Miska telah sampai di mansion ketika rembulan menggantung sendirian di langit. Entah kenapa malam ini bintang-bintang enggan menampakkan diri. Mungkin sedang malas melihat kehidupan di dunia yang semakin porak poranda karena ambisi dan kerakusan manusia. Mansion tampak sepi, memang biasanya juga sepi. Bayangkan saja Mansion ini luasnya lebih dari 8000 meter persegi, tapi hanya di huni oleh lima orang manusia, belum termasuk dengan para pelayan, tukang kebun dan Security. Betapa sepinya. Mansion ini di bangun oleh Kakek Atmaja dengan fasilitas yang lengkap. Sejak anaknya Darren Atmaja menikah dan memiliki anak, Darren membangun taman bunga, di persembahkan spesial untuk Sherly istrinya dan Anne putri kesayangannya. Tapi semua kemewahan yang tampak indah di pelupuk mata ini, tidak mengisyaratkan makna sebuah kebahagiaan.
Ketika Anne melangkah keluar dari ruang depan asrama tuna rungu, dia berpapasan dengan dua orang pria yang salah satunya Anne kenal. Beliau adalah Om Federick papanya Hanzel. Sedang pria satunya kemungkinan relasi bisnis Om Federick, jika dilihat dari penampilannya yang masih mengenakan Jaz dan kemeja kantoran. Senyum dibibir Anne terbit, kemudian dengan ramah Anne menyapa mereka. Karena sekarang Anne adalah tuan rumah di Yayasan ini. "Selamat datang, Om Federick. Ada yang bisa Anne bantu?" sapa Anne ramah. Sebenarnya ada rasa sungkan dan rasa bersalah dalam diri Anne pada Om Federick, perihal malam itu saat makan malam. Tapi karena hari ini beliau adalah tamu maka sebisa mungkin Anne harus bersikap profesional. "Ann, kenalin ini teman Om, namanya Pak Ardian. Beliau ingin menj
"Tolong ... siapapun, tolong kami .... " Di tengah malam buta, saat cahaya rembulan sedang bersembunyi di balik awan gelap. Sedangkan bintang-bintang juga sedang begitu malas menampakkan diri. Sebuah mobil yang meluncur membelah jalan raya menuju puncak Bogor, tiba-tiba tak terkendali dan menghantam marka pembatas jalan. Mobil itu berguling beberapa kali hingga kemudian terbalik. Suara minta tolong itu terdengar menyayat hati. Tapi apa hendak dikata, malam ini tak ada satupun kendaraan yang lewat di tempat itu. Bahkan rintik hujan mulai turun mengguyur bumi, seolah meredam gejolak panas angkara murka. "Tolong, tolong kami," suara minta tolong itu terdengar semakin lirih. Dalam keadaan setengah sekarat, suara itu tak berputus asa meminta pertolongan.
Federick membaca berkas laporan yang dikirim seseorang di email-nya. Dari ekspresi wajahnya menampakkan keseriusan, seolah sedang memeriksa laporan penting."Hmmm, jadi begini, dasar licik," desisnya geram.Dia masih begitu serius membaca email itu, ketika terdengar dering panggilan telepon di Smartphone nya."Ya.""Teruskan saja, jangan ada yang terlewat!""Okay, kutunggu laporannya."Demikian instruksi yang dia perintahkan pada orang di seberang sana. Setelah dia menutup telepon, Federick kembali sibuk dengan laptopnya."Gue akan membongkar semua misteri ini untuk elo, semoga elo tenang di sana, Sher," gumamnya pelan.Federick Adi Wijaya menghembuskan nafas panjang. Dia terkenang dengan masa sekian puluh tahun yang lalu. Ketika dia masih memakai seragam putih abu."Sher
Finn melangkah meninggalkan restoran dengan geram. Nafsu makannya mendadak hilang saat melihat Hanzel sedang memeluk Anne di restoran tadi.Langkahnya tergesa menuju mobilnya, tak butuh waktu lama kemudian meluncur meninggalkan restoran itu secepat kilat. Finn memukul setir mobil geram."Gue udah bilang sama elo, kalo Anne spesial banget buat gue, Hanz," gumam Finn.Kemudian Finn melajukan mobilnya menuju rumahnya dengan mood yang sangat buruk. Sesampai rumah, dia melihat Mama Merry sedang membaca novel kesukaannya di sofa ruang keluarga. Merry menghentikan aktivitasnya saat melihat Finn tampak kesal."Ada apa, Finn?" tanyanya."Finn lagi kesel, Mam," jawabnya sambil menyandarkan punggungnya di kursi."Mama juga tahu kalo kamu kesel, wajahnya aja ditekuk-tekuk gitu. Maksudnya ada masalah apa?" tanya Merry."Han
Alex kembali ke kantor dengan kemarahan yang memuncak. Hanzel secara terang-terangan sudah melarangnya untuk menemui Anne, dan itu membuat hatinya kesal. Betapa tidak, karena semenjak pertemuan pertama dengan Anne di malam konser amal itu. Alex telah benar-benar jatuh cinta pada gadis itu.Awalnya Alex hanya iseng saja datang malam itu. Hanya penasaran dengan gadis yang bernama Anne. Saat Raka bercerita padanya bahwa Miska begitu benci pada gadis bernama Anne itu, Alex ingin tau seberapa menyebalkan dia. Kenapa Miska ingin menyingkirkan gadis itu.Tapi tidak di sangka Alex malah terpesona dengan Anne. Anne tidak hanya cantik, bakat dan kesederhanaan Anne telah begitu memikat hatinya. Meskipun Anne memiliki satu kekurangan yaitu pendengarannya. Akan tetapi kekurangannya itu telah tereliminasi, terganti dengan kelebihannya.Alex belum pernah merasakan hatinya berdesir pada wanita manapun, hanya An
Tangan Hanzel mengepal penuh kemarahan menyaksikan dua orang yang paling dekat dengannya berbincang hangat penuh keakraban. Dia merasa begitu cemburu, karena Anne bisa ngobrol seakrab itu dengan Finn. Padahal kalau sama Hanzel Anne pasang mode jaim, kadang aja bisa becanda.Kemudian Hanzel masuk mobil yang segera melesat membelah jalanan."Hanz, kenapa sih?" tanya Elena melihat Hanzel kembali dengan mood yang buruk.Padahal tadi dia turun dari mobil dengan riang gembira, kenapa hanya dalam hitungan menit berubah. Elena yang menunggu di dalam mobil jadi keheranan. Hanzel memukul stir mobilnya dengan kasar. Membuat Elena kaget."Hanz!" teriak Elena. Hanzel masih membisu, membuat Elena kesal."Hanzel Adi Wijaya!" panggil Elena.Hanzel sangat hafal jika mamanya itu memanggil namanya dengan lengkap, artinya mama sedang marah."Maaf, Ma. Ha
Miska beranjak menuju kamarnya, meninggalkan ruang makan dengan derai airmata. Wajahnya mengisyaratkan syok dan kecewa yang dalam dengan kenyataan hidup yang di terimanya.Dia tidak pernah menyangka, jika pernikahan mamanya dengan papa Erick hanya untuk menutupi aib karena mamanya hamil di luar nikah. Bahkan dia selama ini juga tidak menyadari kenyataan bahwa mamanya hanya anak angkat keluarga Atmaja.Semua bukan tanpa alasan, itu semua karena Sandra terlalu memanjakannya. Sandra tidak mengijinkan seorangpun membuka suara tentang semua itu. Pelayan-pelayan di mansion itu tidak ada yang berani menggunjing hal itu atau mereka akan kehilangan pekerjaannya.Bagi keluarga kaya, melakukan tindakan demikian tentunya mudah. Mereka bisa membungkam mulut orang-orang supaya tidak membicarakan hal buruk tentang mereka, dengan uang atau kekuasaan.Ketika Erick m