Suara ledakan dari kembang api yang mencapai puluhan. Memendam suaraku, sehingga Serafin pasti tidak mendengar suaraku.
Aku menatap ke arah langit malam yang di ditaburi bintang dan pantulan cahaya kembang api yang indah. Di balkon juga terlihat sosok tampan Serafin. Bersandar di pagar balkon. Rambut dan kaos yang dipakainya ditiup angin.
Wajahnya yang terlihat bercahaya apalagi saat kembang api meledak dan menyemburkan pantulan cahaya warna-warni yang indah. Serafin tersenyum sangat manis dan menatapku tulus.
Tiba-tiba air mata menetes di pipiku. Seumur hidupku tidak ada orang semanis ini padaku. Hanya Serafin yang selalu memberiku kejutan yang luar biasa.
"Setelah ini tetangga lain akan komplain padaku," katanya riang. Tidak ada nada kekha
"Ya ampun sayang, tante kira kamu gak datang. Kenapa gak kabari tante, Lunar sayang," kata tante wenda menyambut kehadiran dan memberiku cipika-cipiki dan memelukku. Seakan dia orang yang paling merindukan dan menyayangiku dimuka bumi ini. Padahal dialah yang paling menantikan kematianku."Tante sangat merindukanmu. Sejak kamu tinggal bersama mamamu. Sudah jarang sekali kita bisa bertemu. Padahal sekarang hanya kitalah yang bisa disebut saudara," katanya lagi. Membuatku muak, tapi kutahan. Aku memasang senyum semanis mungkin. Senyum yang sudah terlatih untuk mengikuti arus orang-orang yang mendekati karena ada maunya. Layaknya seperti tante Wenda sekarang."Lunar juga sangat merindukan tente, tapi Lunar tidak bisa sering-sering keluar. Takut mama dan om Rendi curiga. Lunar yakin mereka sedang merencanakan sesuatu. Tante percaya Lunar kan," kataku dengan s
Serafin kenapa bisa berada disini? Aku sama sekali tidak tahu kalau dia mengenal tante Wenda. Aku mencoba berpikir positif. Mungkin saja Serafin rekan kerja atau kenalan.Mama juga mengatakan jika sudah mengenal keluarga Serafin dari dulu. Bahkan saat aku kecil, aku sering dititipkan pada keluarga Serafin. Bisa saja dari situ keluarga Serafin dan tante Wenda saling mengenal.Pokoknya aku tidak boleh berburuk sangka dulu. Takutnya aku membuat jarak lagi dengan Serafin karena pikiran burukku."Yang tadi siapa?" kata Serafin saat sudah berada di sampingku."Temen," jawabku sekenanya"Fix, gue gak suka dia mulai sekarang. Gue merasa kayak ada aroma-aroma saingan. Cuman kayaknya pesona dia jauh di bawah gue, tapi
Semua mata tertuju padaku dengan tatapan aneh dan menghakimi. Seakan-akan akulah yang benar-benar menaruh racun dan meracuni anak-anak dan semua orang disini."Jangan asal menuduh lebih baik telepon ambulan dan bawa anak-anak ini ke rumah sakit," kata Serafin tegas.Orang-orang langsung menelpon ambulan dan sebagian membagikan susu untuk menetralisir racun.Serafin juga membuka sebotol susu segar dan meminumnya sedikit dan memberikan padaku. Matanya mengisyaratkan untuk aku meminumnya. Sementara dia sendiri hanya meminum sedikit."Susunya aman, kita gak tau siapa yang menyabotase acara ini. Gue hanya ingin lo aman," katanya lembut dan menggenggam tanganku.Tidak lama kemudian ambulan datang dan membawa anak-
Cukup lama aku berada dalam pelukan Serafin. Dia hanya diam dan memelukku sambil mengelus punggungku lembut. Aku benar-benar selamat dari jebakan maut tante Wenda tanpa terluka kali ini.Kali ini ada orang yang membelaku dan memasang badan saat aku terkena masalah. Aku tidak ketakutan sendirian. Ada tangan yang bisa kugenggam dan memberi kekuatan."Terima kasih Serafin. Lo udah bantu gua," kataku tulus."Minta imbalan boleh. Gue pengen dicium 20 kali aja deh," katanya jenaka. Aku langsung melepaskan pelukanku dan menendang tulang keringnya."Lunar kdrt mulu. Gua laporin polisi baru tau," katanya pura-pura sedih. Aku hanya diam saja dan cemberut."Lo nyebelin banget sih Serafin."
Kupikir Serafin akan akan menyeburkan aku ke laut. Ternyata dia hanya hanya mencium puncak kepalaku saya. Lalu berlari meninggalkan aku."Dasar Serafin menyebalkan…." Teriakku keras dan berusaha mengejar Serafin. Kakinya yang panjang membuatku kesulitan untuk mengejar Serafin."Serafin tunggu," kataku ngos-ngosan. Ternyata capek juga mengejarnya, larinya cepat sekali kayak maling dikejar massa."Ayo sini," kata Serafin berhenti dan menungguku. Aku langsung berlari kencang padanya dan mengerjakan tubuh Serafin.Serafin yang belum siap langsung terjatuh ke atas pasir dengan aku di atas tubuhnya. Aku memukuli dadanya pelan, melampiaskan rasa kesalku. Seenaknya saja di menciumku tanpa izin. Ini kan ciuman pertama untukku. Harusnya dia izin dulu
Hari ini kau berencana menjenguk anak-anak yang keracunan di rumah sakit. Aku ingin tau bagaimana keadaan mereka sekarang.Aku tentunya sangat khawatir pada mereka. Mereka terluka bisa dibilang karena aku, karena tante Wenda ingin menjebakku. Sehingga anak-anak itu menjadi korban.Aku tidak habis pikir dengan tanteku. Bisa-bisa dia menganggap nyawa manusia seenteng itu. Hanya untuk harta warisan saja. Benar-benar tidak punya hati nurani.Apakah tante Wenda tidak berpikir. Anak-anak itu bisa saja kehilangan nyawanya karena memakan, makanan yang sudah diracuni. Tidak adakah sedikit rasa kasin saja di hatinya."Lunar mau temenin mama lari keliling komplek sayang," teriak mama dari bawah. Pagi ini memang mama ada rencana untuk lari keliling komplek.&n
Selesai menjenguk anak-anak, Serafin mengajakku ke tanaman. Aku juga sudah lama sekali tidak keluar rumah. Takut dicelakakan oleh tante wenda. Sekarang ada Serafin di sisiku jadi aku tidak perlu terlalu khawatir."Mau es krim atau apa?" tanya Serafin.Rambutnya yang lebat menarik perhatianku dari tadi. Aku ingin sekali mendaratkan tanganku di kepalanya. Membelai lembut rambutnya yang lebat."Gak deh. Mau lihat-lihat aja. Udah lama gak keluar rumah. Rasanya seneng banget, bisa keluar lagi.""Kalau lo bosan di rumah. Mau nge-mall bisa ajak gue kok. Biar kita bisa kencan sekaligus, tenaga aja tante Lunar gue yang traktir kok. Gue siap jadi sugar boy lo," katanya sambil tersenyum lebar menunjukan giginya yang putih dan rapi.
Aku menjerit histeris saat melihat Serafin menahan pisau dengan tangannya. Pisau yang diarahkan padaku ditangkap dengan tangan kosong oleh Serafin. Sehingga tangga langsung robek dan meneteskan darah.Saat aksinya tidak berhasil orang yang memakai Hoodie itu langsung berlari. Serafin ingin mengejar orang itu tapi aku langsung menahan tangannya dengan panik. Semakin panik saat semakin banyak mengalir dari telapak tangan Serafin.Aku menangis dan buru-buru menggenggam tangan Serafin yang dikoyak ganas oleh pisau. Berharap darahnya berhenti, tapi semakin aku menggenggam tangannya. Semakin basah juga tanganku dengan darah.Aku menangis saat merasakan hangatnya darah yang mengalir tanganku. Sementara Serafin terlihat tenang seakan tidak ada yang terjadi padanya.