Share

PERJANJIAN DIBATALKAN?

Suara Kenriki menggema di ruangan itu pertanda ada nada kemarahan tersirat dalam suara pria tersebut.

Sekujur tubuh Laura seperti kaku seketika, untuk sesaat ia bahkan tidak bisa meraih apapun untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut lingerie transparan dari sang ibu mertua.

"Apa yang kau pikirkan? Kau ingin menggodaku dengan lingerie seperti itu? Wajahmu saja yang polos, tapi ternyata kau tipe wanita penggoda, sudahlah! Mungkin tidak ada gunanya kita teruskan sandiwara ini, kita akhiri saja, kau benar-benar tidak bisa dipercaya sama sekali!"

"Maafkan, saya, tolong jangan salah paham, saya-"

"Bicara saja kau masih belepotan! Aku sudah bilang, pakai aku, bukan saya, kau ini istri, bukan asisten rumah tangga di sini!"

Kenriki masih saja mendamprat dan ia melemparkan selimut pada Laura agar tubuh perempuan itu tidak terlihat di matanya.

Laura segera membelitkan selimut itu ke sekujur tubuhnya, ada perasaan lega yang ia rasakan ketika kini lingerie itu tidak lagi nampak di depan mata Kenriki yang masih terlihat marah.

Pria itu melangkah ke arah meja kerjanya, mencari sesuatu di laci meja tersebut, dan ia mengeluarkan sesuatu itu ketika sudah menemukannya.

"Kita batalkan perjanjian, aku tidak bisa percaya pada seseorang yang tidak bisa menjaga kata-kata, kau boleh pergi dari rumah ini, tapi ganti uang yang aku berikan untuk orang tuamu itu sekarang!"

BRUKK!!

Laura spontan menjatuhkan diri di hadapan Kenriki saat pria itu bicara demikian.

"Aku mohon, jangan lakukan itu, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk menggantikan uangmu, lingerie ini pemberian ibumu, saat kau keluar, beliau masuk dan membantuku untuk melepaskan gaun pengantin yang aku pakai, lalu-"

"Lalu kenapa? Kau mau menyalahkan ibuku atas semua itu? Kau punya otak, Laura, berpikir! Kalau ibuku memberikannya bukan berarti langsung kau pakai!"

"Maafkan aku, tapi aku benar-benar serius tidak bermaksud untuk menggodamu, aku berani bersumpah, berikan aku kesempatan sekali lagi, aku pasti akan melakukan tugas dengan baik!"

Laura benar-benar menghiba sekarang, bagaimana mungkin ia bisa melakukan tuntutan Kenriki sementara ia tidak memiliki uang seperserpun?

Jika ia memiliki uang, tentu saja ia tidak akan menerima tawaran Kenriki untuk menikah segala. Ia juga tidak mau menikah dengan seseorang yang tidak mencintai dan dicintainya.

Laura masih memiliki impian agar suatu hari nanti, bisa menikah dengan orang yang benar-benar ia cintai dan mencintainya.

"Aku paling tidak suka seseorang yang tidak bisa dipercaya, Laura, kau ingat itu!"

Suara Kenriki terdengar, membuat Laura tertunduk makin dalam.

"Aku tahu. Aku akan memegang kata-kataku, agar tidak sembarangan bertindak lagi."

Kenriki terdiam. Ia melangkah meninggalkan Laura yang masih duduk bersimpuh di lantai.

Kemarahan masih menyelimuti hati pria tersebut, hingga untuk merespon perkataan Laura saja ia tidak bisa.

"Tuan, tolong bantu saya, jika saya terbukti melakukan kesalahan lagi, saya akan terima konsekuensinya. Tapi, saya berharap kali ini Tuan memaafkan saya, yang tadi itu karena saya tidak mau membuat Ibu Tuan curiga, saya patuh, tapi Tuan begitu cepat kembali hingga saya tidak sempat mengganti lingerie ini."

Setengah mati, Laura berusaha untuk membuat Kenriki memaafkan dirinya. Sampai gadis itu merubah cara bicaranya dengan sangat formal agar pria itu tahu bahwa ia sedang bersungguh-sungguh.

Kenriki menarik napas panjang. Ia berpikir sejenak untuk mempertimbangkan permintaan Laura dan berpikir jika perjanjian mereka dibatalkan, publik akan heboh karena mengira isu bahwa ia tidak normal itu benar, itu pasti akan melukai ayah dan ibunya. Kenriki tidak mau.

"Baiklah, aku berikan kau kesempatan, tapi ingat, aku tidak mau kau berpikir bahwa kau bisa menggodaku, jika di luar kamar, mungkin aku bisa menoleransi, tapi di dalam kamar jangan harap, ganti pakaian terkutuk itu sekarang, dan buang!!"

"Tapi, bagaimana kalau Ibu Tuan-"

"Aku tidak peduli, Laura! Apapun alasanmu aku tidak mau tahu! Buang pakaian itu tapi jangan sampai Ibuku tahu, kau bisa berpikir, bukan?"

Laura menghela napas. Tidak ada kata lain selain mengiyakan apa yang diucapkan oleh Kenriki.

Dia ini, kenapa juga sangat yakin aku ingin menggodanya? Aku aja shock melihat kado dari ibunya itu, bagaimana mungkin sampai berpikir menggoda dia segala?

Sambil bangkit dari duduk bersimpuhnya, Laura bicara demikian di dalam hati. Namun gerakannya terhenti saat Kenriki kembali bersuara.

"Besok setelah meeting kita beli pakaianmu, kau harus akting dengan baik bahwa malam pertama kita lancar, untuk malam ini pakai saja pakaianku, ganti sekarang!"

Kenriki melemparkan kemeja miliknya pada Laura, dan dengan sigap Laura menangkapnya.

"Bolehkah aku melapisi lingerie ini dengan kemeja? Aku tidak nyaman kalau tidak memakai apa-apa di balik kemeja milikmu."

Laura merubah cara bicaranya kembali agar Kenriki yakin ia sudah terbiasa dengan aturan yang dibuat pria tersebut.

"Terserah, tapi jangan kau perlihatkan di depanku!"

Laura mengucapkan terima kasih pada Kenriki atas izin pria tersebut atas apa yang ia inginkan.

Buru-buru, Laura ke kamar mandi untuk memakai kemeja yang diberikan oleh Kenriki.

Emosi Kenriki tidak boleh meledak lagi karena Laura khawatir akan mempengaruhi perjanjian mereka. Untuk sekarang, Laura tidak boleh banyak membantah, harus membuat Kenriki senang karena pria itu bisa saja membuat ia harus mengganti uang dua milyar itu dan Laura tentu tidak bisa melakukannya.

Beberapa saat kemudian, Laura keluar dari kamar mandi. Beruntung kemeja itu cukup panjang bagi Laura karena postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi.

Hanya memakai kemeja itu saja, Laura sudah seperti memakai daster selutut. Tadinya, ia ingin mengucapkan terima kasih pada Kenriki karena pria itu sudah memberikan ia kesempatan kedua.

Namun, niat Laura terhenti saat melihat Kenriki menelungkup di atas meja kerjanya.

Pria itu kenapa? Pingsan atau tidurkah?

Khawatir Kenriki kenapa-napa, Laura bergegas mendekati, ia melihat mata pria itu tertutup. Wajahnya terlihat sangat lelah, tapi napasnya terdengar teratur. Kenriki tertidur!

Karena tidak mau Kenriki menjadi tegang otot lantaran tidur dengan kondisi duduk seperti itu, Laura mengulurkan tangan ke arah pria tersebut, berniat untuk membangunkan.

Namun, melihat wajah damai Kenriki saat ia tertidur, membuat Laura tidak tega untuk membangunkan.

"Aku pindahkan ke tempat tidur aja mungkin, jarak tempat tidur enggak terlalu jauh, aku pasti bisa memindahkannya."

Laura bicara demikian, hingga akhirnya ia mantap untuk memindahkan saja Kenriki ke atas tempat tidur.

Dengan sangat perlahan, Laura memegang tangan Kenriki untuk ia letakkan di atas pundaknya agar ia bisa memindahkan tubuh sang suami.

Laura berharap, Kenriki tidak terbangun saat ia melakukan hal itu. Hanya melangkah sedikit, tidak mungkin membuat pria itu terbangun, kan? Begitu pikir Laura.

Dengan penuh keyakinan, wanita itu segera melakukan apa yang ia niatkan, akan tetapi baru saja ia berhasil memapah Kenriki ke arah tempat tidur, tiba-tiba saja....

"Apa yang kau lakukan? Aku bilang jangan menyentuhku kenapa kau justru melanggar perintahku? Kau benar-benar tidak bisa dipercaya, Laura!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status