“Apa yang kau bicarakan, Levon?” Lucas mengamati Levon dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Kau tampak ketakutan. Apa kau kalah dari para pencundang itu?”Lucas dan Levon memasuki ruangan, duduk saling berhadapan.“Katakan, apa yang terjadi padamu?”Levon menunjukkan video pertemuan Lucas Frangkrut dengan Gaston. “Ayah, seseorang mengirimkan video pertemuan ini padaku.”“Brengsek!” Lucas merebut ponsel Levon, menonton video dengan tatapan tajam. Ia terkejut ketika melihat beberapa foto pertemuannya dengan para kiriminal yang lain “Siapa yang sudah mengirimkan video dan foto-foto ini padamu?”“Edwin sempat menggertakku dengan mengatakan kalau dia memiliki video pertemuanmu dengan bandar narkoba. Aku tidak langsung mempercayai ucapannya. Akan tetapi, setelah mendapatkan video da foto-foto itu, aku harus mempercayainya.”“Dari keluarga mana dia berasal?” Lucas berdiri, mengepalkan tangan erat-erat.“Dia berasal dari keluarga Smiledown. Ayahnya adalah Erwin Smiledown, seorang politikus t
Davis menangkap batu dengan mudah, lantas berpura-pura melemparkan batu itu ke si pelempar yang berada tidak jauh darinya.Pria berambut pirang itu sontak melindungi kepalanya dengan kedua tangan sembari terpejam. Ketika menyadari tidak terjadi apa pun padanya, ia seketika mendengkus kesal. “Brengsek! Kau sudah menghinaku.”Davis memindai status pria itu. “Dia bukan lawanku. Statusnya lebih rendah dariku.”Pria berambut pirang itu memberi tanda pada teman-temannya untuk bergabung. “Kau sepertinya orang baru di tempat ini.”Davis mengabaikan pria itu dan memilih menonton pertandingan. Ia melihat keenam mobil sudah cukup jauh, melaju dengan sangat cepat.“Berani sekali kau mengabaikanku!” Pria berambut pria itu mendekati Davis, tetapi ia tiba-tiba berhenti ketika Sammy mendekatinya. “Siapa kau? Jangan menghalangi jalanku!”Sammy melempar pria itu hingga terjatuh di kerumunan. Semua perhatian seketika tertuju padanya. Teman-teman pria berambut pria itu sontak terkejut. Susana menjadi san
Para penonton sontak bersorak ketika mobil melaju sangat cepat.Vin tersenyum, memacu mobil lebih cepat. Ia berada di posisi pertama, berusaha mencegah Davis untuk menyusul. “Aku pasti akan mendapatkan mobilmu, brengsek! Aku sudah berpuluh-puluh kali melakukan balapan di jalur ini, dan aku mengenal setiap tikungan dan celah jalan ini. Kau tidak akan menang.”Vin menekan sebuah tombol. Asap hitam seketika keluar dari lubang knalpot mobilnya. “Kau sebaiknya tidak membuat mobilku rusak.”“Aku sudah menduga kau akan berbuat curang, Vin. Asap hitam ini tidak akan bisa menghalangiku. Senjatamu justru akan menguntungkanku.” Davis menekan sebuah tombol, memacu mobil lebih cepat.Vin tertawa ketika mendengar suara ban berdecit. Ketika menoleh ke samping, ia terkejut ketika Davis berhasil menyusulnya. “Brengsek! Bagaimana dia melakukannya?”Vin memukul kemudi cukup keras. “Suara tadi …. Dia sudah menipuku.”Davis menghalangi Vin untuk menyusul, menoleh pada layar kecil di dasbor yang menunjukka
“Brengsek!” maki Vin seraya membanting pintu mobil, menatap tajam Davis. Ia mendorong beberapa orang yang mendekat ke arahnya.Davis menoleh pada Vin, tersenyum. “Aku menang, Vin. Kau harus menyerahkan mobilmu padaku sebagai hadiah pertandingan balap.”“Tutup mulutmu sialan! Kau sudah berbuat curang dalam pertandingan!”“Kaulah yang sudah curang! Kau memerintahkan teman-temanmu untuk berbuat curang selama pertandingan! Kau bahkan menabrak seseorang hanya untuk menghalangi jalanku!”Para penonton mulai mengerumuni Davis dan Vin.“Aku tidak akan menyerahkan mobilku padamu sialan!” Vin mengambil pistol dari saku celana, mengarahkan pada Davis.Para penonton segera menjauh meski beberapa orang tampak penasaran dengan apa yang akan terjadi setelahnya.“Kau tidak lebih dari seorang pengecut!” Davis tersenyum meremehkan.“Brengsek!” Vin terdiam ketika melihat seseorang keluar dari mobil Davis. “Bukankah itu si cacat Carlos? Kenapa dia keluar dari mobil itu?”Sammy, Paula, dan beberapa penont
Carlos memasuki sebuah kamar, berjalan mendekat ke sebuah jaket yang tergantung di dinding. Ia mengelus jaket itu dengan tatapan berkaca-kaca.Carlos menatap sebuah foto yang tergantung tak jauh dari jaket, menatap sosoknya. Ia mengambil sebuah helm, mengelus namanya yang tertulis di sana.“Kau sangat aneh, Davis. Kau terlalu mencampuri urusan orang lain.” Carlos memejamkan mata erat-erat. “Apa yang harus aku pilih sekarang?”Carlos tiba-tiba teringat dengan kenangan masa lalu. Ia seakan terus tertarik hingga akhirnya berada dalam sebuah situasi di mana ia melihat dirinya dalam sosok anak-anak sedang bersama ayah dan ibunya di sebuah halaman luas.“Ayah, Ibu, apa yang harus aku pilih?” Carlos mengepal tangan erat-erat. Ia melihat kedua orang tuanya menunjuk ke pintu. Davis tiba-tiba muncul dari pintu dan melambaikan tangan padanya.Carlos membuka mata, mengembus napas panjang. “Apa ini tanda jika aku harus menerima tawaran Davis?”Sementara itu, Davis dan yang lain masih berada di lua
Sebastian memasuki rumah bersama Susan, Rebecca, dan Emmely.“Kakek!” Sarah segera turun dari kursi, memeluk Sebastian. “Aku senang kau datang berkunjung. Apa kau sudah sarapan?”Sebastian mengelus rambut Sarah, melirik Sammy, Don, Trex, Frans, Willy, Nathan, dan Paula. Ia datang untuk memastikan keadaan Davis. Pertarungan semalam serta kabar di media membuatnya khawatir.Susan, Rebecca, dan Emmely menatap sinis Angela, tersenyum ketika melihat Davis.“Kakek, kau datang di saat yang tepat.” Davis menoleh pada Susan, Rebecca, dan Emmely. “Terima kasih karena sudah mengantar kakek.”Susan, Rebecca, dan Emmely mengamati Davis dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pria itu menjadi lebih tampan dan gagah dibandingkan saat terakhir mereka bertemu dengannya. Davis sudah berubah menjadi pria yang mereka impikan.“Kakek, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.” Sarah mendorong kursi roda Sebastian. “Kau pasti menyukainya.”Sebastian memberi tanda pada Sammy, Don, Trex, Frans, Willy, Nathan, dan P
Sammy, Don, Trex, Frans, Willy, Nathan, dan Paula sontak terkejut. Mereka saling bertatapan sesaat, memastikan apa yang mereka dengar barusan.“Apa yang baru saja kau katakan, Carlos?” tanya Don.Carlos menunduk, menoleh ke arah lain. “Aku tidak mengatakan apa pun.”Willy dan Nathan mendekati Sebastian, memberi tanda pada pria itu soal Carlos.Sebastian terkejut, mengamati Carlos saksama, memberi tanda pada Willy dan Nathan untuk segera mengikutinya. “Pria itu tampaknya mengenalku. Hanya saja, aku tidak mengingatnya sama sekali.”Sebastian tersenyum. “Jika dia mengetahui nama asliku, dia atau orang tuanya kemungkinan memiliki hubungan dengan Tuan Damian.”Willy dan Nathan saling bertatapan sesaat.“Willy, Nathan, aku ingin berbicara dengan pria itu setelah Davis meninggalkan rumah. Aku harus mengetahui kebenarannya.”“Kami mengerti.”Sebastian, Willy, dan Nathan memasuki mobil, meninggalkan rumah.Sementara itu, Sammy, Don, Trex, Frans, dan Paula saling memberi tanda setelah mendapatk
Davis terkejut ketika melihat informasi di layar. “Apa yang terjadi? Aku mendapatkan kesetiaan Carlos?”Davis mengamati level kesetiaan Carlos. “Level kesetiaannya sangat tinggi untuk ukuran orang baru? Apa yang sudah terjadi pada Carlos?”“Antarkan aku kembali ke rumah sekarang juga. Aku harus bertemu dengan Carlos untuk membicarakan sesuatu,” ujar Davis.Sammy dan Don saling bertatapan.Mobil berbalik arah menuju rumah.Davis tampak tak sabar untuk bertemu dengan Carlos. “Ini kejadian kedua setelah Hans tempo hari. Mereka tiba-tiba memberikan kesetiaan mereka padaku. Aku memang menolong Carlos, tapi aku pikir cukup aneh jika dia langsung memiliki level kesetiaan yang tinggi.”Di saat yang sama, Sebastian masih berbincang dengan Carlos.“Aku sudah menceritakan semuanya padamu, Carlos. Kau harus merahasiakan hal ini dari Davis. Aku, kau, dan yang lain tidak memiliki hak untuk memberi tahu Davis mengenai identitasnya sebenarnya.”“Aku mengerti.” Carlos mengangguk.“Kau harus mengikuti