Elard membantu Karina berdiri dan memapahnya. Elard lalu membukakan pintu mobil dan membantu Karina masuk ke dalam. Setelah itu, Elard menghampiri beberapa pengendara dan mengobrol dengan mereka.
Elard meminta tolong kepada mereka untuk membawa motor Karina ke bengkel. Untungnya masih ada orang-orang baik yang dengan senang hati membantu Karina. Setelah itu, Elard memasuki mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Karina menggigit bibirnya saat rasa sakit datang bertubi-tubi. Di tubuhnya banyak luka gores dan kulit yang sobek sampai terlihat dagingnya. Karina merasa sakit, nyeri, dan panas secara bersamaan.Elard yang sedang menyetir sesekali melirik Karina dengan raut wajah khawatir. Ia sedikit mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit. Karina meneteskan air mata ketika ia tidak mampu lagi menahan sakit."Kamu boleh remas tangan aku untuk melampiaskan rasa sakit kamu," celetuk Elard.Karena sudah tak tahan, akhirnya Karina mengangguk dan mencengkram lengan Elard. Bukankah kesakitan, Elard malah tersenyum. Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di rumah sakit.Elard bergegas memanggil suster lalu beberapa suster mengambil kursi roda dan mendudukkan Karina di kursi roda. Mereka pun membawa Karina ke UGD. Para suster dan dokter dengan sigap mengobati luka-luka Karina.Elard menggenggam tangan Karina untuk menenangkannya. Karina pun meringis kesakitan sambil mengeratkan pegangan tangan Elard saat obat antiseptik dan yang lainnya menyentuh lukanya. Rasa sakitnya sedikit berkurang ketika luka-lukanya ditutup perban dan plester luka.Beberapa menit kemudian, luka Karina pun selesai diobati. Karina menarik nafas lega lalu tersenyum kepada Elard. "Terima kasih sudah menolong aku.""Sama-sama. Kamu tadi kok bisa jatuh dari motor?""Ban motorku meledak karena ada paku yang tertancap di ban aku.""Ya Tuhan, kok bisa?"Karina mengedikkan bahu. "Entah, aku juga tidak tahu. Aku juga heran kenapa paku sebanyak itu bisa tertancap di ban motorku seakan-akan ada yang sengaja menancapkannya."Elard terdiam sambil memandangi Karina. Ia merasa setuju dengan ucapan Karina. Tidak mungkin paku sebanyak itu tertancap dengan sendirinya di ban motor Karina. "Besok lain kali setiap mau pakai motor di cek dulu bannya.""Iya, makasih sarannya. Aku memang sering ceroboh.""Jangan menyalahkan diri sendiri. Mungkin ini cobaan untuk kamu. Setelah ini aku antar pulang, ya?"Karina mengangguk. "Tapi aku harus jemput ibuku di rumah bibiku. Soalnya setiap aku kerja, aku menitipkan ibuku ke bibiku.""Kalau boleh tahu, kamu kerja apa?""Baby sitter.""Semangat kerjanya, kata Ayah nilaimu selalu bagus.""Terima kasih atas supportnya. Dan nailaiku juga gak bagus-bagus banget kok.""Nilai A terus dibilang gak bagus-bagus banget? Lalu aku yang sering dapat B bahkan C disebut apa?"Karina tertawa. Elard pun ikut tertawa. Bertepatan dengan itu, seorang suster memasuki ruangan. "Pasien sudah diperbolehkan pulang," ucap suster tersebut."Baik, terima kasih," sahut Elard.Karina pun berusaha turun dari atas brankar. "sini aku bantu," ucap Elard yang lalu melingkarkan tangan Karina ke pundaknya lalu ia memapah Karina.•••Setelah dari rumah sakit, Elard dan Karina mampir ke rumah Suri. Elard dengan perhatian membukakan pintu mobil untuk Karina dan membantunya berjalan. Karina lalu mengetuk pintu rumah dan memanggil Suri.Karena tahu itu adalah suara Karina, Suri pun memapah Kasih keluar rumah. Suri dan Kasih agak terkejut melihat Karina yang melingkarkan tangannya di bahu Elard sementara Elard melingkarkan tangannya ke perut Karina. Mereka jadi terlihat seperti saling merangkul dan berpelukan."Dia siapa, Karina?" tanya Suri."Dia teman kuliahku, Bi. Namanya Elard. Tadi di jalan banku meletus terus aku jatuh dari motor. Terus aku ditolong sama Elard," jawab Karina."Ya Tuhan, kenapa banmu bisa meletus?" tanya Kasih."Ketancap paku, Bu.""Untung kamu baik-baik saja. Karina Karina… ada aja masalah yang terus menimpa kamu. Semoga kamu tetap kuat dan tegar menghadapi semuanya," ujar Suri.Kasih sampai meneteskan air mata yang membuat hati Karina teriris. Karina pun memaksakan diri untuk berjalan mendekati Kasih dan memeluknya. "Maafkan Karina yang selalu membuat Ibu khawatir," ucapnya.Kasih tidak menjawab apa-apa. Sebenarnya banyak hal yang ingin ia katakan kepada Karina. Namun ia malu karena ada Elard.•••Karina dan Kasih berterima kasih kepada Elard saat mereka sudah sampai di rumah. "Boleh aku minta nomor teleponmu?" pinta Elard kepada Karina.Karina pun dengan senang hati memberikannya. Setelah itu, Elard berpamitan pulang dan meninggalkan rumah Karina. Karina pun memapah Kasih memasuki rumah.Karina lalu menidurkan Kasih di kasur. Ia mengambil makanan di dapur lalu kembali ke kamar dan menyuapi Kasih. Setelah itu, Karina membantu Kasih meminum obat."Bagaimana kuliah dan kerjamu, Karina?" tanya Kasih."Syukurlah lancar, Bu." Karina sedikit berbohong, ia jelas tidak bisa mengatakan tentang berbagai kesulitan yang ia alami saat bekerja menjadi baby sitter. Ia tak ingin membuat Kasih kepikiran dan drop."Syukurlah kalau begitu. Ibu doakan pekerjaan dan kuliah kamu semakin lancar.""Terima kasih doanya, Bu. Maad Karina belum bisa membahagiakan Ibu.""Kamu bicara apa? Kamu anak yang sangat berbakti dan itu sudah sangat membahagiakan Ibu. Tidak perlu berpikir macam-macam. Fokus kuliah dan kerja agar segera sukses."Karina pun memeluk Kasih. Ia menumpahkan tangis di pelukan Kasih. Seluruh beban yang selama ini ia tanggung luruh bersama dengan tangisnya.Setelah beberapa menit, Karina pun melepaskan pelukannya. "Bu, aku mau menyelesaikan pekerjaanku. Ibu segera tidur, ya."Kasih mengangguk, lalu memejamkan matanya. Karina pun mengambil piring keluar kamar menuju dapur. Ia pun mencuci peralatan makan dan bersih-bersih sebentar.Setelah itu, ia memasuki kamarnya. Ia melanjutkan pekerjaannya membuat sebuah gaun rancangannya sendiri. Butuh waktu dua jam sampai rancangan itu selesai.Karina lalu memfoto gaun rancangannya dan meng-uploadnya ke sosial medianya. Tiba-tiba ia mendapat pesan dari akun seorang artis bernama Melinda. Melinda sangat tertarik dengan gaun rancangan Karina dan berniat membelinya.Tak tanggung-tanggung, Melinda berani membayar seharga dua ratus dollar. Itu jauh dari harga yang ditentukan oleh Karina sebesar seratus dollar. Karina pun senang bukan main.Ia lalu melipat gaun tersebut dan memasukkannya ke dalam kotak kardus dan mem-packingnya. Bertepatan dengan itu, Melinda mentransfer uang kepada Karina. Karina merasa sangat bersyukur dan terharu.Tiba-tiba ada pesan dari nomor tak dikenal.08123456789: Aku Elard, simpan nomorku, yaKarina: Oke, siapKarina pun menyimpan nomor Elard. Beberapa menit kemudian, ada pesan masuk lagi dari Elard.Elard: ayahku tertarik dengan gaun rancanganmu. Maukah kamu bekerja sama dengan butik ayahku?Karina syok melihat tawaran Elard. Ia senang sekaligus kaget. Ia sampai membeku sesaat.Ia pun memekik tertahan dan mengetikkan balasan kepada Elard.Karina: Iya, aku mauElard: Pilihan yang bagus, besok kamu aku jemput untuk bertemu dengan ayahkuKarina: Tapi aku setiap hari kerja dan baru pulang jam empat soreElard: Gak apa-apa, aku akan jemput kamu habis kerjaKarina: Oke, terima kasih tawarannya, ElardElard: Sama-samaKarina mematikan ponselnya lalu ia mengusap wajahnya. Ia terus mengucap kata syukur. Ia pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Ia berniat membuat beberapa rancangan baru untuk dijadikan pilihan saat bekerja sama dengan butik ayah Elard nanti.•••Karina bangun saat sinar matahari menyapa dirinya dari lubang ventilasi. Karina menguap lalu membuka matanya lebar-lebar. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku.Ia lalu menghidupkan ponselnya untuk mengecek jam. Rupanya saat ini sudah jam lima pagi. Karina pun bangkit dari duduknya dan membuka jendela.Ia tersenyum saat sin
Elard menghentikan mobilnya di sebrang jalan yang sedikit jauh dari kediaman Adam. Karina melepas sabuk pengamannya dan berkata, "Terima kasih banyak atas semua bantuanmu, Elard. Aku tidak tahu bagaimana nasibku tanpa semua bantuanmu. Maaf aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu.""Sesama manusia memang seharusnya tolong menolong, Karina. Aku ikhlas membantu kamu," sahut Elard.Karina tersenyum dan berucap, "Aku kerja dulu, terima kasih tumpangannya.""Sama-sama. Semangat kerjanya."Mood Karina langsung naik saat Elard menyemangatinya. Ia tanpa sadar merekahkan senyumnya. Karina sampai lupa dengan semua masalahnya.Setelah satpam membukakan gerbang, Karina pun melangkah memasuki rumah mewah milik keluarga Adam. Mood Karina seketika turun ketika melihat Felliska ada di ruang tamu. Karina merapalkan doa dalam hati agar Felliska tidak berbuat atau berkata buruk kepadanya.Karina merasa sakit hati sekaligus trauma dengan sikap Felliska. Ia berharap hal itu tidak terulangi lagi. Karina pu
Karina menjadi lesu. Ia tahu pasti Felliska sudah memotong bagian rekaman CCTV itu. Agatha berucap, "Rekaman CCTV itu hilang bukan berarti Felliska salah dan kamu benar. Bisa saja CCTV-nya memang sedang eror. Sudahlah, kamu kembali bekerja!" Agatha lalu berlalu meninggalkan ruangan itu yang hanya menyisakan Karina dan Sinta. Saat Karina hendak pergi, tangannya dicekal oleh Sinta. "Tunggu, aku mau bilang sesuatu sama kamu," ucap Sinta."Apa?""Tapi jangan di sini."Saat Karina hendak bertanya, Sinta langsung menarik tangannya keluar dari ruangan. Saat berada di luar ruangan, Sinta celingak-celinguk untuk memastikan agar tidak ada yang melihat mereka. Karina hendak kembali bertanya, tapi Sinta langsung menarik tangannya.Sinta membawa Karina ke dalam lorong toilet. Mereka lalu memasuki sebuah bilik toilet dan mengunci pintunya. Karina yang hendak bersuara langsung ditahan oleh Sinta yang menempelkan jari telunjuknya ke bibir Karina."Dengarkan aku." Sinta setengah berbisik. "Kemarin, Fe
Karina menyodorkan buku rancangannya. Ia menunjukkan beberapa rancangan terbarunya. Aland menerimanya dan melihat nya dengan seksama.Ia lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Rancangan kamu sangat bagus. Kamu memang luar biasa. Mau kah kamu bekerja sama dengan butik saya? Kamu jadi desainer dan pemantau proses pembuatan pakaian."Mata Karina berbinar-binar. "Tentu saya mau, Pak. Terima kasih banyak tawarannya.""Sama-sama." Aland menjabat tangan Karina.•••Kini Karina dan Elard sedang dalam perjalanan pulang dari butik. Wajah Karina nampak sumringah. Ia sangat bahagia karena kini ia sudah dikontrak dengan butik milik Aland. Elard pun ikut senang melihat Karina senang.Tiba-tiba, Karina menyodorkan sesuatu di genggaman tangannya kepada Elard. "Untuk kamu."Elard menoleh dan terkejut melihat gelang dengan manik-manik berwarna hitam. Karina berucap, "Ini aku membuatnya sendiri. Terimalah."Elard pun menyodorkan tangan kirinya. "Pakaikan."Karina mengangguk lalu memasang gelang itu di pe
Setelah selesai kuliah, Karina bergegas ke parkiran untuk mengambil motornya. Ia bersyukur tidak ada Langit yang mengganggunya. Ia pun bergegas menaiki motornya dan melaju meninggalkan kampus.Saat lampu merah di perempatan menyala, Karina menghentikan motornya. Ia melirik ke spion dan melihat mobil putih milik Langit ada di belakangnya. Karina mengira kalau Langit mengikutinya.Karina mendengus kesal. Mau apa lagi Langit mengikutinya? Setelah lampu hijau menyala, Karina pun kembali tancap gas.Setelah beberapa menit perjalanan, mobil Langit masih terlihat mengikuti Karina. Karina menjadi was-was. Apa yang akan Langit lakukan kepadanya?Mengingat Langit yang suka melakukan hal aneh-aneh kepada Karina. Karina pun merapalkan doa dalam hati. Seandainya ia tahu jalan alternatif menuju kediaman keluarga Adam, ia pasti akan melewati jalur alternatif.Hingga Karina sampai di kediaman keluarga Adam dan memarkirkan motornya, mobil Langit masih mengikutinya. Bahkan mobil Langit ikut masuk lewat
Karina masih merasa sangat marah dan tidak terima dengan perlakuan Langit tadi. Ia tadi melihat Langit memasuki toilet. Maka setelah menidurkan Tania, ia bergegas menyusul Langit ke toilet.Ia merasa curiga dengan Langit. Pasti Langit sudah berbuat hal macam-macam kepada Karina mengenai cincin Agatha yang hilang. Karina pun membawa ponselnya dalam saku dan menyalakan perekam suara untuk merekam percakapannya dengan Langit nanti.Karina berdiri di depan Karina dengan bersedekap dada. Beberapa detik kemudian, Langit keluar dari salah satu bilik toilet. Karina langsung berbalik badan dan menatap Langit tajam.Langit tersenyum melihat Karina. "Nungguin aku? Mau gak melakukan hal 'enak enak' di sini? Mumpung sepi."Karina melempar botol sabun tepat ke muka Langit. "Omongan lo kayak omongan orang gak waras. Udah gila lo?!"Langit terkekeh. "Aku memang gak waras… karena kamu.""Lo gak waras karena otak lo udah geser. Jangan bawa-bawa gue."Langit melangkah perlahan mendekati Karina. "Kalau k
Karina menaruh Tania yang sudah tertidur di keranjang bayi. Bertepatan dengan itu, terdengar mobil Andrew memasuki pekarangan rumah. Karina pun segera membereskan barang-barangnya dan keluar dari ruangan.Ia sempat berpapasan dengan Veti di depan dapur. "Tunggu!" Veti berucap sambil menghampiri Karina. "Aku mau tanya sesuatu ke kamu.""Tanya apa?""Tuan Davin tadi ngomong apa sebelum ngacak rambut kamu?""Hah?""Tadi 'kan Tuan Davin ngacak ngacak rambut kamu, dan sebelumnya dia bilang sesuatu. Tuan Davin bilang apa?"Karina terdiam sejenak lalu menjawab, "Untuk apa aku memberitahumu?""Karena aku mencintai Tuan Davin.""Kenapa kamu tidak tanya langsung ke Davin?""Ya jelas aku malu lah.""Ya itu urusanmu. Aku tidak ingin memberitahumu. Tanyalah sendiri!" Karina melanjutkan langkahnya yang membuat Veti berdecak kesal."Sampai kapanpun kamu gak akan bisa bersatu dengan Tuan Davin. Hanya aku yang boleh bersama dengan Tuan Davin," ucap Veti dalam hati.•••Setelah menidurkan Tania, Karina
"Saya ingin berhenti menjadi baby sitter," ucap Karina kepada Agatha dan Aurel."Gak, kamu gak bisa asal keluar dari sini," sambar Agatha."Tapi karena satu dan lain hal, saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan ini. Ada beberapa hal yang membuat saya tidak nyaman bekerja di sini.""Apa alasanmu? Tidak mungkin karena gajinya kurang 'kan? Gaji sepuluh juta sebulan bagi baby sitter itu sudah sangat cukup," ujar Aurel."Bukan karena itu. Saya tidak nyaman aja meneruskan pekerjaan saya."Agatha melambaikan tangan kepada Santi yang melewati ruang tamu. "Santi, ambilkan kertas kontrak kerja atas nama Karina Faradina di laci lemariku," titah Agatha.Sinta mengangguk dan bergegas menuruti perintah Agatha. Karina menunduk sambil meremas-remas tangannya. Ia merasa tidak nyaman.Sedangkan Agatha melipat tangannya di depan dada sambil menatap tajam Karina. Bertepatan dengan itu, Andrew datang sambil menggendong Tania. "Sayang, aku mau berangkat kerja dulu. Ini Tania mau kamu gendong atau Kari