Share

Sisi menakutkan dari Rindu

Jam menunjukkan pukul 13:00 siang, semua siswa dan siswi SMA keluar dari kelas masing-masing karena sudah waktunya pulang. Tidak beda dengan Rindu dan kedua sahagatnya, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing karena tak mau membuat keluarga khawatir.

“Rindu, gimana kalau kita berumpul di rumah aku dulu? Kemarin kan kamu gak ikut,” ujar Bintang pada Rindu.

“Gimana ya, Bintang. Soalnya di rumah aku banyak kerjaan, jadi kayaknya gak sempat untuk singgah di rumah kamu,” balas Rindu pada sahabatnya.

“Tumben kamu sibuk, Rindu. Biasanya kan kamu selalu ada waktu buat kita,” timpal Bulan.

Rindu mencoba berpikir keras alasan apa yang harus ia berikan pada kedua sahabatnya itu. sebenarnya gadis cantik itu tidak memilki kesibukan apa pun, akan tetapi ia masih enggan untuk keluar dari rumahnya, Rindu lebih nyaman dengan kesendiriannya.

“Jadi gini, beberapa hari ini ibuku kurang sehat. Jadi aku gak mungkin ninggalin dia,” Rindu mencoba membuat alasan yang logis lagi menarik simpati dari kedua sahabatnya.

“Kok kamu gak bilang kalau tante Linda sakit? Kalau gitu kita ke rumah kamu aja, aku mau nengok gimana keadaan ibumu,” tukas Bintang bersemangat.

Rindu menghela napas panjang, ia tidak menduga jika Bintang akan antusias seperti itu pada keluarganya. Gadis cantik itu tidak bisa menghindar lagi dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulalng ke rumah Rindu.

Tiga gadis cantik itu menggunakan bus yang biasa Rindu tumpangi untuk pulang. Di dalam bus, hampir tidak ada percakapan di antara mereka bertiga. Rindu enggan membuka perbincangan apalagi Bulan yang duduk dekat jendela bus, gadis cantik itu lebih menikmati pemandangan yang ada di jalanan.

Sementara Bintang asyik mendengarkan musik melalui earphone yang ia pasang di telinganya. Hingga mereka sampai di depan gerbang rumah Rindu.

***

Di kediaman Rindu, terlihat seorang wanita yang sedang adu mulut dengan laki-laki yang tengah bersamanya. Suasana tegang dan sedikit kacau menyelimuti ruang tamu rumah itu, Linda sekiat mungkin berusaha mempertahankan apa yang jadi miliknya.

“Kamu harus keluar dari rumah ini, Linda! Aku akan tinggal dengan Lilis di sini,” ujar Jordi pada Linda.

“Aku gak mau, Mas. Seharusnya wanita itu yang kamu usir! Lalu bagaimana nasib anak-anak kita?” sanggah Linda pada Jordi yang masih menyandang status sebagai suaminya.

“Mereka bisa tinggal denganku, aku akan menafkahi mereka selayak mungkin dan membuat mereka bahagia, tidak sepertimu. Mulai saat ini, kamu angkat kaki dari rumah ini!” ucapan Jordi semakin meninggi.

Hanya buliran hangat yang keluar dari kelopak mata Linda, ia tak sanggup menerima perlakuan sang suami yang sangat kejam menurutnya. Akan tetapi ia tidak mungkin pergi dari rumah itu, karena bangunan itu adalah peninggalan orangtuanya dahulu.

“Ibu tidak akan pergi dari sini, kalian yang harus pergi!” ujar Rindu yang baru masuk ke dalam rumah.

Dari luar rumah, Rindu telah mendengar perdebatan antara ibu dan ayahnya. Begitu juga dengan kedua sahabatnya, akan tetapi Bulan dan Bintang hanya diam tanpa komentar apa pun. Mereka yakin, setiap permasalahan pasti ada solusinya.

“Maksud kamu apa, Rindu? Kenapa kami yang harus keluar?” tanya Jordi pada putri bungsunya.

“Memang benar, kalau sudah termakan kotoran dari sampah yang menjijikkan, maka pikiranpun akan kotor dan tidak dapat membedakan mana yang benar dan yang salah,” tukas Rindu pada ayahnya.

“Rindu, kamu jangan khawatir, Nak. Kamu dan Rinjani akan tinggal di rumah ini, ayah tidak akan mengusir kalian. Akan tetapi ibumu harus pergi dari sini,” ucap Jordi lembut pada Rindu.

Lilis yang memperhatikan sekeliling ruangan, merasa takjub. Istri baru Jordi itu menginginkan hal lebih dari suaminya, yaitu rumah. Selama ini mereka tinggal di hotel murah, karena tidak memilki tempat tinggal untuk dihuni. Ternyata tidak dapat bertahan lama, uang semakin habis sehingga tidak bisa tinggal di hotel lagi, dan mereka memutuskan untuk mendatangi rumah Linda.

Rindu mendekat pada Lilis yang sedang asyik memperhatikan benda-benda yang ada di dalam rumah itu. Lilis sedikit terkejut melihat Rindu menatap tajam pada dirinya, istri baru Jordi itu menelan salivanya.

“Aku tahu alasan kalian ingin tinggal di sini, karena gak sanggup hidup di jalanan lagi kan? Kasihan banget sih, apalagi kalau kita seorang wanita tentu saja tidak nyaman dengan kemiskinan,” ucap Rindu santai di depan Lilis.

“Maksud kamu apa, Rindu? Kami gak berniat untuk merebut rumah ini, hanya saja kami ingin menumpang sementara di sini,” ujar Lilis pada gadis cantiki itu.

Seketika tamparan mendarat di kiri dan kanan wajah Lilis oleh Rindu. Gadis cantiki itu sudah berhari-hari menahan amarahnya karena permasalahan yang ada dalam keluarganya. Hari ini adalah kesempatan untuk dirinya untuk meluapkan emosi yang selama ini ia tahan.

“Numpang? Gak ada niat untuk rebut rumah ini? Itu adalah nyanyian lama, udah basi! Mending kalian pergi dari rumah ini, karena tidak ada yang berhak atas rumah ini kecuali ibu. Satu lagi, untuk anda tuan Jordi, segera ceraikan ibu saya!” tukas Rindu dengan tegas.

Bintang dan Bulan saling berpandanga, mereka tidak menyangka jika Rindu yang selama ini sopan, baik, dan ceria ternyata memiliki sisi yang menakutkan. Akan tetapi, Bintang dan Bulan merasa bangga kepada sahabatnya karena telah mampu menyelesaikan masalah yang cukup besar dalam keluarganya sendiri.

Mendengar pernyataan putri bungsunya, Jordi tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Ia menarik tangan Lilis dan keluar dari rumah secara tidak terhormat. Rindu mengalihkan pandangannya, ia tidak menghiraukan kepergian sang ayah, walaupun terasa begitu menyakitkan.

Tanpa aba-aba, tubuh gadis cantik itu jatuh di atas lantai. Tangis Rindu pecah di sana, ia tidak sanggup lagi untuk membendung air matanya agar tidak keluar, karena sebagai seorang wanita yang masih terbilang belia, ia tidak mampu menghadapi hal seperti ini.

Linda segera memeluk Rindu, wanita paruh baya itu juga ikut menangis. Ia sangat terharu dengan perjuangan sang putri atas dirinya. Linda tidak menduga, di balik sikap dingin Rindu padanya tersimpan kasih sayang yang begitu besar.

“Ibu, aku sudah menjadi putri yang durhaka. Aku takut menjadi anak durhaka, Bu,” isak Rindu pada ibunya.

“Kamu anak yang baik, Rindu. Ini semua sudah kehendak yang maha kuasa, Nak. Kita hanya mampu berserah diri pada-Nya, kamu putri ibu yang sangat baik,” balas Linda pada putrinya.

Bintang dan Bulan yang melihat hal itu tak kuasa membendung buliran hangat yang akan keluar drai matanya. Bintang memeluk Bulan dengan erat, seolah ia juga merasakan hal yang sama dengan Rindu. Ia tidak menyangka, Rindu akan merahasiakan masalah sebesar ini pada dirinya dan mampu mengahadapinya seorang diri.

“Udahlah, Bintang. Kita gak usah nangis kayak gini, nanti Rindu malah sedih lagi. Mending kita samperin dia, terus hibur dia,” ujar Bulan sambil menghapus air matanya.

Bulan dan Bintang menghampiri Rindu yang masih berada dalam dekapan Linda. Wanita paruh baya itu melepaskan pelukannya setelah melihat kehadiran sahabat dari putri bungsunya.

“Nak, Bulan dan Bintang ada di sini. kamu gak mau jumpa sama mereka,” ucap Linda lembut pada Rindu.

Rindu menghapus air mata yang masih membasahi wajahnya, kemudian berdiri dan menunduk di depan kedua sahabatnya. Gadis cantik itu merasa bersalah karena telah berbohong perihal keluarganya, ia sengaja menyembunyikan hal itu.

“Rindu, jangan nunduk gitu dong! Kita nyata ada di sini,” ujar Bintang langsung memeluk tubh sahabatnya itu.

Tangis Rindu pecah di pelukan Bintang begitu pula sebaliknya. Bintang tidak mau berpura-pura tegar di depan sahabatnya, mereka berdua menangis. Bulan mendekat pada kedua sahabatnya, ia juga memeluk tubuh kedua gadis yang masih menikmati tangisannya itu.

“Udahlah, kalian bukan anak kecil lagi yang harus berhenti nangis jika di kasih lollipop,” ujar Bulan pada kedua sahabatnya.

Rindu dan Bintang seketika berhenti menangis, mereka juga merasa tangisannya sudah berlebihan. Linda menuntun tiga gadis cantik itu duduk di sofa, wanita paruh baya itu juga menyuguhkan minuman segar untuk mereka.

“Makasih tante, seharusnya kami yang ambil sendiri,” ucap Bintang sopan pada Linda.

“Nggak apa-apa, kalian udah tante anggap kayak anak sendiri. Jadi jangan sungkan kalau minta apa pun,” balas Linda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status