Share

6. Insiden

Sesampainya langkah Lista di luar, ia merasa kakinya mendadak lemas. Bahkan Ririn sampai spontan menangkapnya. Begitupun dengan Aiden dan Heru. Sedangkan Angkasa ,cowok itu hanya melihat Lista dengan tatapan yang cukup dalam.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Ririn khawatir.

"Kaki gue lemes Rin. Ya Tuhan ,barusan gue ngapain?"

Pernyataan Lista memancing tawa Aiden. Cowok itu bahkan nyaris tertawa ngakak. Pasalnya tadi saat di dalam, Lista sangat berani. Tapi sekarang justru berbalik.

"Gue sebut lo pemberani dan nekat." sambut Heru.

"Dan lo Sa, harusnya minta makasi sama Lista. Nekat dia ketemu bokap lo untuk bisa izinin lo ngeband."

"Gue nggak minta." Angkasa melangkah lebih dulu meninggalkan teman-temannya yang terkejut.

Bahkan Rama juga sampai tak habis pikir. Rama berlari mendekati Lista, "Kakak nggak apa-apa?!" tanya Rama tak enak hati.

Lista mengangguk lalu tersenyum, "Aku tak apa." jawab Lista. Walaupun ja tersenyum, namun dari raut wajahnya, Rama yakin jika kakak cantik di hadapannya ini sedang kecewa.

"Kakak ingin tahu sesuatu? Abang memang begitu. Dia sangat susah berterima kasih, tapi sebenarnya ia senang. Bahkan jika gengsinya tak tinggi, Rama yakin akan ada ucapan terima kasih yang sangat banyak dari mulutnya. Mohon maklumi ya. Dia memang begitu. Bunda saja sering di buat geleng-geleng kepala." ungkap Rama yang seketika membuat rasa kecewa Lista lenyap tak bersisa.

Lista menatap Angkasa yang kini berdiri sambil menyenderkan tubuhnya di mobil Aiden. Secara perlahan ia mulai paham bagaimana sifat Angkasa. Dan sepertinya ia harus tahan-tahan.

*****

Selama perjalanan menuju Car Free Day, hanya ada celotehan dari Rama yang menceritakan hobinya. Dari cara bicara Rama, ia yakin bocah ini anak yang pintar.  Sepertinya semua keluarga Angkasa punya otak yang cerdas.

Bahkan sampai mobil berhenti di parkiran pun, Rama masih belum berhenti mengoceh. Berbeda 180° dari Angkasa. Cowok itu malah tak mengeluarkan sepatah kata sedikitpun. Ia hanya menjawab pertanyaan Aiden dengan bergumam.

Setelah turun dari mobil, Angkasa, Aiden dan Heru langsung menuju belakang panggung untuk bersiap-siap. Sedangkan Lista, Ririn dan Rama menunggu di depan. Seperti janji Lista tadi, ia membawa Angkasa ke sini untuk membantunya dalam tugas. Jadilah sebagai bukti, ia harus merekam penampilan Angkasa.

ia asik berdiri di depan panggung saat MC mengatakan sebentar lagi akan ada penampilan dari Angkasa Dan gengnya. Namun Lista syok seketika saat antusias pengunjung terutama yang perempuan sangatlah bagus. Bahkan mereka menyebut nama Angkasa. Bahkan tubuhnya sampai di dorong sana sini demi gadis-gadis itu bisa menerobos bagian depan.

Sepertinya Angkasa sudah terkenal selama ini. Kenapa ia tak tahu?.

Lista menatap Ririn. Ia ingin meminta satu penjelasan dari Ririn soal ini semua.

Lista menarik Ririn ke samping panggung. Begitupun dengan Rama. Ia mencoba menghindarkan Rama dari dorongan kebringasan gadis-gadis itu.

"Apaan sih Ta?" tanya Ririn bingung.
"Udah bagus kita di depan, kenapa lo tarik ke sini?"

"Gue mau tanya sesuatu sama lo."

"Tanya? Tanya apa?"

Lista melirik ke arah panggung, dan Angkasa sudah di sana. Begitupun dengan sorakan para gadis. Sungguh menggema.

"Kenapa mereka semua tahu dengan Angkasa?" tunjuk Lista pada penonton.

Ririn menghela nafas panjang. "Karena yang lo bawa itu idola para gadis."

"Maksud lo?"

"Angaksa, Aiden dan Heru itu idola para gadis Ta. Lo lihat saja followers I*******m mereka. Angkasa bahkan nembus 2 juta."

Pernyataan Ririn sontak membuat Lista melongo tak percaya.
"Dua juta?" ulang Lista.

Ririn kembali mengangguk. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan mencari I*******m Angkasa lalu memperlihatkannya pada Lista.

Di sana, Lista seketika terdiam. Ia belum tahu banyak soal Angkasa. Bahkan ia tak mengenal Angkasa sama sekali. Entah kenapa ia merasa sedih dan kecewa.

Dengan lesu ia berjalan menuju depan panggung. Ia harus menepati ucapannya pada ayahnya Angkasa.

Begitu susah ia menerobos. Bahkan umpatan kasar dari gadis-gadis itu terdengar di telinganya.

Namun ia merasa tak peduli. Ia hanya ingin merekam.

Lista mengeluarkan ponselnya, dan mencoba melangkah semakin masuk ke dalam. Namun sepertinya ia salah mengambil keputusan. Karena detik berikutnya, gadis gadis itu mengamuk padanya.

"Lo siapa sih? Berani menerobos barisan?" Teriak salah seorang penonton.

"Gue mau ngerekam. Gue punya tugas."

"Anjing lo ya. Lo mau nipu kita-kita."

"Nggak! Gue serius. Minggir sebentar."

"Ah bacot!"

Lista didorong kuat oleh mereka sampai tubuhnya menghantam pagar pembatas dan membuat ponsel yang Lista pegang terlepas dan jatuh ke dalam pagar.

Melihat kejadian itu, Angkasa langsung menghentikan tabuhan drum nya dan berdiri. Begitupun dengan Aiden dan Heru.

"Lista?!" Ririn berteriak kencang. Ia mendorong kuat kerumunan penonton sampai ia berada di samping Lista.

"Kalian semua apa-apaan sih!!? Punya otak kalau mau bertindak. Gunain otak kalian." teriak Ririn.

"Lo lagi! Lo siapa?"

"Hah? Lo tahu? Siapa yang lo lukai sekarang? Dia yang bawa Angkasa ke sini. Dia pacarnya Angkasa!!"

Deg! Semua terdiam. Bahkan teriakan Ririn terdengar sampai ke atas panggung dan telinga Angkasa.

Aiden melirik Angkasa yang masih berdiri di posisinya tadi.

Bisik-bisik kini terdengar. Banyak yang menyampaikan protesnya. Yang mereka tahu Angkasa masih jomblo.

Lista menghela nafas panjang. Ia melirik ponselnya yang terlempar sekitar dua meter darinya.

Ia menatap salah satu staf dan meminta bantuan staf tersebut untuk mengambilkan ponsel itu.

Setelah ia dapatkan ponselnya, Lista mencoba berdiri dan melangkah menghindari panggung. Tubuhnya terasa sakit. Ia bahkan tak melakukan apapun tapi kenapa bisa ia mendapatkan amukan seperti ini.

"Rin, gue pulang ya." pamit Lista yang membuat Ririn seketika khawatir.

Ririn berlari mengejar Lista yang sudah berjalan lebih dulu.

"Angkasa! Adik lo nih! Hati-hati ntar adik lo yang jadi sasaran gilanya fans lo!" teriak Ririn dan kembali berlari mengejar Lista dan meninggalkan Rama sendirian di sana.

Aiden melihat Lista yang berjalan pincang. Dengan cepat cowok itu turun dari panggung dan berlari mengejar Lista.

"Ta! Gue anter ya?"

Lista menggeleng, "Nggak usah. Kalian lanjutin aja manggungnya. Gue bisa sendiri kok. Lagian ada Ririn juga."

Aiden menatap Ririn, namun Ririn seolah enggan menatapnya. Ia seketika menghela nafas panjang.

"Maafin kita ya."

Lista menggeleng, "Kalian nggak salah kok." jawabnya.

"Rin, maafin gue ya!"

Lista menatap Ririn. Kata maaf dari Aiden seolah ada makna tersirat di dalamnya ,namun ia tak tahu makna apa itu.

Ririn tak menjawab. Ia justru kembali melangkah membantu Lista berjalan. Aiden seketika mengacak rambutnya kesal. Ia benci situasi seperti ini. Dulu ia tak seperti ini, hatinya tak separah ini.

"Kapan lo bisa maafin gue Rin?" gumam Aiden dengan tatapan kecewanya.

Dengan lesu, Aiden kembali berjalan menuju panggung. Namun bukan untuk melanjutkan pertunjukannya, melainkan untuk mengungkapkan kekecewaannya hari ini dan penampilan mereka pun terhenti saat itu juga.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status