Ketika aku kembali ke permukaan, Padang Anushka kelihatan sepi.
Aku langsung merasakan posisi Lavi. Dia masih di gelanggang. Jadi, aku berjalan melewati jalur penghubung, melihat pinggir gelanggang dipenuhi banyak penghuni. Aku langsung terkejut. Lavi masih latihan?
Aku bergegas berlari ke kerumunan. Lily ada di belakang kerumunan, kaget melihatku terburu-buru. “Loh? Kau baru datang?”
“Eh?” Aku juga kaget. “Aku—ketiduran.”
“Lavi menghabisi semua tim bertahan. Haswin baru saja kalah.”
Aku tidak tahu harus terkejut untuk yang mana. Lavi yang mengalahkan tim bertahan atau Haswin yang entah tersambar apa sampai mau melawan Lavi. Yang jelas, aku langsung membelah kerumunan, menyaksikan kondisi terkini latihan.
Wujud gelanggang cukup mengerikan. Lantai kayunya cekung luar biasa di segala arah seolah seseorang sudah mengentakkan kakinya sampai bergetar. Yasha terkapar di sisi ujung gelanggang, d
Hari keberangkatan misi tiba, aku dan Lavi memutuskan menjadi regu yang pertama kali berangkat. Padang Anushka masih di awal pagi. Matahari baru terbit, kabut tipis masih menguasai sekitar, nuansanya dingin, tetapi juga kelihatan cerah. Hari yang bagus untuk berangkat misi.Reila sudah bangun ketika aku berangkat. Fal juga berusaha terbangun. Fal masih cukup mengantuk, tetapi berulang kali marah. “Fal sudah bangun!” Lalu lima menit kemudian, dia hampir tertidur lagi di sofa panjang. Pita duduk di sebelahnya, menatapku dengan intensitas cukup mengerikan seolah andai dia pergi sedetik saja dari samping Fal, aku akan mengganggu Fal sampai dia menangis. Kucing berbulu tebal ini rasanya semakin membenciku, tetapi juga selalu minta makanan.Aku tidak peduli dicakar atau apa pun, jadi aku mendekati Fal yang setengah tidur, membuatnya duduk—Pita sudah mengeong penuh peringatan.Aku menyugar rambut Fal. “Fal, aku berangkat, ya?”&ldqu
Lavi punya ide gila soal kelanjutan misi.“Kita sepakat kali ini kembali dengan cepat, kan?” tanya Lavi. “Aku punya ide cukup gila yang melibatkanmu di setiap proses. Aku bisa jamin kau tidak akan menanggung beban sendirian, tapi tetap kau yang memutuskan.”“Katakan saja,” kataku.Kurang lebih, karena dia tidak nyaman saat memintaku melakukan banyak hal dan dirinya lebih banyak diam, Lavi tiba-tiba tidak seperti dirinya. Dia membuat penjelasannya berbelit-belit, yang lama-lama membuatku frustrasi. “Katakan saja langsung ke intinya. Keputusan di tanganku, kan?”Akhirnya, dia kembali dengan penjelasan padat.Intinya, “Kita takkan turun ke bawah. Gendong aku agar kita bisa ke tujuan dengan melompati angin, dan—oke, aku tahu itu bahaya, jadi agar keberadaan kita di udara tidak menarik perhatian musuh, pakai juga kemampuan kabut. Kalau kita melakukan ini, kita bisa tiba di tujuan dengan cepat,
Aku hampir kelepasan mengajak Lavi terus mengobrol ketika di udara. Dia menghentikanku dengan berkata, “Kalau kau bicara sambil melompat, staminamu bisa cepat habis. Tahan suaramu. Kalau mau mengobrol denganku, tahan itu sampai kita istirahat. Nah, lihat? Napasmu mulai agak berat, kan?”Lavi juga ingin fokus dengan deteksi, jadi kami tidak bicara lagi.Dia hanya sesekali berkata, “Forlan, di kiri ada kawanan burung. Rendahkan sedikit lompatanmu. Kita tidak boleh menabrak.” Atau dia melapor seperti, “Hm... ternyata deteksi di udara tidak bisa seluas saat di darat, ya. Mungkin karena udara ini juga ruang luas terbuka. Kalau menapak di tanah, aku bisa mendapat informasi dari hal-hal yang tidak bisa kulihat, seperti topografi atau apalah. Tapi kalau udara begini, aku bisa merasakan arah angin, tapi sebenarnya juga bisa kulihat sendiri.”“Kalau aku,” kataku, “bisa merasakan suhu sampai kelembapan.”&l
Kami lanjut melompat lagi. Menurut Lavi, “Hanya perlu setengah jam lagi.”Kabut aktif kembali, kali ini aku juga mencoba melompat dengan jarak lebih jauh lagi. Lavi menyadarinya, tetapi membiarkan.Di perjalanan, aku juga sedikit bertanya tentang kemampuan para penghuni. Ada beberapa yang kemampuannya tidak terlalu kumengerti.“Isha itu tipe pemilik kemampuan yang kalau kau tidak menyadarinya, kau pasti menganggapnya jenius seribu tahun sekali,” kata Lavi. “Awalnya juga tidak ada yang percaya Isha pemilik kemampuan, tapi Rhea bukan pembohong. Semua orang berusaha percaya dan ternyata memang sungguhan.”“Memangnya apa yang bisa membuktikan dia pemilik kemampuan?”“Darahnya.” Kemudian Lavi mengerang. “Forlan, itu bukan bidangku. Aku tidak mau mengerti. Kalau kau penasaran soal perbedaan pemilik kemampuan dan darah campuran biasa, tanya saja Dokter Gelda.”“Oke, oke.&
Kalau dirangkum, agaknya perjalanan misi kali ini memang sinting.Kami berangkat di awal pagi. Matahari baru akan terbit. Aku tidak lihat jam, tetapi perkiraan waktu berangkat kami pasti sekitar jam lima atau setengah enam. Anggap paling buruknya kami berangkat jam enam, lalu perjalanan ke titik patroli sekitar—menurut Lavi, “Kalau istirahat dihitung, harusnya dua jam kurang.” Jadi, anggap perjalanan selama dua jam. Berarti kami sampai di titik patroli jam delapan, dan tak ada petunjuk berarti. Di waktu sama, Padang Anushka baru memasuki jam sarapan. Terlepas kami sudah mengisi perut, kami masih bisa mengejar jam sarapan dan mengejutkan Reila yang belum berangkat—dia pasti tengah makan. Aku bisa membayangkan Reila akan mengumpat melihat kami, sejenis, “Kalian sinting. Misi hanya tiga jam? Di sini bahkan masih ada penghuni yang belum bangun!”Sayangnya, Lavi mencetuskan titik kedua. Dari estimasi yang dia ramalkan di peta, dia bilang,
Kami tiba di Padang Anushka sore hari. Pondok perbatasan seperti biasa. Hanya ada Mister—yang bermain catur di bangku depan dengan Kara. Awalnya Kara tidak sadar. Dia benar-benar meletakkan fokus ke permainan catur, tetapi saat Mister tiba-tiba berkata, “Selamat datang kembali,” Kara langsung terkejut.“Nak? Kalian sudah kembali?”“Kami sudah kembali,” jawab Lavi, seolah perlu menegaskannya.Kuharap ini hanya perasaanku, tetapi Mister terkesan tidak terlalu terkejut. Aku curiga Mister sudah menduga ini—atau jangan-jangan Mister bisa meramalkan masa depan? Dari semua penghuni, Mister salah satu penghuni yang tidak pernah bisa kumengerti. Lavi pernah bilang kalau Mister bisa melihat lebih luas dari yang kupikirkan. Namun, kemampuan khususnya benar-benar misterius.Mister juga mengerti kalau kami akan ke klinik sendiri. Itu membuat Kara—sekali lagi—terkejut, entah karena kami yang terlalu santai ata
Malam datang dengan cepat. Begitu juga dengan kantuk.Fal masih belum bisa tertidur, jadi dia berjanji ketika kami sudah berbaring. Dia memegang alat mirip gadget. “Fal takkan ke mana-mana. Fal tetap di sini kalau Forlan sudah tidur. Fal yang menjaga tidurnya Forlan.”Sebenarnya aku ingin bertahan sedikit lebih lama—terutama karena ketika aku setengah tertidur, sudut mataku menemukan pendar putih beriak di kegelapan kamar. Hanya ada cahaya remang-remang karena Fal masih bermain, tetapi Fal tak bisa menyadari atau melihat wujud pendar putih itu. Di penglihatan setengah sadar, aku mendapati Bibi mewujud dan mendekat ke sisi ranjang.Pendarnya terasa tersenyum. “Tidurlah, Sayang. Kita bisa bicara nanti. Kau pasti kelelahan. Biarkan Bibi menemani kalian.”Barangkali ini efek semua yang kulakukan di misi—kesadaranku bisa jatuh lebih cepat dari biasanya. Aku bahkan tidak sempat mengatakan apa-apa pada Bibi. Mataku sudah menut
Aku sedang membakar beberapa ikan bersama Fal di halaman belakang saat Reila datang membuka pintu. “Aromanya enak sekali!”Fal langsung berlari ke Reila. Aku masih mengipasi ikan. Tungkunya tidak terlalu besar. Masih ada enam ikan lagi yang harus dibakar. Mungkin semestinya aku menyambut Reila dan memberinya sepatah lelucon jongkok kesukaannya yang bisa membuat ikan ini semakin gosong, tetapi aku juga setuju ucapan Reila. Aroma ikan bakar ini keterlaluan enak sampai aku tidak mau berlari seperti Fal. Aku sudah membalikkan empat tusuk di tungku dan merasakan dua garis keringat mengalir di pipiku saking dekatnya aku dengan pembakaran sebelum Reila menepuk bahuku—meninju sampai aku terkejut—dan menuntut, “Mana sambutanku?”Dalam sekejap dia sudah memakai baju santainya. Jadi, aku memeluknya—dia balas memelukku seolah kami tidak berpelukan selama sepuluh tahun.Dengan cepat kami sudah berinteraksi selayaknya tidak ada yang b