Layaknya pasangan remaja yang sedang saling tergila-gila dan senang berbuat bodoh, kadang Tara jadi sedikit lupa dengan pesan-pesan ibunya.
Larisa sering menjemput Tara ke sekolah dengan mobilnya kemudian mereka pergi berdua dulu sebelum mengantar Tara ke dermaga. Sekarang Tara tidak pernah pulang ke rumah terlebih dulu dan langsung membawa pakaian ganti untuk bekerja.
"Jadi benar kau sering keluar dengan putri Haji Sofyan?" tanya pamannya yang jadi ikut khawatir melihat pertemanan keponakanya.
"Larisa anak yang baik dan kami hanya berteman, Paman."
"Hati-hati, Nak. Kita tidak sama dengan mereka dan aku tidak mau ada yang bicara tidak baik mengenai kalian. "
"Percayalah, Paman.
Seperti yang sudah lama Tara khawatirkan, ternyata dirinya gagal untuk mendaftar militer karena cacat di lengannya. Walaupun sudah mempersiapkan diri dengan kegagalan tapi ternyata tetap saja Tarra sedih karena merasa gagal menunaikan cita-cita ayahnya.Sementara itu Larisa juga ikut gelisah karena sudah tidak sabar ikut menunggu kabar dari Tara mengenai pengumuman seleksi tahap awal. Karena sampai sore Tara belum juga menelponnya Larisa memutuskan pergi ke rumah Tara tapi kata ibunya Tara juga belum pulang. Padahal hari sudah hampir petang dan dia tahu Tara tidak suka keluyuran kecuali hanya di dermaga. Dan baru saat itu Larisa langsung kepikiran untuk mencarinya di dermaga.Larisa merasa lega saat akhirnya melihat Tara sedang duduk di tepi dermaga. Dari kejauhan saja Larisa sudah yakin jika itu adalah Tara, meskipun waktu itu su
Tara mulai khawatir karena tidak melihat Larisa lagi beberapa hari ini. Tidak ada menelpon ataupun mengirim pesan, bahkan ponselnya tidak dapat dihubungi. Yang membuat Tara semakin khawatir karena terakhir mereka berpisah malam itu bibinya sedang sangat marah. Tara takut jika Larisa sampai mendapat masalah karena perbuatan mereka malam itu.Sudah tiga hari berlalu dan Tara masih belum mendapat kabar dari Larisa. Sementara akhir pekan ini Tara akan pergi keluar kota. Sekarang Tara sudah mulai menyetir truk sendiri untuk mengantar barang. Mungkin dia akan pergi untuk tiga sampai empat hari dan rasanya ia belum tenang untuk berangkat jika belum mendapat kabar dari Larisa.Dari tadi Tara masih duduk di depan gudang meskipun pekerjaannya sudah selesai sejak dari tadi siang. Berulang kali dia hanya memeriksa pesan masuk di ponselnya yang masi
Sepanjang perjalanan pulang pergi dari Surabaya Tara masih merasa risau karena Larisa belum juga memberi kabar. Bagiamanpun ini sudah hampir lewat dua minggu dan mereka masih sama sekali belum bertukar kabar sama sekali. Walau sebenarnya Tara ingin pesimis karena memang tidak ada untungnya bagi Larisa untuk bergaul dengan pemudah seperti dirinya, tapi rasanya memang tidak mungkin tiba-tiba Larisa bersikap seperti ini.Tara masih menunggu truknya membongkar muatan ketika salah seorang kepercayaan Haji Sofyan tiba-tiba menghampirinya."Haji Sofyan menyuruhmu datang ke rumahnya malam ini. ""Malam? " tanya Tara yang langsung berhenti mengunyah pisang goreng menu sarapan paginya."Ya, jangan lupa karena Haji Sofyan menunggumu. " Pri
Setelah cuma diam cukup lama akhirnya Tara mulai memberanikan diri untuk bicara."Saya sangat menghormati kemurahan hati dan kebaikan keluarga Anda yang sudah tidak terhingga untuk semua ini. Tapi saya merasa bukan siapa-siapa hingga berhak menerimanya.""Sudah kukatakan aku tidak keberatan sama sekali dengan keluargamu." Haji Sofyan kembali menegaskan."Maaf, tapi saya hanya__"Belum sempat kalimat Tara selesai kali ini Sarah yang memotong lebih dulu."Sudah cukup, seharusnya Kakak juga tidak bisa asal memutuskan hal seperti ini tanpa membicarakannya dulu." Karena rasanya memalukan sekali melihat dirinya sampai di tawarkan dengan sedemikian rupa di depan seorang ku
Setelah dua hari berselang Tara kembali tidak sengaja bertemu dengan bibi Sarah ketika dirinya hendak menyerahkan laporannya pada Haji Sofyan. Sebenarnya Tara sudah hendak meminta maaf jika bukan karena wanita itu kembali mendahului dengan ucapan sinisnya."Kau pikir siapa dirimu, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan keponakanku!"Tara memilih diam ketika bibi Sarah sudah kembali bicara."Asal kau tahu, Larisa juga sudah bertunangan dengan putra dari keluarga terpandang."Walau terkejut tapi Tara masih diam. Larisa memang tidak pernah bicara apa-apa mengenai pertunangannya dan jujur saja itu memang mengejutkan bagai Tara."Apa Larisa tidak pernah mengatakan hal itu padamu?" sinis
"Kau dari mana saja?" tanya bibi Sarah begitu melihat keponakanya pulang hampir petang setelah keluar seharian tanpa pamit."Bukan urusan, Bibi!" Larisa berjalan masuk rumah begitu saja dan mengabaikan bibinya yang masih mengekor."Jangan bilang kau menemui kuli dermaga itu lagi!""Kalau iya memangnya kenapa? apa bibi iri karena aku punya kekasih yang tampan dan bibi hanya jadi perawan tua.""Plak!" sebuah tamparan baru saja melayang dari tangan bibinya dan bibir Larisa pun langsung mengejang bergetar merasakan panas yang masih menjalar di pipinya .Larisa belum pernah ditampar apa lagi oleh bibinya."Ingat sebentar lagi kau sudah a
Tara mendekam di dalam penjara selama satu bulan sebelum kemudian Haji Sofyan berbaik hati untuk mengeluarkannya. Meskipun sudah mendapat kebebasan tapi seluruh kepercayaannya telah hancur. Tara merasa tidak pernah membuat masalah atau mengganggu orang lain tapi nyatanya sekarang dirinya dibuat menjadi seperti ini. Tara tahu jika dirinya tidak akan bisa bekerja di dermaga lagi. Meski Tara sendiri sudah tidak ingin kembali ke sana tapi tetap saja perasaan tidak terima itu masih mengeras di dalam dadanya.Tara langsung pulang menemui ibunya dan bersujud mencium kakinya sembari bersumpah untuk tidak pernah lagi mengabaikan nasehatnya."Aku berani bersumpah jika yang mereka semua katakan tidak benar.""Ibu akan selalu percaya padamu, kau tidak perlu cemas. Kita memang miskin tapi Ibu tidak
Tara datang ke kontrakan temannya bernama Aldi. Dulu Aldi adalah kakak kelas Tara di SMU dan dia sudah lama bekerja di Bali. Aldi adalah pemuda tampan yang memiliki banyak pergaulan bahkan sejak dulu dia masih di bangku sekolah. Tidak mengherankan jika sekarang kariernya cukup sukses dan sudah menjadi seorang manager di sebuah klub malam ternama di daerah Legian."Tumben kau punya waktu untuk berlibur? " Heran Aldi ketika melihat Tara datang hanya dengan membawa ransel."Aku butuh pekerjaan, " kata Tara sambil melempar ranselnya ke atas sofa."Kau butuh pekerjaan? " tanya Aldi lumayan heran, "di Bali?"Sebenarnya bukanya Aldi tidak pernah mengajak Tara bekerja dengannya. Tapi hampir tiap kali Tara mampir ke tempat tinggalnya ketika ke