"Ayo anak-anak manis, makanlah." Mereka bertiga melihat kepedulian Shen Xiao merasa heran. Setelah memasakkan sup daging dari peralatan masak yang ntah darimana asalnya begitu terlihat lengkap, seperti langsuny diambil dari dapur restoran, Shen Xiao menyajikan sup itu ke mangkuk dan memberikannya kepada mereka bertiga dengan hati-hati. Shen Xiao turut makan seperti mereka juga, dia duduk bersila di antara mereka dan menikmati makanan itu bersama-sama dengan tenang dan begitu fokus pada makanannya. Ada yang aneh, ketiga anak itu memikirkannya. Sampai suara Lin Tian terdengar di tengah makan mereka. "Kak Shen, di mana Xin Xin?" tanya Lin Tian, menyadari tak adanya gadis Blue Phoenix itu di sini sejak tadi, bahkan ketika makan, Xin Xin tak ikutan hadir menikmati makanan yang dibuat Shen Xiao dari hasil buruan mereka dan Xin Xin turut andil membantu mereka bahkan dia juga mengajari mereka bertiga cara menguliti kulit para Hewan Buas tersebut. Karena bermacam-macam Hewan yang mereka ta
Suara berisik dari luar membuatnya terbangun. Semulanya ia tertidur sangat pulas dengan tidak tahu malunya berada di tempat orang. Tempat tinggal kerabat pedagang yang memberikanya tumpangan. Namun kini juga memberikanya kamar untuk ditinggali untuk sementara waktu. Sangat menguntungkan, tak perlu lagi ia susah payah mencari penginapan di kota. "Kakak! Kau tahu kan bagaimana situasi kota ini? Kau seharusnya tidak asal membawa orang asing ke sini! Kau ingatkan waktu lalu apa yang terjadi dari tindakan baik mu itu?!" Shen Xiao melihat keluar, sedikit ia membuka pintunya untuk melihat siapa yang berdebat di luar. "Li Mei, pemuda itu dalam keadaan buruk, dia bahkan tidak bisa bicara karena keadaannya sekarang. Li Mei, keluarga kita tidak pernah membiarkan orang lain yang tengah terluka begitu saja. Adikku dengarkanlah kakak mu kali ini saja," mohon pria berbadan gempal menyatuhkan kedua tangannya pada seorang gadis yang dilihat dengan kedua mata hitam pekat Shen Xiao. Gadis yang seperti
Kedua netra hitam tajam Shen Xiao menyapu pandang pada sekitaran kota dari atas atap rumah warga. Shen Xiao tengah berdiri sambil memegang sebuah tongkat kebanggaannya melihat dari atas suasana kota yang begitu sangat ramai, aman, damai dan tenang. Seperti tak ada sesuatu yang mencurigakan di dalam kota ini, tapi anehnya membuat gadis yang ditemuinya saat siang hari tadi menyuruhnya untuk segera pergi.Karena penasaran akan sesuatu yang dikatakan gadis itu, Shen Xiao memutuskan untuk mencari tahunya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi di kota ini?"Ibu! Ibu! Lihat ada bunga api!" Seruan seorang gadis kecil yang terdengar sangat jelas meski ributnya suara warga kota sambil jarinya menunjuk pada langit di atasnya seketika membuat Shen Xiao serta para warga kota lainnya mendongakkan matanya. Bunga api di malam hari, memang indah sekali. Sebenarnya apa ada festival di kota ini sampai ada bunga api segala? Shen Xiao memikirkan itu. "Sudah lama sekali aku tidak melihat bunga api di langi
Bruk!"Sial!" Shen Xiao mengumpat dalam hatinya. Setiba keluar dari cermin pemindahan. Pria yang membawanya itu asal mendorongnya dengan tak berperasaan 'nya sampai membuatnya jatuh tersungkur di lantai dan itu tak ia sangka tepat di bawah kaki seorang wanita berpenampilan seksi begitu cukup terbuka pakaian yang dikenakannya, sampai tampak kaki mulus dan jenjangnya itu dari posisinya yang cukup menguntungkan untuk melihatnya.Shen Xiao tidak se-m*sum itu, matanya memilih mengarah ke lain arah setelah tanpa sengaja melihatnya. "Kau membawa bajingan mana lagi, Tuan Zhang?" Wanita itu bersuara, suaranya sangat lembut dan terdengar sangat menggoda.Wanita pemilik tato pedang bersilang yang di tengah-tengahnya terdapat gambar mawar merah yang letak nya sendiri berada di dadanya yang cukup terbuka membela dari kedua benda besar yang dimilikinya. Wanita berambut hitam tergerai panjang itu tengah duduk di kursi sambil menghisap tembakau.Karena biasa melihat kebiasaan wanita itu. Pria tersebu
"Shen Xiao, cepat pergilah." Ji Shu mendesak Shen Xiao untuk segera pergi dengan mendorongnya bersama Zhang Cheng. "Kau bawa Shen Xiao pergi dengan cermin pemindah, secepatnya," pintanya pada Zhang Cheng.Zhang Cheng menatap Shen Xiao seraya mengatakan. "Cepat ikut denganku.""Aku bukan pria pengecut yang akan meninggalkan wanita sendirian di sini."Langkah yang akan diambil Zhang Cheng terhenti. "Hei, jangan bersikap lunak, kau sekarang sedang ditolong Nona Shu, jangan menyia-nyiakannya.""Aku akan tetap di sini," kata Shen Xiao tetap teguh pada keputusannya. "Haha ... ternyata wanita jalang ini masih memelihara pria lagi. Tapi standar pria yang kau pelihara kenapa menjadi rendah begini? Dia cacat lagi ... haha!" Seorang pria datang bersama rombongannya yang sepertinya itu anak buahnya.Ji Shu membalasnya ketus, "Dia bukan pria peliharaan ku.""Kau siapa?" tanya Shen Xiao dengan pandangan mata memicing tak senang mendengar perkataan pria itu asal menuduhnya pria peliharaan Ji Shu.P
Atas tindakan Ji Shu. Wang Chun dan para anak buahnya dibuat berjalan pulang tanpa memakai pakaian, sampai mereka merasa sudah tidak punya muka lagi, hidup mereka sudah berakhir dan Wang Chun sendiri merasa sangat marah. Walaupun ia kini merasa malu dipandang jijik orang-orang bahkan sampai ada yang melemparinya kotoran. Wang Chun masih sempat-sempatnya memikirkan balas dendamnya kepada Ji Shu dan dua pria yang bersamanya.Jika saja tidak adanya Zhang Cheng, mungkin Wang Chun sudah membunuh Ji Shu. Wang Chun sangat marah, ia ingin segera mengadu pada ayahnya atas perbuatan Ji Shu yang sudah kelewatan batas padanya. Sedangkan Ji Shu sendiri di lain sisi terlihat sangat bahagia sampai ia mengajak Zhang Cheng dan Shen Xiao berpesta meminum arak bersama. Shen Xiao dan Zhang Cheng jadi ikutan gembira bila arak yang dikeluarkan Ji Shu. Sebelumnya Shen Xiao akan beranjak dari tempat ini menjadi terhenti ketika Ji Shu memberikan tawaran arak padanya."S
Terlalu banyak minum arak membuat Shen Xiao merasa kesulitan berjalan. Berkali-kali ia hampir terjatuh kesandung kakinya sendiri atau kesandung tongkat bambu yang menjadi sanggahannya berjalan. "Menari di antara bintang-bintang~ terbuai dalam kenangan~ hati ini nan bimbang~ terdiam penuh kesedihan~ ha'ah~ hoo~ "Mulutnya berkomat-kamit mengomel tak jelas dan kadang ia bersenandung. Untung suaranya merdu, sampai yang mendengarnya terhanyut dengan suaranya, sampai itu membuat seorang gadis yang tengah sibuk berlatih menghentikan aksi latihannya.Tebasan pedang terarah tepat pada kepala beberapa orang-orangan jerami yang berada di tempat pelatihan atas perbuatan gadis itu. Gadis yang mengenakan penutup mata hitam tanpa melihat secara langsung sasaran yang dituju. Ia menghelakan napasnya gusar sembari membuka penutup matanya. Latihannya kali ini berhenti sangat cepat dari biasanya. Suara senandung seseorang membuatnya menjadi tak fokus pada latihannya. Suara itu amat mengganggunya padaha
Tabib tua itu merasa bergidik sendiri melihatnya. Terpaksa dengan keringat yang mengucur deras ia memeriksa tubuh Shen Xiao dan sampai di kaki kiri Shen Xiao yang tampak menghitam, pria itu bergumam, "Kutukan Naga.""Apa yang Anda katakan?" Shen Xiao mengernyitkan dahinya berkata cukup sopan."Hm?" Pria tua itu turut bingung."Coba ulang yang Anda katakan tadi?" desak Shen Xiao merasa penasaran kembali dengan sesuatu yang didengar nya tadi."Soal kutukan Naga?" tanyanya yang diterima anggukan Shen Xiao. "Saya memperkirakannya ini sebuah Kutukan dan terbesit dalam ingatan saya jika itu dari Naga.""Siapa Anda pak tua?" tanya Shen Xiao selidik. Ia merasakan kecurigaan dari tabib tua itu padahal ia yakini, tak ada yang tahu menahu mengenai sesuatu yang dideritanya, kecuali ... dia mungkin orang yang bersangkut-pautkan atau dia memang sudah mengetahui sebagian besar tentang dunia ini.Tabib tua itu menjelaskan melihat kecurigaan di mata Shen Xiao, "Saya seorang tabib yang sangat senang mem