“Mas Affa ya?” gumamku saat aku menggosok gigiku. Setelah mempersiapkan diri untuk kuliah hari ini, aku bergegas ke kampus.
Jam menunjukkan 10:25 saat aku tiba di kampus. Aku bergegas menuju ruangan kuliah Fisika 1. Untungnya aku kelas jam 10:30, sehingga punya waktu untuk mempersiapkan diri untuk kuliah perdana. Aku membuka diskusi grup yang aku tinggalkan setelah aku tertidur tadi malam saat aku tiba di rumah. Aku tidak sekelas dengan Alisa di Fisika 1. Dia kelas pagi.
Reza : “Hei semuanya! Berita bagus! Si Soul bakal sibuk minggu depan!”
Lesmana : “En
“Telah terjadi ...”Laki-laki itu mematikan suara dari berita televisi. Dia kembali menatap ke sekumpulan catatan miliknya yang berserakan di mejanya. Gambar sebuah pesawat, sekumpulan daftar nama dan beberapa coretan dengan berbagai gambar serta grafik di dalamnya.“Sepertinya kali ini tidak akan lama dengan lokasi demikian, apalagi dunia masih mengamati kita,” komentar laki-laki itu seraya membenarkan posisinya duduk di salah satu kursi di ruangan itu. Dia lalu menerima sebuah telepon dari seseorang.“Selamat sore?” tanya laki-laki itu seraya men
Aku menyimpan sekumpulan kertas yang berisi laporan tentang maintenance dari motorku. Katakan aku aneh, namun aku memiliki kebiasaan untuk mencatat setiap bagian rusak dan perbaikan dari motorku. Kebiasaan yang aku dapatkan dari terlalu banyak menonton kanal informasi tentang perawatan benda raksasa yang terbang di langit, pesawat terbang.“Mas Arrow, Sudah selesai dengan tugas kuliah Artificial Intelligence?” pertanyaan itu dilontark
“Terima kasih banyak Mas... Arrow,” ucapku sedikit ngelu. Aneh, meskipun aku sudah mengulangnya berkali-kali, nama itu tetap terdengar aneh bagi diriku. Mas Arrow tersenyum.“Kalau ada masalah lain, silahkan hubungi saya. Berlaku untuk semua praktikan. Saya lebih sering bebas daripada kuliah saat ini,” ucap Mas Arrow santai. Entahlah, rasanya aku menyusahkan Mas Arrow, karena dilihat dari pakaian lab yang dia pakai seadanya, ditambah dengan rambut kepalanya yang masih berantakan, dia sepertinya sangat sibuk. Jangan lupakan kantong mata yang jelas sekali terlihat. Namun, dia masih bisa tersenyum.“Baik mas,” ucapku seformal mungkin. Aku selanjutnya memin
“Bagaimana asistensinya?” pertanyaan basa-basi itu dilemparkan oleh Arrow yang sedang sibuk dengan game buatannya. Aku juga melihat beberapa aplikasi berjalan di latar laptop miliknya itu.“Biasa saja, cuma tanpa perlu ceramah karena lebih pintar,” komentarku sekenanya. Arrow tersenyum. Dia lalu mengambil smartphone miliknya dan mengetikkan sesuatu. Biar aku tebak, salah satu dari hobinya, menulis.
Pernahkah kamu merasa takut pada seseorang? Mungkin iya. Aku juga sering merasakannya. Namun, Mas Soul adalah orang pertama yang membuat nyaliku sangat ciut hingga berbicara saja seperti sebuah pisau akan lewat lehermu jika salah berkata. Hari itu, aku belajar ketakutan yang lebih menakutkan daripada saat dulu aku pernah di-bully.“Nuriya, sudah malam, ayo tidur,” ucap ibuku saat memasuki kamarku. Aku tersenyum sebelum menolehkan kepalaku kepada ibuku.“Nuriya masih mengerjakan tugas kuliah bu. Se
Praktikum ketiga dimulai hari ini. Tinggal sedikit lagi kami terbebas dari bencana Mas Soul. Semoga kami dikuatkan. Aku sudah selesai membuat laporan untuk praktikum ini, dan sekarang sedang duduk di kantin kampus bersama Alisa.“Kantin jauh lebih ramai,” komentar Alisa.“Sepertinya jurusan lain?” tanyaku setengah bergumam.“Sepertinya begitu, Nur,” jawab Alisa. Kami melihat
Putri : “Mas Soul akan asistensi besok. Jam 6:30 malam katanya. Gak ada penugasan.”Reza : “ TUMBEN!”Lesmana : “Alhamdulillah.”Ryanho : “Mantap! [OK]”Lesmana : “Yakin nggak ada tugas tambahannya, Dik Putri?”Putri : “Iya mba.”
“Kamu tampak lelah,” komentar Mas Fath. Aku hanya menggelengkan kepala. Di depan mataku ada laptop yang masih ku pakai untuk menyelesaikan tugas-tugasku. Tugas mata kuliah Proyek Besar lumayan menguras tenaga, apalagi tugas ini dilakukan selama satu semester. Besok jam 9 adalah kelasnya dan teman-temanku sangat kacau dalam membuat rancangan sistem alat yang ingin kami buat. Oh, aku menyesal mempercayakan mereka untuk hal ini.“Biarkan dia Mas Fath, dapat kelompoknya ampas di gacha,” komentar si menyebalkan Arrow. Komentar itu langsung di balas oleh Reynald yang duduk di sebelahku. Mas Fath berlal