Share

8). Misi Merusak Image

***

"Ini kamu enggak ada niatan bantu aku bawa koper gitu?"

Aludra yang melenggangkan kakinya lebih dulu setelah turun dari taksi, lantas menoleh ketika pertanyaan itu dilontarkan Arka yang kerepotan membawa dua koper sekaligus.

Menempuh perjalanan tujuh jam lebih, pukul lima sore keduanya sampai di Seoul. Menggunkanan taksi, Arka membawa Aludra menuju hotel yang sudah disiapkan Dewa untuk mereka selama berada di negeri ginseng tersebut.

Bukan hotel biasa, tentu saja hotel yang disiapkan Dewa adalah hotel berbintang yang memiliki fasilitas luar biasa juga pelayanan yang sangat baik.

"Berat," jawab Aludra enteng. "Lagipula kamu kan laki-laki, terus kamu suami. Jadi kamu aja yang bawa ya."

Tak menjawab, Arka hanya menatap Aludra lalu menghembuskan napas kasar. Setelah itu, dia memilih berjalan melalui gadis itu untuk menuju meja resepsionis dengan segera.

Menunjukan bukti pemesanan hotel, Arka terbebas dari dua koper berat yang sejak tadi dia bawa karena koper tersebut langsung dibawa petugas hotel menuju lantai empat—tempat kamar mereka berada.

Namun, tentunya bebasnya Arka dari koper tak membuat dia bisa berjalan tanpa beban karena kini, tepat ketika dia dan Aludra sampai di depan lift, Arka yang berjalan lebih dulu tiba-tiba saja berhenti ketika Aludra memanggilnya.

"Arka," panggil Aludra. Namun, Arka hanya berhenti tanpa menoleh. "Arka kok enggak noleh?"

"Yakin manggilnya mau Arka aja?" tanya Arka.

Aludra terdiam untuk mencerna ucapan Arka, hingga tak lama dia tersadar jika memang ada yang kurang. "Mas Arka," panggilnya kemudian, dan Arka menoleh.

"Ya?"

"Capek," keluh Aludra sambil memegangi kedua lututnya. Padahal, dia berjalan belum mencapai satu kilometer. Namun, tentu saja Aludra yang jarang sekali bergerak membuatnya mudah merasa lelah.

"Terus?" tanya Arka. "Kalau capek aku harus apa?"

Cukup sebal karena ucapan Aludra di pesawat tadi, Arka kini sengaja bersikap cuek pada gadis itu agar Aludra tak selalu menuduhnya yang tidak-tidak.

"Masa enggak peka?" tanya Aludra.

"Kamu mau apa?" tanya Arka. "Lagipula kita tinggal naik lift, enggak harus jalan. Ayo."

"Enggak mau, capek," kata Aludra.

"Alula."

"Kamunya sini," pinta Aludra.

"Mau apa?"

"Sini aja dulu," ucap Aludra.

Menghela napas, mau tak mau Arka kembali menghampiri Aludra lalu berdiri di depannya. "Mau apa?" tanyanya.

"Balik badan," pinta Aludra.

"Mau ngapain?" tanya Arka.

"Udah balik badan aja buruan," perintah Aludra.

"Jangan aneh-aneh," pinta Arka sebelum menuruti permintaan Aludra.

"Iya enggak," ucap Aludra. "Ayo balik badan."

"Oke."

Tanpa banyak bicara, Arka berbalik badan sehingga kini posisinya membelakangi Aludra. Tersenyum, Aludra memandang punggung tegap Arka lalu meminta pria itu berjongkok.

"Mas Arka jongkok," pinta Aludra.

"Kamu sebenarnya mau apa sih, La?" tanya Arka semakin tak paham.

"Jongkok aja Mas, jangan banyak tanya," perintah Aludra.

"Awas aja kalau macam-macam," ancam Arka ketika perlahan dia merendahkan posisi hingga akhirnya dia berjongkok di depan Aludra yang tiba-tiba saja mengalungkan kedua tangan di leher Arka—disusul tubug Aludra yang kini menimpa punggungnya—membuat Arka yang tak siap, hampir saja tersungkur jika tak langsung menyeimbangkan diri.

"Kamu bikin kaget!" ujar Arka.

"Maaf," ucap Aludra sambil terkekeh.

"Sekarang kamu mau ngapain nempel-nempel di punggung aku?" tanya Arka kemudian.

"Gendong," pinta Aludra singkat.

"Hah?"

"Gendong Mas Arka, aku capek," rengek Aludra yang rasanya sudah tak kuat lagi berjalan lebih jauh.

"Lula."

"Gendong atau aku akan terus diem di sini sampe malam?" tanya Aludra.

"Kamu ini udah dewasa lho, masa kaya gini?" tanya Arka. Sekarang, ucapan Amanda kembali terngiang di pikirannya.

'Alula itu gadis mandiri. Dia enggak manja.'

Hoax. Setelah menikah, Arka akan menyimpulkan jika apa yang diucapkan Amanda hanyalah sekadar hoax belaka, karena nyatanya tak ada sisi mandiri sedikit pun dari perempuan yang kini masih setia menempel di punggungnya itu.

Ah, sekarang Arka jadi berpikir, apa dirinya sudah ditipu? Apa semua cerita yang dikatakan Amanda tentang Alula semuanya bohong, agar Arka mau menikah dengan gadis itu?

Jika iya, Amanda tega. Bagaimana bisa dia menipu anaknya sendiri agar mau menikah dengan gadis manja seperti ini.

"Emangnya kalau capek mandang dewasa enggaknya seseorang?" tanya Aludra. "Mau dewasa atau enggak, kalau capek tetep capek kali."

"Iya tapi kan-"

"Jadi enggak mau?" tanya Aludra. Merajuk. Dia mengedarkan pandangannya hingga tak lama seorang pria tak sengaja melintas. Dari wajah, pria tersebut terlihat seperti seorang turis luar negeri karena wajahnya yang bule. "Excuse me."

Berhenti, pria tersebut memandang Aludra penuh tanya. "Yes, what's wrong?" tanyanya.

"I'm tired, can you carry me up? (Saya lelah, bisa anda gendong saya ke atas?"

"Sorry?"

"Alula," ujar Arka yang langsung menarik tangan Aludra untuk menjauh. "Kamu apaan sih?!"

"Ya abisnya kamu enggak mau gendong aku," ucap Aludra.

"Iya tapi enggak minta gendong sama orang asing juga, Lula," kata Arka tak habis pikir.

"Terserah aku dong," jawab Aludra acuh. "Udah ah, aku mau nyamperin dia lagi."

Berniat pergi, Aludra justru berbalik ketika tangan Arka menarik tangannya untuk kembali mendekat lalu di detik yang sama, Arka meraih tubuh Aludra dan menggendongnya. Tak di belakang, Arka menggendong Aludra di depan dengan gaya bridal style—membuat jarak wajah keduanya cukup dekat.

"Diam," pinta Arka. "Kamu itu udah punya suami, jangan genit."

"Ya tapi kan-"

Dihadapkan dengan wajah tampan Arka dengan jarak sedekat ini membuat Aludra dilanda kegugupan, tak tahu kenapa. Tidak munafik, sebagai perempuan normal, Aludra cukup mengakui ketampanan Arka yang tidak manusiawi itu.

"Jangan banyak protes," pinta Arka yang kini melangkahkan kakinya menuju lift yang kebetulan terbuka. Hanya berdua tanpa ada siapapun lagi, Arka memilih untuk mengarahkan pandangannya lurus ke depan, sementara Aludra masih memandangi wajah tampan Arka.

Sebenarnya niat Aludra meminta Arka menggendongnya memiliki dua tujuan yaitu; dia memang benar-benar lelah, dan yang kedua dia sengaja ingin merusak image Alula di depan Arka sebagai bentuk kekesalannya pada sang kakak karena sudah menjadikan dirinta tumbal, sementara Alula bebas di luar negeri sana.

Aludra memang sudah menyetujui untuk menggantikan peran Alula menjadi istri Arka, tapi tetap saja di hatinya ada sedikit rasa kesal dan untuk melampiaskan rasa kesalnya, Aludra akan membuat image Alula jelek di mata Arka agar nanti ketika kembali, Alula sibuk memperbaiki imagenya di depan Arka.

"Arka," panggil Aludra ketika kini dia dan Arka masih ada di dalam lift.

"Lupa terus," celetuk Arka.

"Ah iya, Mas Arka," kata Aludra.

"Apa?"

"Waktu dijodohin, kenapa kamu enggak nolak?" tanya Aludra yang tiba-tiba saja penasaran dengan sikap penurut Arka. Padahal, biasanya kebanyakan pria selalu membantah ketika dijodohkan oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa tanya itu?"

"Pengen aja, penasaran soalnya," kata Aludra.

Arka terdiam sejenak—mencoba berpikir untuk mencari jawaban yang tepat, karena jika dia bicara yang sebenarnya, Arka takut Aludra tersinggung.

"Kenapa?" tanya Aludra karena Arka yang tak kunjung menjawab. "Bukan karena enggak laku, kan? Kamu ganteng, masa enggak laku."

"Bukan," jawab Arka.

"Terus kenapa?"

"Kamu enggak perlu tau," jawab Arka yang akhirnya memutuskan untuk tak bicara jujur.

"Ih gitu," kata Aludra kecewa. Hening. Aludra nampak berpikir, hingga tak lama dia tiba-tiba saja teringat dengan sebuah novel yang pernah dia baca.

Selain tukang nonton drakor, Aludra juga suka membaca novel.

"Mas Arka."

"Apa?"

"Kamu ... "

"Kamu apa?" tanya Arka sambil menunduk—memandang Aludra.

"Normal, kan?"

"Maksud kamu?"

"Hm." Aludra bergumam. "Kamu ... enggak impotent, kan?"

"Hah?!"

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Hamid Ahmad
ini mulai menantang arkanya bilang impoten mau bukti ni
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
minta gendong rara ya ampun manis banget kalian sayang nya buka pasangan halal
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
ya ampun manja nya rara .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status