangan aja," bohongku.
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_6#by: R.D. Lestari. "Sebulan? aku hilang sebulan?" "Ya, Nak. Ibu, Bapak, Kakek, Paman dan semua keluarga sudah putus asa mencarimu. Bapak mengadakan tahlilan tujuh hari karena Bapak kira kamu sudah tiada," jelas Bapak. "Ya Allah, Nduk--Nduk," Ibu tak henti mengusap pipiku dengan tangannya yang kulitnya mulai mengeriput. Terisak tak henti. Tak menunggu lama ruangan rumah sudah sesak oleh kerumunan orang. Mereka semua berbondong-bondong menuju rumahku karena tak percaya jika aku sekarang pulang dengan selamat sampai rumah. Ada pula yang mengira jika aku ini arwah yang gentayangan. Pantas sewaktu perjalanan pulang ketika aku berjalan, banyak orang yang melihat lari tunggang-langgang. Berarti mereka mengira jika aku ini hantu? "Kamu beneran Indri, tah?" seseorang berkul
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_7#by: R.D.Lestari. "Indri ...," suara seseorang membuatku seketika menoleh. "Kak Bima?" aku menatap takjub pria di hadapanku. Ia Bima? tapi mengapa ia tampak amat berbeda? Ia memakai kemeja putih dengan kancing yang dibiarkan terbuka, dadanya yang putih, dan berkotak-kotak membuat mataku tak ingin berpaling darinya. Dan itu, apa? sayap. Ya, sepasang sayap berwarna putih yang amat cantik. Apakah dia seorang malaikat? Wajah tampannya bersinar dan mata birunya memancarkan pesona yang amat indah. Rambutnya berkibar di terpa angin sepoi yang menenangkan, dan sepasang sayapnya mengepak manja. Ia berjalan perlahan menuju ke arahku. Diriku hanya terdiam mematung. Pesona lelaki itu bukan sekedar memanjakan mata, tapi juga semua indraku. Ingin rasanya kupeluk dan mengusap se
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_8#by: R.D. Lestari. [Cepat kerumah Rena, In. Penting] Tut-tut-tut! Tanpa menunggu lama aku segera bangkit dari kasur dan bersiap kerumah Rena.Ibu sempat heran melihatku yang amat bergegas tanpa memperdulikan Ibu yang sedang menonton TV. "Mau kemana, In?" tanya Ibu ketika aku hendak melangkahkan kaki keluar pintu. "Ada keperluan sebentar, Ibu. Indri harus bergegas," Aku menghentikan langkahnya sejenak seraya menatap Ibu yang tampak kebingungan. Ia menghela napas dalam. "Hati-hati, Nak," Ibu mengulas senyum simpul dan melambai padaku. Aku hanya mengangguk pelan dan mengayunkan langkahku menuju motor yang terparkir di teras rumah. Brummm! Motor kupacu secepat yang aku mampu. Rasa gusar menyelimut
Bismillah "Suami Dari Alam Lain"#part_9#by: R.D. Lestari. Assalamualaikum semua jangan lupa like dan subscribe ya, komennya juga di tunggu. Semoga suka dan siap-siap baper ya, terimakasih 🤗*** Drap-drap-drap! Derap langkah kaki kuda semakin mendekat. Kuda hitam besar dengan bulunya yang bersinar berhenti tepat di hadapanku. Seseorang yang menungganginya turun perlahan dan tersenyum manis menatap wajahku. Tubuh nya yang berotot di biarkan tanpa sehelai benang pun, seolah hendak memamerkan otot dada dan perut nya yang memang mempesona. "Hai, kamu akhirnya datang juga," ia mendekat dan menyambut kedatanganku dengan ramah. Aku terpaku melihat wajahnya yang amat tampan. Desiran aneh mulai merajai sekujur tubuhku,seolah ada getaran magnet asmara yang membuatku benar-benar terpesona oleh ketampanannya. Bima ... mengapa ia b
Bismillah "SUAMI DARI ALAM LAIN"#part_10# by: R.D. Lestari. Dug-dag-dig-dug! Irama detak jantungku bak musik yang tak beraturan nadanya. Wajah yang bersemu merah saat kami bertemu pandang. Bima, mengapa wajahmu bisa setampan ini? Lagi-lagi pikiranku mengucap kata tampan itu entah untuk yang keberapa kali. Mungkinkah ia mendengar bisikan-bisikan itu? "Indri, kamu jangan ngeliatin aku terus dong, inget tujuanmu datang kemari. Nyawa temanmu dalam bahaya," kata-kata Bima membuatku terperanjat. Benar katanya, aku harus sesegera mungkin mengembalikan barang ini. "Oh--oh, maaf Kak Bima," aku mulai menundukkan pandangan dan berbalik untuk membuka pintu lemari. Malu sekali rasanya. "Sini, biar aku yang buka," tangan kekarnya menelusup di antara lengan dan pinggangku, membuatku sema