Suara Kenriki menggema di ruangan itu pertanda ada nada kemarahan tersirat dalam suara pria tersebut.
Sekujur tubuh Laura seperti kaku seketika, untuk sesaat ia bahkan tidak bisa meraih apapun untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut lingerie transparan dari sang ibu mertua."Apa yang kau pikirkan? Kau ingin menggodaku dengan lingerie seperti itu? Wajahmu saja yang polos, tapi ternyata kau tipe wanita penggoda, sudahlah! Mungkin tidak ada gunanya kita teruskan sandiwara ini, kita akhiri saja, kau benar-benar tidak bisa dipercaya sama sekali!""Maafkan, saya, tolong jangan salah paham, saya-""Bicara saja kau masih belepotan! Aku sudah bilang, pakai aku, bukan saya, kau ini istri, bukan asisten rumah tangga di sini!"Kenriki masih saja mendamprat dan ia melemparkan selimut pada Laura agar tubuh perempuan itu tidak terlihat di matanya.Laura segera membelitkan selimut itu ke sekujur tubuhnya, ada perasaan lega yang ia rasakan ketika kini lingerie itu tidak lagi nampak di depan mata Kenriki yang masih terlihat marah.Pria itu melangkah ke arah meja kerjanya, mencari sesuatu di laci meja tersebut, dan ia mengeluarkan sesuatu itu ketika sudah menemukannya."Kita batalkan perjanjian, aku tidak bisa percaya pada seseorang yang tidak bisa menjaga kata-kata, kau boleh pergi dari rumah ini, tapi ganti uang yang aku berikan untuk orang tuamu itu sekarang!"BRUKK!!Laura spontan menjatuhkan diri di hadapan Kenriki saat pria itu bicara demikian."Aku mohon, jangan lakukan itu, aku tidak punya uang sebanyak itu untuk menggantikan uangmu, lingerie ini pemberian ibumu, saat kau keluar, beliau masuk dan membantuku untuk melepaskan gaun pengantin yang aku pakai, lalu-""Lalu kenapa? Kau mau menyalahkan ibuku atas semua itu? Kau punya otak, Laura, berpikir! Kalau ibuku memberikannya bukan berarti langsung kau pakai!""Maafkan aku, tapi aku benar-benar serius tidak bermaksud untuk menggodamu, aku berani bersumpah, berikan aku kesempatan sekali lagi, aku pasti akan melakukan tugas dengan baik!"Laura benar-benar menghiba sekarang, bagaimana mungkin ia bisa melakukan tuntutan Kenriki sementara ia tidak memiliki uang seperserpun?Jika ia memiliki uang, tentu saja ia tidak akan menerima tawaran Kenriki untuk menikah segala. Ia juga tidak mau menikah dengan seseorang yang tidak mencintai dan dicintainya.Laura masih memiliki impian agar suatu hari nanti, bisa menikah dengan orang yang benar-benar ia cintai dan mencintainya."Aku paling tidak suka seseorang yang tidak bisa dipercaya, Laura, kau ingat itu!"Suara Kenriki terdengar, membuat Laura tertunduk makin dalam."Aku tahu. Aku akan memegang kata-kataku, agar tidak sembarangan bertindak lagi."Kenriki terdiam. Ia melangkah meninggalkan Laura yang masih duduk bersimpuh di lantai.Kemarahan masih menyelimuti hati pria tersebut, hingga untuk merespon perkataan Laura saja ia tidak bisa."Tuan, tolong bantu saya, jika saya terbukti melakukan kesalahan lagi, saya akan terima konsekuensinya. Tapi, saya berharap kali ini Tuan memaafkan saya, yang tadi itu karena saya tidak mau membuat Ibu Tuan curiga, saya patuh, tapi Tuan begitu cepat kembali hingga saya tidak sempat mengganti lingerie ini."Setengah mati, Laura berusaha untuk membuat Kenriki memaafkan dirinya. Sampai gadis itu merubah cara bicaranya dengan sangat formal agar pria itu tahu bahwa ia sedang bersungguh-sungguh.Kenriki menarik napas panjang. Ia berpikir sejenak untuk mempertimbangkan permintaan Laura dan berpikir jika perjanjian mereka dibatalkan, publik akan heboh karena mengira isu bahwa ia tidak normal itu benar, itu pasti akan melukai ayah dan ibunya. Kenriki tidak mau."Baiklah, aku berikan kau kesempatan, tapi ingat, aku tidak mau kau berpikir bahwa kau bisa menggodaku, jika di luar kamar, mungkin aku bisa menoleransi, tapi di dalam kamar jangan harap, ganti pakaian terkutuk itu sekarang, dan buang!!""Tapi, bagaimana kalau Ibu Tuan-""Aku tidak peduli, Laura! Apapun alasanmu aku tidak mau tahu! Buang pakaian itu tapi jangan sampai Ibuku tahu, kau bisa berpikir, bukan?"Laura menghela napas. Tidak ada kata lain selain mengiyakan apa yang diucapkan oleh Kenriki.Dia ini, kenapa juga sangat yakin aku ingin menggodanya? Aku aja shock melihat kado dari ibunya itu, bagaimana mungkin sampai berpikir menggoda dia segala?Sambil bangkit dari duduk bersimpuhnya, Laura bicara demikian di dalam hati. Namun gerakannya terhenti saat Kenriki kembali bersuara."Besok setelah meeting kita beli pakaianmu, kau harus akting dengan baik bahwa malam pertama kita lancar, untuk malam ini pakai saja pakaianku, ganti sekarang!"Kenriki melemparkan kemeja miliknya pada Laura, dan dengan sigap Laura menangkapnya."Bolehkah aku melapisi lingerie ini dengan kemeja? Aku tidak nyaman kalau tidak memakai apa-apa di balik kemeja milikmu."Laura merubah cara bicaranya kembali agar Kenriki yakin ia sudah terbiasa dengan aturan yang dibuat pria tersebut."Terserah, tapi jangan kau perlihatkan di depanku!"Laura mengucapkan terima kasih pada Kenriki atas izin pria tersebut atas apa yang ia inginkan.Buru-buru, Laura ke kamar mandi untuk memakai kemeja yang diberikan oleh Kenriki.Emosi Kenriki tidak boleh meledak lagi karena Laura khawatir akan mempengaruhi perjanjian mereka. Untuk sekarang, Laura tidak boleh banyak membantah, harus membuat Kenriki senang karena pria itu bisa saja membuat ia harus mengganti uang dua milyar itu dan Laura tentu tidak bisa melakukannya.Beberapa saat kemudian, Laura keluar dari kamar mandi. Beruntung kemeja itu cukup panjang bagi Laura karena postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi.Hanya memakai kemeja itu saja, Laura sudah seperti memakai daster selutut. Tadinya, ia ingin mengucapkan terima kasih pada Kenriki karena pria itu sudah memberikan ia kesempatan kedua.Namun, niat Laura terhenti saat melihat Kenriki menelungkup di atas meja kerjanya.Pria itu kenapa? Pingsan atau tidurkah?Khawatir Kenriki kenapa-napa, Laura bergegas mendekati, ia melihat mata pria itu tertutup. Wajahnya terlihat sangat lelah, tapi napasnya terdengar teratur. Kenriki tertidur!Karena tidak mau Kenriki menjadi tegang otot lantaran tidur dengan kondisi duduk seperti itu, Laura mengulurkan tangan ke arah pria tersebut, berniat untuk membangunkan.Namun, melihat wajah damai Kenriki saat ia tertidur, membuat Laura tidak tega untuk membangunkan."Aku pindahkan ke tempat tidur aja mungkin, jarak tempat tidur enggak terlalu jauh, aku pasti bisa memindahkannya."Laura bicara demikian, hingga akhirnya ia mantap untuk memindahkan saja Kenriki ke atas tempat tidur.Dengan sangat perlahan, Laura memegang tangan Kenriki untuk ia letakkan di atas pundaknya agar ia bisa memindahkan tubuh sang suami.Laura berharap, Kenriki tidak terbangun saat ia melakukan hal itu. Hanya melangkah sedikit, tidak mungkin membuat pria itu terbangun, kan? Begitu pikir Laura.Dengan penuh keyakinan, wanita itu segera melakukan apa yang ia niatkan, akan tetapi baru saja ia berhasil memapah Kenriki ke arah tempat tidur, tiba-tiba saja...."Apa yang kau lakukan? Aku bilang jangan menyentuhku kenapa kau justru melanggar perintahku? Kau benar-benar tidak bisa dipercaya, Laura!"Sambil bicara demikian, Kenriki melepaskan pegangan tangan Laura dari tubuhnya yang ingin memapahnya agar ia bisa berbaring di tempat tidur saja. Dorongan yang dilakukan oleh Kenriki begitu kuat sampai membuat tubuh Laura tersungkur. Celakanya, saat tersungkur kemeja yang dipakai Laura tersingkap hingga memperlihatkan bagian perut Laura yang langsung membuat Kenriki semakin berang. Pria itu berusaha untuk berdiri dengan benar karena memang sempat tertidur saat masih mengerjakan pekerjaannya.Ia tidak berniat untuk membantu Laura berdiri, meskipun sang istri tersungkur seperti itu akibat dorongan keras darinya."Baru saja beberapa saat yang lalu kamu berjanji untuk menjaga sikap, kau lagi- lagi melanggarnya! Kau memang tidak bisa dipercaya!"Tidak bisa dipercaya!Tidak bisa dipercaya!Tidak bisa dipercaya!Kalimat di ujung yang dikatakan Kenriki berulang-ulang di benak Laura. Rasanya membuat hati gadis itu sesak karena Laura paling tidak bisa dikatakan demikian lantaran selama ini ia
Panggilan Kenriki tidak dijawab. Hening. Seolah kamar itu tidak berpenghuni.Khawatir sang istri kenapa-kenapa, Kenriki langsung melangkah mencari sosok Laura. Tidak mungkin sang istri keluar kamar karena jika keluar pasti ia akan melihat sebab, ia tadi tepat di depan tangga turun.Laura pasti masih ada di kamar. Namun, Kenriki sedikit khawatir, bagaimana kalau sang istri nekat terjun ke bawah lewat balkon? Ia pasti dianggap bersalah oleh pihak kepolisian jika itu terjadi dan...Baru saja Kenriki ingin berlari mencapai balkon, gerakannya terhenti ketika melihat sesosok tubuh terbaring di lantai. Kenriki buru-buru menghampiri sosok tubuh yang ternyata sang istri. Apakah Laura jatuh dan pingsan?Ada pertanyaan seperti itu berkelebat di benak Kenriki, akan tetapi pikiran itu musnah seketika saat ia memeriksa kondisi tubuh Laura. Istrinya hanya tertidur. Laura terlihat sangat lelah, hingga ia tidur di lantai di bawah tempat tidur. Tidak berani tidur di atas tempat tidur karena khawatir
"Bi-bisa!""Katakan dengan tegas!!" kritik Kenriki tidak puas dengan ucapan Laura yang dinilainya tidak tegas."Ya, aku bisa!""Bagus, awas kalau sampai besok ibuku curiga, aku benar-benar akan memberikan hukuman buatmu."Laura bungkam. Ia sibuk berpikir bagaimana caranya agar ia bisa melewati esok hari di depan kedua mertuanya. Apakah ia bisa berakting dengan baik? Namun, jika ia tidak menuruti apa yang dikatakan Kenriki, itu juga bukan solusi yang baik. Laura tidak punya hak untuk membantah. Yang memiliki uang, yang bisa memberikan perintah, begitu peraturannya.***Pagi menjelang, setelah menunaikan shalat subuh, Laura tidak melihat Kenriki di kamar. Tadi malam ia tidur di atas tempat tidur, dan Kenriki di atas sofa. Ia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu yang jelas, tadi malam ia tidak bisa tertidur dengan nyenyak meskipun sangat lelah karena banyak memikirkan hal yang harus ia katakan pada kedua mertuanya.Benar-benar ingin segera tinggal terpisah karena Laura tidak suka me
Kenriki dan Laura saling melirik, rasanya mereka jadi tidak tahu harus bicara apa, ingin menolak, nanti terkesan terlalu kentara bahwa mereka hanya bersandiwara, bagaimana bisa?Alhasil, Kenriki menyerah. Ia mengabulkan keinginan sang orang tua untuk tinggal sementara di rumah mereka sampai mereka mendapatkan cucu. Tentu saja bagian mendapatkan cucu, tidak akan direalisasikan oleh Kenriki. Ia hanya mencoba untuk mencari cara apa yang harus ia lakukan untuk meyakinkan orang tuanya bahwa tinggal terpisah bukan cara mereka untuk menghindar tapi karena sebuah alasan yang bisa diterima akal sehat."Ken, kenapa menyetujui apa yang dikatakan mereka? Katanya kamu mau kita tinggal terpisah, aku enggak masalah kok tinggal di tempat kecil, asalkan terpisah, aku enggak enak kalau membohongi mereka terlalu banyak kalau tinggal di sini."Saat mereka kembali ke kamar, Laura langsung melancarkan aksi protesnya pada Kenriki karena ia menilai sang suami tidak melakukan apa yang dijanjikan.Kenriki menu
Mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki, Laura mati kutu, tidak bisa lagi berbuat banyak selain menurut saja. Toh, masih bisa berpakaian di kamar mandi. Lagipula, Kenriki benar, jika ia meminta sang suami keluar, entah apalagi yang akan dilakukan sang ibu mertua hingga membuat mereka terjebak situasi yang tidak nyaman.Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah siap. Setelah pamit dengan ibunya, Kenriki dan Laura akhirnya masuk ke dalam mobil milik Kenriki dan segera ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan Laura.Karena sedang berada di tempat umum, Kenriki terpaksa bersikap seolah ia suami yang perhatian pada isteri. Padahal, ia sangat tertekan karena hal itu, tapi mau bagaimana lagi, daripada ada isu tidak sedap lagi mencuat, Kenriki mau tidak mau berusaha menahan rasa tertekannya ketika harus berdekatan dengan Laura. Setelah berbelanja, mereka kembali ke mobil. Selama mereka belanja, perubahan wajah Kenriki sebenarnya sangat kentara bagi Laura. Sesekali pria itu menyeka
"Istrimu tahu kondisimu, hingga ia berbesar hati untuk sabar menunggu kau sembuh dulu.""Menunggu aku sembuh?""Memangnya, kau tidak mau sembuh?""Aku ingin sembuh, tapi bukan berarti aku ingin menyentuh dia, aku tidak mencintai dia, pernikahan kami hanya sebuah alasan untuk saling menguntungkan saja, tidak ada perasaan yang terlibat.""Kau yakin?"Kenriki terdiam sejenak mendengar pertanyaan itu dilontarkan oleh sang dokter.Ingatannya terbentur pada apa yang dilakukan oleh Laura dan membuat hatinya tersentuh. Saat perempuan itu mempersiapkan pakaiannya, Kenriki yang selama ini hanya dilayani oleh ibunya justru merasakan ada sesuatu yang berbeda ketika menerima perlakuan sang istri padanya, namun ia yakin itu bukan perasaan cinta. "Aku yakin," jawab Kenriki pada akhirnya."Nanti juga cinta datang karena terbiasa, yang penting itu kau sembuh dulu, saranku coba ke psikiater, ceritakan semua yang kau ceritakan padaku, atau kau ingin aku merekomendasikan psikiater buatmu?""Apakah tidak
Laura mengawasi sang suami dan kakaknya bergantian hingga ia merasa kehadirannya tidak penting di antara mereka.Keluar kau, Laura! Biarkan aku berdua saja dengan suami gantengmu ini!Lyoudra bicara demikian di dalam hati, sambil melirik ke arah Laura setelah itu kembali menatap wajah Kenriki. Dalam sekejap, aku tidak suka dengan perempuan seperti kakak Laura ini, mirip dengan beberapa wanita yang pernah mendekatiku, tatapan matanya itu seperti ingin memakanku, aku tidak suka, kenapa mereka bersaudara tapi sangat jauh sekali perbedaannya?Hati Kenriki bicara demikian, sambil berusaha untuk tetap tenang meskipun kondisinya sekarang sangat sulit untuk diatasinya."Laura, boleh aku bicara berdua saja dengan adik ipar?" tanya Lyoudra membuyarkan lamunan Laura yang tidak tahu harus berbuat apa."Ah, baik!"Tanpa membantah, Laura langsung mengiyakan, ini membuat Kenriki kesal sang istri keluar tanpa perlawanan sama sekali. Namun apa daya, Laura justru berbalik dan meninggalkan ruangan itu
Sakti beringsut mendekati Kenriki dan berbisik di salah satu telinga pria itu. Wajah Kenriki merah mendengar bisikan yang dikatakan oleh Sakti.Seketika, sekujur tubuhnya gemetar, dan Kenriki bangkit lalu menjauh dari Sakti agar temannya itu tidak tahu apa yang sekarang terjadi padanya setelah mendengar apa yang dikatakan Sakti baru saja. Dalam sekejap, bayangan kejadian di masalalu berkelebat satu persatu di otak Kenriki dan itu membuat pria itu terhuyung sebelum mencapai kursi di belakang meja kerjanya. Melihat keadaan sahabatnya yang aneh, Sakti bergegas bangkit dan membantu Kenriki untuk duduk. "Lu sakit?" tanyanya pada Kenriki. "Kagak, cuma sedikit pusing.""Gue antar pulang?" tawar Sakti. "Kagak usah, sebentar juga sembuh, gue cuma mau sendirian dulu, bisa?""Lu yakin, kagak papa?" tanya Sakti masih khawatir dengan apa yang dialami oleh Kenriki. "Kagak papa, cuma kecapekan, ntar juga baik lagi."Setengah mati, Kenriki menyembunyikan apa yang ia rasakan sekarang pada sahaba