Share

Petugas Kebersihan Misterius

Suasana malam itu terasa begitu dingin, deru ombak pantai  bergulung-gulung dan sesekali terpecahkan oleh batu karang yang menjulang kokoh di tengah lautan.

Zack dan Nayla merebahkan tubuhnya terlentang beralaskan  pasir pantai sambil menengadah memandang hamparan bintang-bintang yang ada di langit. Tatapan keduanya tampak kosong dan hanyut oleh pikiran masing-masing.

Zack mengingat kembali bagaimana masa-masa indahnya dulu bersama Mandy. Kenangan itu terasa manis, tetapi menyakitkan jika untuk dikenang.

Pun demikian dengan Nayla, kebersamaannya bersama Victor adalah kenangan terindah semasa hidupnya. Ya hidup seperti manusia normal yang dulu pernah ia dapatkan. Entah kapan kehidupan seperti itu akan ia dapatkan kembali, atau mungkin ia akan seperti ini selamanya.

"Zack, apakah kau tertidur?" tanya Nayla tanpa melihat ke arah Zack.

Zack yang masih termenung hanya menjawab sekenanya.

"Heem."

Nayla sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya,  meskipun Zack malas menanggapi setidaknya masih ada yang mau mendengarnya.

"Zack, jika di dunia ini sudah tidak ada yang mengharapkanmu tetap hidup, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mengakhiri hidupmu karena tidak ada satu pun yang menginginkanmu?"

Zack menoleh ke arah Nayla, gadis itu menatap ke atas di mana terdapat bintang-bintang berkilauan yang sedang menghiasi cakrawala.

"Hidup matiku bukan karena keinginan seseorang. Aku tidak peduli ada yang ingin aku hidup atau mati. Semua itu tidak penting lagi bagiku."

"Bagaimana denganku? Aku berada di tengahnya. Antara hidup dan juga mati, bahkan lelaki yang kucintai mengatakan bahwa aku adalah mayat hidup. Apakah menurutmu aku menyerah saja dengan kematianku? Karena hidup pun tidak ada yang menginginkanku,"  tutur Nayla dengan wajah putus asanya.

Zack hanya terdiam mendengar perkataan Nayla. Mungkin benar, Zack lebih beruntung dari gadis itu. Zack hanya kehilangan cintanya saja, tetapi jiwa dan raganya masih menjadi miliknya. Namun, hal itu sangat berbeda dengan kondisi Nayla. Perempuan itu sudah lama terpisah dengan jasadnya dan saat-saat sulit seperti ini membuat Nayla putus asa. Ada rasa iba dari diri Zack untuk Nayla. Tanpa ia sadari, tangannya terulur untuk kemudian menggenggam tangan Nayla dengan erat seolah memberikan semangat dan harapan baru kepada perempuan itu.

Merasa tangannya digenggam erat, Nayla menoleh ke arah Zack. Lelaki itu masih setia menatap langit dengan wajah datarnya. Nayla sedikit menarik kedua ujung bibirnya, membuat senyum tipis yang indah.

Ketika itu, hanya Nayla sendiri yang bisa merasakan arti kekuatan sebuah genggaman tangan seorang teman di saat situasi terpuruknya seperti saat ini.

Keduanya kembali menatap hamparan bintang bersama-sama sambil mendengarkan irama deburan ombak laut di tengah malam yang terdengar merdu di hati mereka yang tengah bersedih.

************

"Semalam kau tidak pulang?"

Stevan yang baru pulang dari dinas malam menanyai Zack yang baru saja memarkirkan motor. Mereka tanpa sengaja bertemu di basement apartemen.

Zack hanya mengangguk tanpa bersuara, berjalan mendahului Stevan yang masih bingung dengan sikap Zack yang tak biasa.

Keduanya berjalan saling mendahului tanpa bertegur sapa lagi hingga sampai di depan pintu unit apartemen mereka.

Zack menekan tombol passcode lalu membuka pintu dan langsung masuk ke dalam unitnya. Ia menaiki tangga yang menuju kamarnya, melepas jaket dan sepatu dengan meletakkannya di sembarang tempat lalu berhambur menjatuhkan tubuh di atas kasur.

Stevan yang melihat perubahan Zack, tidak berani menanyainya terlebih dulu. Mungkin lelaki itu sedang ada masalah dengan kekasihnya. Karena yang Stevan ketahui Zack tadi malam sedang berkencan dengan Mandy, dan mungkin kencan mereka tidak berjalan dengan lancar sehingga membuat Zack menjadi uring-uringan seperti itu.

Stevan memilih  membersihkan diri terlebih dulu dengan melepaskan seragam dan segala atribut kepolisiannya sebelum memasuki kamar mandi. Ya, sebaiknya ia menunda dulu bertanya kepada Zack mengenai kasus pencurian yang sedang Zack tangani, menunggu lelaki itu untuk menstabilkan emosinya.

***

Di sebuah rumah besar dan megah terdapat seorang taipan kaya yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan mengangkat satu kaki untuk ia tumpukan di atas kaki yang lain. Sambil mengulum cerutu di mulutnya, ia nyalakan pemantik api yang membuat asap mengepul menerpa wajah bengisnya.

Telinganya bertindik dengan anting berlian yang menghiasi cupingnya. Sorot matanya tajam dengan aura dingin yang penuh dengan kegelapan melingkupi sekitaran. Membuat semua orang yang berhadapan dengannya memilih mundur dan segera pergi agar tidak lagi berurusan dengan lelaki itu.

Datanglah terbongkok-bongkok seorang laki-laki malang  dengan wajah menyedihkan berusaha mengiba kepada sang tuan yang nampak tidak sudi hanya untuk menatap ke arahnya.

"Apa yang bisa membuatku memaafkan kesalahanmu?"

Mata pria malang itu membulat sempurna. Jika tuannya sudah mengatakan kalimat itu, tentu tidak bisa ia lakukan selain pasrah dengan keadaan. Ya, nyawa di sini sama sekali tidak ada harganya. Mereka semua yang mengalami nasib sial dengan berurusan dengan laki-laki kejam itu dapat dipastikan akan mengalami kematian yang mengenaskan.

"Tuan, yang saya tahu opsir Zack memiliki kekasih yang rumahnya dekat dengan pinggiran kota. Dia adalah teman masa kecil sekaligus belahan jiwanya."

Mata lelaki itu menyipit menatap ke arah si pria malang. Sepatunya yang mengkilat menapak di atas lantai menimbulkan bunyi dentuman. Jari telunjuknya ia letakkan di bawah dagu pria malang itu membuat orang itu mendongak menatapnya.

"Aku menyuruhmu mencari sisi kriminalitasnya, bukan mencari kekasihnya."

Pria itu sedikit memundurkan kepalanya, takut menatap netra legam milik atasannya itu. Namun, ia tidak bisa melakukan hal lain selain pasrah dengan nasib buruk yang akan menimpanya.

"Ampun, opsir Zack terlalu bersih untuk dicari keburukannya. Mungkin Tuan bisa menggunakan kekasihnya agar dia bisa melepaskan adik Tuan."

"Bodoh!"

Pria itu dengan kejam menghempaskan dagu si lelaki malang yang sangat tidak berdaya di depannya. Matanya melirik ke arah anak buahnya untuk kemudian memberi isyarat agar menyingkirkan pria malang yang dianggapnya tidak berguna untuk segera dilenyapkan.

Dalam sekali anggukan dua orang bertubuh besar menyeret paksa lelaki malang yang berusaha meronta-ronta dan mengiba untuk dilepaskan, tetapi hal itu sama sekali tidak mengetuk hatinya untuk mengasihani lelaki lemah seperti itu.

"Opsir Zack, mungkin kita akan bermain-main setelah ini," ucapnya dengan mata berkilat penuh ancaman.

********

Pagi ini tampak begitu cerah. Hari minggu yang ditunggu-tunggu semua pekerja telah tiba, membuat semua orang yang biasanya sejak pagi sudah berkecimpung dengan kehidupan dunia kerja berubah lebih santai dan menikmati waktu.

Zack menggunakan pakaian santainya ingin sekedar lari pagi di jogging track yang merupakan salah satu fasilitas di apartemen tersebut. Stevan juga melakukan hal yang sama, lelaki itu dengan pakaian santainya juga bersiap-siap melakukan lari pagi bersama Zack.

"Zack tunggu! Aku ikut bersamamu," ucap Stevan sambil menyelesaikan mengikat tali sepatunya.

Zack berjalan perlahan sambil menunggu sepupunya itu mengejarnya. Lari pagi sangat baik untuk kesehatan, menyegarkan pikiran apalagi bagi seseorang yang tengah patah hati sepertinya. Zack dan Stevan memutuskan untuk berolahraga bersama melepas penat beban pekerjaan yang setiap hari memenuhi pikiran mereka.

"Kau mau kemana?"

Stevan yang akan berbelok ke arah jogging track menghentikan langkahnya ketika melihat Zack justru menuju basement bukan mengikutinya.

"Aku berubah pikiran. Aku ingin bersepeda," ucap Zack kemudian.

Tanpa menunggu reaksi dari stevan  Zack mengambil sepedanya, mengenakan perlengkapan bersepeda lalu mengayuh sepedanya meninggalkan Stevan. Stevan hanya berdecak dengan menghentakkan kakinya kesal akan sikap Zack yang aneh itu.

Ada yang mengganggu pikiran Zack sehingga lelaki itu mengurungkan niatnya untuk berlari pagi di jogging track yang ada di sekitar apartemen dan memilih bersepeda. Mungkin karena sejak hari itu ia tidak bertemu lagi dengan Nayla, ya gadis hantu itu yang biasa mengganggunya kini tidak lagi muncul di depannya.

Bukannya Zack harusnya merasa senang? Karena ia merasa kemunculan Nayla yang tiba-tiba itu sering membuatnya kesal. Apalagi karena gadis hantu itulah ia sering mendapatkan tatapan aneh dari banyak orang yang menganggap dirinya gila.

Namun, kali ini ketika Nayla tidak lagi muncul di depannya ada rasa sepi yang melanda. Ya, Zack merasa kehilangan si gadis hantu yang selalu ceria dan memberinya semangat.

Zack mengayuh sepedanya dengan cepat, seolah mengalihkan perhatiannya dari pikiran-pikiran konyolnya tentang Nayla.

Tidak mungkin dia ada perasaan dengan gadis hantu itu, bukan? Mungkin dia sudah gila jika menyukai roh yang gentayangan seperti itu.

Zack yakin rasa kehilangan ini hanya sementara karena mungkin ia sudah terbiasa dengan kehadiran Nayla yang selalu mengganggunya setiap waktu, sehingga ketika Nayla tak lagi muncul ada rasa kesepian yang melanda dalam diri Zack.

Stevan memutuskan untuk ikut bersepeda. Ia  tidak mungkin mengejar Zack karena sudah tertinggal jauh dari laki-laki itu. Ia mengayuh sepedanya untuk pergi ke taman kota, mungkin di sana ia bisa sekalian berjalan-jalan sambil berlari pagi di area taman. Dan jika beruntung ia bisa bertemu gadis cantik yang mungkin juga sedang berolahraga di tempat itu.

Stevan memarkirkan sepedanya di lahan parkir khusus sepeda. Ia mengenakan hoodie yang ia tutup di bagian kepalanya dipadukan celana olahraga pendek dan sepatu olahraga. Stevan berlari-lari kecil untuk sekedar mencari keringat di hari yang masih pagi.

Suasana tampak ramai dengan banyaknya orang-orang yang sedang berolahraga, ada sekumpulan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak. Ada pula sepasang kekasih yang berlarian riang dan saling bercanda. Sialnya Stevan datang hanya seorang diri.

Stevan melihat kaleng soft drink  yang terjatuh, dirinya yang sedikit kesal menendang kaleng itu dengan gerakan ringan. Bergulinglah kaleng itu ke arah lain menjauh darinya.

Seseorang dari belakang Stevan bergerak cepat, sedikit menabrak bahu Stevan tanpa meminta maaf.

"Hey ...!" Stevan ingin meneriaki lelaki yang tidak sopan itu, tetapi kemudian ia mengurungkannya melihat lelaki itu dengan sigap memungut kaleng bekas dengan tangannya lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Maaf, aku tidak sengaja menendangnya," ucap Stevan kemudian kepada petugas kebersihan itu karena merasa tidak enak.

Petugas kebersihan itu tidak menjawab, ia hanya berlalu tanpa menatap Stevan sambil membawa sapu lidi dan pengki yang ia gunakan untuk membersihkan.

Stevan memperhatikan petugas kebersihan itu yang tampaknya masih sangat muda melakukan tugasnya dengan begitu cekatan. Ia tidak banyak bicara, tetapi langsung mengerjakan tugasnya dengan sempurna. Hal itu bisa dilihat dengan tidak adanya sampah yang berserakan di sekitar taman yang sekarang sudah banyak orang yang berlalu lalang untuk berolahraga.

Ketika Stevan ingin kembali melanjutkan lari paginya, tiba-tiba suara anak kecil yang berteriak mengalihkan perhatiannya.

"Moly, Moly, tolong Moly!"

Stevan menoleh, ternyata ada seekor anak anjing yang berlari ke tengah jalan dan dari kejauhan terdapat mobil yang melesat dengan cepat yang mungkin segera menyambar anjing tak berdosa itu.

Stevan berlari dengan cepat melewati beberapa pagar bunga, tetapi gerakannya itu tidak secepat dengan lelaki petugas kebersihan yang sedari tadi mendapat perhatiannya.

Lelaki itu dengan tubuhnya yang kurus melompat dengan lincah melewati pagar tanaman dan juga pembatas teralis taman yang cukup tinggi hanya dengan mengayunkan tubuhnya dan bertumpu pada lengan kanannya. Tubuhnya melesat ringan melewati pagar pembatas itu dan kemudian berlari berguling menangkap anak anjing kecil itu yang nyaris tertabrak mobil, karena dalam sekian detik berikutnya mobil di belakangnya melaju dengan sangat cepat melewati tubuh lelaki kurus itu yang tengah berguling dengan memeluk si anak anjing.

Semua orang yang melihat kejadian itu terkesiap dengan perasaan yang was-was. Takut jika petugas kebersihan itu tertabrak oleh mobil tadi. Stevan yang sudah berada di pinggir jalan memeriksa kondisi laki-laki itu yang masih meringkuk dengan mendekap anak anjing.

Mata lelaki itu terpejam rapat, napasnya sepertinya tersenggal. Stevan mengambil alih anjing kecil itu untuk diberikan kepada tuannya, lalu menolong petugas kebersihan itu yang masih memejamkan mata.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Stevan kemudian sambil berjongkok dengan tangan terulur menyentuh bahu petugas kebersihan itu.

Mata lelaki itu terbuka yang langsung bersitatap dengan Stevan. Dengan kasar ia menghempaskan tangan Stevan yang ada di bahunya lalu segera berdiri. Ia berjalan ke tengah jalan mengambil topi seragamnya yang terjatuh. Dengan wajah datar lelaki itu mengenakan topinya kembali dan menutupi hampir sebagian wajahnya dari pandangan orang lain.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status