Share

Bab 10

“Fina, boleh pinjam pengeras suara?” Aku menoleh pada Safina. Dia mengangguk. Beruntung dia memang cukup aktif dan dipandang juga dalam setiap perkumpulan ibu-ibu. Jadi tidak ada yang berani menentangnya juga. Bisa dikatakan Safina ini salah satu kader dari kampung kami.

“Bismillah …,” gumamku lirih ketika mengeluarkan gawai jadul dari saku gamisku.

Kutekan file rekaman yang tadi sudah kuperiksa. Meski tidak lantang, tapi cukup terdengar jelas percakapan yang terjadi sebelum kejadian menjijikan itu kualami.

Obrolan antara aku dan Mas Hasim mulai terdengar. Semua hadirin kini terdiam dan mendengarkan. Sementara Mbak Miranda memandangku penu kebencian.

“Astagfirulloh! Istighfar, Mas! Aku ini adik iparmu!” terdengar suaraku mengawali rekaman ini.

“Sebentar doang, Mel! Lagipula kamu baru punya anak satu, pasti rasanya beda!” Kali ini ucapan Mas Hasim terdengar jelas.

“Mas, jangan macam-maca atau aku akan teriak?!” Nada suaraku penuh ancaman.

“Kamu jangan sok jual mahal gitu, Mel! Mas b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status