Liu Kai melangkahkan kakinya menuju sidang neraka ke empat, yaitu Pengadilan Mahluk Hidup, Neraka Hewan Buas.Dalam sidang ini, manusia diadili sesuai dengan dosanya semasa hidup, jika mereka pernah menyakiti atau membunuh hewan, serta merusak tumbuh-tumbuhan, maka mereka akan segera dimasukkan ke dalam Neraka Hewan Buas.Di dalam Neraka Hewan Buas, manusia akan di siksa oleh hewan-hewan neraka yang ada di sana. Hewan-hewan tersebut akan mencabik-cabik serta menghancurkan tubuh manusia menggunakan taring dan cakarnya, terus menerus seperti itu selama ribuan tahun hingga dosanya terhapus.Kai dengan mudahnya melewati pengadilan tersebut, sebab tidak ada prilaku semasa hidupnya yang memberatkannya dalam sidang tersebut. Kai adalah salah satu orang yang sangat menyayangi binatang serta lingkungan tempat ia tinggal.Wigen tampak kagum terhadap Kai. "Belum pernah sekalipun roh yang aku tuntun bisa melewati empat sidang dengan mudahnya selama aku menjadi malaikat maut, biasanya aku harus men
Liu Kai masih tampak bingung dengan berjuta tanya di kepalanya, namun Wigen selaku sistem yang bekerja untuk Kai langsung menjelaskan padanya. "Sistem merupakan suatu hal yang mampu membuat dirimu mempelajari sebuah teknik tanpa harus berlatih, kau akan mendapatkan teknik tersebut secara instan. "Dalam sistem juga terdapat banyak pengetahuan yang bisa kau dapatkan, serta sistem sendiri adalah buatan Dewa jadi apapun yang berada dalam sistem bisa kau dapatkan dan kau gunakan di dunia nyata tanpa harus membuat atau membelinya di dunia tersebut." Liu Kai tampak mulai mengerti tentang apa itu sistem. "Mempelajari teknik tanpa berlatih? Itu hal yang luar biasa! Sebab aku mempelajari suatu teknik membutuhkan waktu setidaknya enam bulan untuk bisa menguasainya. Aku jadi semakin penasaran dengan prinsip kerja sistem ini." "Kau akan memahaminya seiring berjalannya waktu, pelan-pelan saja, sebab kau akan kebingungan jika aku langsung menjelaskan seluruhnya," ucap Wigen. "Baiklah! Kapan aku
[ Memulai Proses Pemindahan Tubuh...] [ 0%...15%...38%...56%...69%...81%...100%] [ Pemindahan tubuh berhasil! ] [ Liu Kai! Selamat datang di Dunia Wuxi! ] Liu Kai sudah berhasil berpindah ke dunia yang dinamakan Dunia Wuxi, jiwanya kini bersemayam di tubuh salah satu pria yang ada di dunia tersebut. Saat Liu Kai mulai mendapatkan kesadarannya, samar-samar ia mendengar suara wanita yang tengah menangis. "Han Gege! Han Gege! Bangunlah! Maafkan aku! Hiks..." Kai semakin tersadar saat seseorang tengah menggoyang-goyangkan tubuhnya. Tak berapa lama Kai sudah sadar dan pandangannya semakin jelas, ia melihat seorang wanita tengah berada di sampingnya sambil menangis. "Han Gege! Syukurlah kau masih hidup! Maafkan aku! Gara-gara aku kau terjatuh ke jurang!" ucap wanita tersebut dengan sesenggukkan. Kai menatap wanita tersebut dalam, ia mencoba mengenali wanita yang tengah berbicara padanya, namun ia sama sekali tak mengenali wanita tersebut. Wanita yang berusia remaja, rambut hitam lu
Liu Kai berhadapan dengan empat orang pemuda di desa tersebut. Mereka berempat tampaknya adalah orang-orang yang sering mem-bully Bai Han, pemilik asli tubuh yang digunakan Liu Kai. "Hey! Bai Han! Berani sekali kau menepis tanganku?! Kau sudah bosan hidup?!" Salah satu pemuda tampak mencengkram kerah baju Liu Kai. Menurut ingatan dari pemilik tubuh sebelumnya, pemuda yang sedang mencengkram kerah baju Liu Kai bernama Cao Ren, seorang anak dari kepala desa di situ. "Sudahlah Cao Ren, mungkin dia hanya bercanda..." Pria lainnya tampak menenangkan Cao Ren, lalu menatap ke arah Liu Kai. "Han, sudahlah, kita hanya akan berlatih memanah seperti biasa, kau cuma harus meletakkan apel di kepalamu, lalu kami akan memanahnya." "Jika kau mati terkena panah, itu salahmu sendiri, sebab kau tak menghindar." Pria ke tiga tampak tertawa lepas menggoda Liu Kai. Liu Kai yang menyimpan seluruh memori Bai Han di dalam kepalanya merasa geram, mengingat seluruh perbuatan keempat pria tersebut terhadap B
Kai merasa sedikit ngilu saat penempaan otot serta tulang pada tubuh barunya. Kini Kai merasakan tubuhnya sedikit lebih berisi dan bertenaga. Tak terasa, Kai kini sudah tiba di depan rumahnya dan langsung masuk ke dalam. Kai tak merasa asing lagi dengan keadaan di dalam rumah, sebab ia kini memiliki memori Bai Han. "Han'er kau sudah pulang? Nenek menunggumu dari tadi, mari sini ikut makan." Bai Hua tampak duduk di meja makan bersama dengan Bai Xia. Kai yang juga sudah merasa lapar langsung duduk dan menyantap makan malamnya bersama keluarga barunya. Saat tengah asik menyantap makan malam, Bai Xia tak sengaja melihat lengan kiri Kai yang mengeluarkan darah. "Han gege, tanganmu kenapa?" Melihat hal itu, Bai Hua langsung menghampiri Kai. "Ini pasti ulah anak-anak nakal itu, mereka masih saja mengganggumu." Bai Hua kemudian mengobati lengan Kai setelah mengambil obat-obatan serta perban dari dalam kamar. Ia mengobati lengan Kai dengan tatapan sendu, terlihat raut wajah kesedihan yang
Kepergian keluarga Bai Hua disaksikan hampir seluruh warga desa, ada yang menyayangkan keputusan yang diambil, serta ada yang sedih melihat salah satu keluarga yang sangat baik terhadap warga desa, kini pergi meninggalkan desa. Kai tampak menunggu dan memperhatikan dari jarak yang cukup jauh saat Bai Hua berpamitan kepada penduduk desa, ia mencoba memberi pengertian kepada warga desa mengenai keputusannya. Kepala Desa tampak bernafas lega saat melihat orang yang baru saja ia takuti, pergi meninggalkan desa. Nenek Hua meneteskan air matanya dan mulai berjalan meninggalkan desa. Bagaimanapun masalahnya, sudah pasti ia sedih meninggalkan desa yang ia tempati dari kecil, begitupula dengan Bai Xia, ia merasa sedih harus meninggalkan teman-teman sebayanya. Namun mereka berdua sadar bahwa tak ada lagi alasan untuk tetap tinggal di sana, setelah berurusan dengan kepala desa. Kai berjalan memimpin di depan, ia menuju desa lainnya yang tak jauh dari desa tempat mereka tinggal sebelumnya. Ing
Kai bersama dengan keluarga Hua melanjutkan perjalanan mereka untuk mencari tempat tinggal yang baru pada keesokan harinya. "Han'er, kemana kita akan pergi? Jika ingin membeli rumah baru, kita pasti membutuhkan uang, sedangkan kita tidak membawa uang yang cukup untuk itu." Kai menoleh ke arah nenek Hua saat ia sedang memimpin jalan. "Aku sudah punya solusi untuk itu Nek, sekarang kita kesana terlebih dahulu." Kai menunjuk sebuah desa yang sudah terlihat dari posisi mereka saat ini. Nenek Hua serta Bai Xia yang tak tahu menahu mengenai rencana yang akan dilakukan oleh Kai hanya bisa mengikutinya saja. Kai beserta keluarga Hua berjalan memasuki gerbang desa yang bertuliskan 'Selamat Datang Di Desa Guangzhou'. Nenek Hua serta Bai Xia tampak ragu saat melihat kondisi desa yang sangat sepi sertab rumah-rumah kosong yang terlihat sudah lama tak ditinggali. Begitu juga dengan Kai, menurut ingatan milik Bai Han, desa tersebut dulunya cukup ramaid masih terlihat aktifitas warga seperti b
Hiya! Hiya! Langkah kaki kuda berderap menggetarkan tanah di Desa Guangzhou. Belasan kuda beserta penunggangnya memasuki gerbang desa. Dua belas pendekar berkuda turun dari kudanya dan mengeluarkan aura mencekam. Kepala Desa langsung berlari ke arah pemimpin pasukan itu dan berlutut. "Tu-tuan Zhang maafkan aku yang tidak menyambut kehadiranmu." Zhang menatap sang kepala desa dengan jijik lalu menendang dadanya. "Aku muak dengan sikap basa-basimu!" Zhang lalu memerintahkan para bawahannya, "Kalian semua! Cepat kumpulkan uang-uang itu!" Para warga terlihat sudah berlutut di depan rumahnya masing-masing sambil membawa kantung uang di tangannya. Hari itu adalah hari di mana pembayaran upeti kepada penguasa daerah. Ketakutan jelas terlihat di wajah setiap warga desa.Mereka tak menyangka kelompok yang dipimpin oleh Zhang akan datang di pagi buta. Jelas mereka tersentak dalam tidurnya saat mendengar derap langkah kuda yang meneror setiap bulannya. Para bawahan Zhang bergegas menuju r