“Sepertinya Dinara tidak sedang baik-baik saja. Dinara sedang dalam tekanan. Aku harus menolong Dinara.” Pikir Hardiansyah seraya berlalu ke ruangan kerjanya.
Di depan ruangan Arka, Dinara duduk membereskan barang-barangnya seperti biasa dan menyusunnya ke atas mejanya sedang Arka masih berdiri di samping Dinara dan menatap Dinara seraya berpikir. Arka harus memberitahu Dinara kalau Arka akan menikahi Sandra secara langsung.“3 hari lagi saya akan menikahi Sandra.” Arka ingin melihat reaksi Dinara, jadi Arka menahan kalimatnya.“Ohh, kalau gitu, apa yang perlu saya siapkan untuk bapak?” Dinara bersikap layaknya sekretaris profesional mengesampingkan status dan perasaannya sebagai istri dan ibu dari anak Arka dan Arka tidak suka itu. Begitupun Arka tidak bisa berbuat banyak karena Arka tidak ingin membuat siapapun curiga pada status hubungannya dengan Dinara.“Tidak perlu, saya cuman mau kasih tau kamu saja. Dan setelah kami menikah, Sandra jugMalam hari.Seperti pasangan normal lainnya ketika malam pengantin. Arka membawa Sandra masuk ke dalam kamar hotel mereka sedang Dinara dan Dimas juga masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Entah apa yang Arka dan Sandra lakukan di kamar mereka sebagai pengantin baru, di sisi lain, Dinara merasa tidak nyaman berada di kamarnya dan memikirkan sesuatu yang tidak sepantasnya ia pikirkan. Dinara berniat untuk pulang namun sepertinya ini tidak akan mudah karena Dimas pasti mengawasinya.Perlahan Dinara membuka pintu kamarnya dan menoleh ke sebelah kanan dan kirinya untuk memastikan kalau Dinara dalam kondisi aman untuk kabur. Kebetulan saat itu Dimas sedang mandi dan Arka serta Sandra sedang dalam ritual mereka. Segera Dinara melangkahkan kakinya keluar dari hotel tersebut tanpa sadar jika seseorang mengawasinya.Di kamar Arka, ponsel Arka berdering ketika Arka sedang bermesraan dengan Sandra, terpaksa Arka menjawab telepon tersebut lebih dulu sedang Sandra
Semua orang sudah berkumpul di meja makan dan sarapan siap dimulai dengan Sandra yang selalu menempeli Arka seperti lem. Pagi ini, Dinara harus melihat apa yang tidak ingin ia lihat. Terpaksa Dinara hanya duduk diam dan menunduk seraya menunggu makanannya disajikan.“Terima kasih, Mbak.” Dinara bersikap ramah bahkan pada pelayan yang hal itu membuat Sandra menatap Dinara yang sudah seperti orang yang suka cari perhatian dengan tatapan tak suka. Namun Sandra menyadari makanan yang pelayan sajikan pada Dinara selalu berbeda dengan mereka. Apakah Dinara sespesial itu untuk Arka?“Dinara, kenapa kamu setiap hari minum susu? Kamu suka susu? Lalu kenapa bisa makanan kamu selalu berbeda dengan kami?” Sandra sengaja langsung bertanya pada Dinara untuk melihat reaksi Dinara dan juga Arka.“Iya, Bu. Saya suka susu. Saya ada alergi pada beberapa jenis makanan, Bu. Jadi saya terpaksa harus memilih sendiri makanan saya,” jawab Dinara gugup dengan senyum canggung.
“Sayang, lidahku sangat perih seperti terbakar. Sepertinya sekretarismu tidak menyukai aku,” ujar Sandra mengadu sedang Dinara menahan tangisnya membersihkan pecahan gelas.“Dinara, hentikan. Kamu keluar dari ruangan saya dan jangan buat masalah apapun lagi.” Bentak Arka membuat Dinara benar-benar menangis dan pergi seraya Arka menenangkan Sandra.“Maaf Pak, Bu, saya tidak sengaja.” Dinara berlalu keluar dari ruangan Arka menuju toilet.“Dimas, panggil orang suruh bersihkan pecahan gelas ini. Katakan pada Nara jangan buat minuman apapun lagi atau dia akan membuat lidah semua orang terbakar.” Pinta Arka pada Dimas berikutnya setelah Dinara keluar dari ruangan Arka. Arka sengaja melakukan ini sebenarnya untuk menghukum Dinara sekaligus melindungi Dinara dari Sandra.Sandra merasa menang dan yakin kalau Arka lebih memilihnya dari pada Dinara. Sedang Arka hatinya merasa tidak tenang setelah membentak Dinara dan membuat Dinara menangis. Jujur s
“Kalau kamu sudah bisa kasih mama cucu, mama dan papa akan bantu kamu menyingkirkan wanita itu dan bayinya. Kalau sekarang, mama gak bisa bantu kamu untuk menyingkirkan mereka. Kamu tenang saja, Arka milikmu. Semua orang tau itu. Mama punya cara agar sekretaris itu tidak mengganggu kamu dan Arka. Mama akan suruh wanita itu tinggal di sini. Bagaimana?” Rupanya orang tua Arka ingin melindungi cucu mereka dari Sandra walau mereka mendukung Sandra untuk menjadi istri tunggal nan utama Danel.Sandra mengerti jika orang tua Arka memang sangat menginginkan cucu, tidak heran jika mereka ingin melindungi Dinara. Yang harus Sandra lakukan untuk menyingkirkan Dinara adalah dengan cara Sandra harus hamil dan membunuh Dinara dengan cara yang bersih atau yang berkesan bahwa itu terjadi karena sebuah kecelakaan. Yang lebih baik lagi adalah, jika Sandra ingin membuat semua orang membenci Dinara, maka Sandra harus membuat Dinara menjadi pelaku.“Haruskah aku berpura-pura hamil
Setelah berbincang dengan Sandra maka akhirnya Arka setuju untuk membawa Dinara kembali ke rumahnya. Arka sangat senang dengar respon Sandra yang sangat pengertian dan juga dewasa. Arka bersyukur bisa menikahi Sandra, wanita yang terlihat baik di matanya. Apalagi tadi kata Sandra, Sandra ingin mencoba akrab dengan Dinara.Sore hari.Arka dan yang lain sedang bersiap-siap untuk pulang. Arka menghampiri Dinara untuk memberitahu Dinara bahwa Dinara akan tetap tinggal di rumahnya. Dinara tak tahu apakah dirinya harus senang ataukah sedih karena Dinara akan selalu diperhatikan oleh Arka namun Dinara akan sedih dan cemburu jika harus melihat Arka dan Sandra bermesraan. Apalagi semenjak Arka menikahi Sandra, Arka selalu tidur di kamar Sandra. Padahal sebelumnya Arka tidur di kamar Dinara.Sesampainya di rumah, seperti biasa semua orang akan masuk ke dalam kamar mereka masing-masing, namun entah kenapa Sandra terlihat aneh sore ini karena Sandra ingin mengantarkan
Dinara menatap wajah Arka seraya menelan ludah kasar. “Pak, saya ngidam pengen makan mie instan, di dapur gak ada mie instan, jadi saya ke sini. Ini bukan salah mereka, jangan pecat mereka. Ini saya yang memaksa mereka,” ujar Dinara dengan sorot memohon. Arka menatap dalam netra Dinara dan itu berhasil mengacaukan hati Arka yang seketika itu juga mendadak luluh padahal Arka ingin marah pada Dinara dan para pelayan. Arka menghela nafas kesal dan menatap ke arah pelayan. “Kalian, buang semua makanan tidak sehat ini dari kamar kalian. Cepat!” Pinta Arka pada pelayan sedang pelayan segera mengumpulkan makanan simpanan mereka dan mengumpulkannya menjadi satu dalam sebuah wadah namun Dinara rasanya tidak rela melihat makanan enak tersebut dibuang begitu saja. “Kali ini, kalian saya maafkan. Lain kali jika kejadian seperti ini terulang kembali atau kalian ketahuan menyimpan makanan seperti ini lagi, kalian saya pecat. Paham?” Arka memberi peringatan keras pada para
Arka dan Dimas membuka paksa pintu toilet yang tidak terpakai tersebut dan terkejut. Bagaimana bisa Dinara berada di ruangan itu? Apa yang ia lakukan? “Dinara!” Teriak Arka hingga orang berkerumun mendekat ke arahnya. Dinara terlihat tidak sadarkan diri dengan posisi berbaring di atas lantai yang kotor tersebut. Segera saja tanpa banyak bicara Arka menggendong Dinara dan menyuruh Dimas mengambil mobil mereka. Wajah Arka terlihat marah, sedih bercampur khawatir. Entah Arka khawatir pada Dinara atau pada calon anak mereka. Tapi semua orang termasuk Sandra yang melihat Arka tahu bahwa Dinara sangat berharga bagi Arka. Rencana awal Sandra berjalan sempurna tapi Sandra malah dibuat kesal dengan hasil rencananya yang ingin menyingkirkan Dinara dan membuat Arka membenci Dinara. “Tidak masalah, ini baru langkah awal. Aku masih punya 1000 cara lainnya. Aku tidak akan berhenti sampai wanita itu mati atau Arka mencampakkannya.” Pikir Sandra mengikuti langkah ka
“Tentu aku akan melindungi kamu, Sandra. Apa yang kamu pikirkan, lagi pula tidak akan ada orang yang berani menyakiti kamu. Jika kamu merasa terancam, kamu bisa bilang sama aku biar aku segera tangani orang itu.” Arka meyakinkan Sandra yang masih merupakan prioritasnya yang kedudukannya sama dengan Dinara di dalam kehidupan Arka.Sandra tersenyum puas ke arah Arka dan mengangguk manja seraya memamerkan hal itu pada Dinara dengan sengaja. Selesai mengantarkan Arka, Dinara dan Sandra pulang, Dimas harus kembali ke taman yang tadi pagi mereka datangi untuk Dimas melakukan penyelidikan. Di sana memang tidak terlalu ramai di pagi hari, namun di sana juga bukan berarti tidak ada orang.“Pasti ada jejak yang tertinggal.” Pikir Dimas menatap ke sekeliling toilet dengan sangat teliti.Di rumah Arka.Sandra bersikap sangat baik pada Dinara dengan alasan untuk menebus kesalahannya, Sandra berinisiatif untuk membuatkan Dinara susu dan juga makanan lain untu