Story W* Istriku bag 9
**
POV Naya."Kanapa wajahmu tegang begitu, Mbak?" tanya Syahnur adik iparku. Ku lirik dirinya yang sedang fokus berkendara.
"Antarkan aku ke sebuah kafe!" lirihku padanya. Dahi Syahnur berkerut.
"Kata Ummi kamu harus jadi pemateri di seminar, 'kan?"
"Kenapa nggak kamu saja!" ucapku tersenyum getir padanya. Beberapa kali ku hela napasku untuk menetralkan perasaan yang bergemuruh.
"Aku, ada saja kamu. Hey, aku bahkan belum menikah dan tema nya menjadi keluarga sakinah dalam meraih ridho Ilahi."
Dia Justru menertawakan aku. Dahinya kembali mengernyit dan dia menghilangkan tawa dari wajahnya, diliriknya aku yang dari tadi hanya diam tak menanggapi ucapannya.
"Mbak Naya, aku lihat story mu di aplikasi itu. Aku kuliah jurusan agama di Mesir. Aku tahu bagaimana seorang wanita tidak boleh membuka aib suami."
Kali ini ku tatap wajah adik iparku yang berusia sekitar 20 tahun itu. Dia merasa tak enak hati dan kembali fokus kejalan raya.
"Jika kau diminta menjadi pemateri, mengapa kau tak mau, apakah hanya karena alasan kau belum menikah?" senyum kecut ku membuat nya tak enak hati.
"Maksudmu?" dia menggaruk kepalanya dengan sebelah tangannya dan masih memintaku untuk menjelaskan lebih lanjut.
"Aku menjadi pemateri padahal rumah tanggaku berantakan. Mengapa seakan kau sama saja menyalahkan aku. Tak bisa kau tegur Mas mu yang membuat rumah tanggaku bagaikan dihantam batu karang." Syahnur semakin bingung menjawab ku.
"Kau tahu aku harus menyemangati mereka dalam membangun keluarga bahagia sementara aku merana. Abi sakit dan aku harus bertahan dengan pernikahan ini. Bagaimana jika kamu yang jadi pemateri dan memberikan masukan untuk mereka padahal kamu tak punya ilmu apa-apa dalam pernikahan. Ilmu mu hanya dari buku dan tak kau alami sendiri!"
Syahnur semakin bingung dengan penjelasan ku.
"Maksudmu?"
"Apa hukum seorang pria memegang wanita yang bukan muhrim. Oh, Kau seorang mahasiswa jurusan agama di mesir. Kau lebih tahu, bukan."
"Mas Syahdan punya wanita lain?"
Kulihat wajah adik iparku itu menjadi tak menentu.
"Kau nasehati dia. Ajari dia untuk berubah menjadi suami yang baik. Ngerti! aku juga tak akan membuka aibnya jika dia tidak lebih dulu berbuat salah."
Syanur terdiam mendengar ucapanku, dia tak menyahut lagi.
"Kau antarkan aku ke kafe. Kau mau tahu seperti apa wanita selingkuhan Mas mu, 'kan?" tanyaku.
Syahnur masih diam dan dia memenuhi keinginanku. Aku gak peduli dengan seminar itu, pers*tan sekalian. Hatiku saat ini sedang bergemuruh dengan pesan s*alan dari selingkuhan Mas Syahdan. Aku akan perlihatkan seperti apa diriku.
**
Kami tiba disebuah kafe dimana wanita itu sudah menunggu dengan menggunakan kaca mata hitamnya. Syahnur awalnya tak mau turun namun aku bersikeras menyuruhnya turun untuk melihat langsung wanita yang selama ini dipacari Mas nya. Sementara Ahmad bersama Asih dan asistenku bermain di sebuah taman.
"Kau yang bernama Vika?" ujarku meneliti penampilannya, dia menggunakan hijab modern dan bergaya cassual. Aku sangat j*jik sekali padanya, ku lirik Syahnur yang sudah menelan salivanya.
"Mbak Vika." cicit Syahnur. aku menoleh padanya ternyata dia kenal wanita ini. Vika membuka kacamatanya menatap Syahnur.
"Oh, kamu sudah besar sekarang, Syah ... Syah ...."
"Syahnur!" ketus Syahnur sebal.
"Kamu kenal?" tanyaku dengan dahi mengernyit.
"Ya ialah pasti, aku dan Mas Syahdan sudah lama kenalan dan menjalin hubungan. Kami LDR dan aku harus gigit jari gara gara ulah mu, sekarang siapa yang pelakor." ucapnya menantang ku. Aku tertegun, artinya selama ini ada sesuatu yang ditutupi Mas Syahdan.
"Apa maksudmu?"
"Aku dan Syahdan sudah pacaran sejak lama namun kami berpisah karena dirimu. Sekarang semua sudah jelas dan aku lihat kamu sudah semakin berani membuat story kalau Syahdan punya wanita lain dan itu aku. Bagus, dengan begitu aku bisa masuk setelah kamu menyerah. Ternyata tidaklah terlalu sulit, Syahdan memiliki ketakutan yang besar, jadi kapan kau menggugat cerai dia?" kata wanita itu panjang lebar.
"Nggak semudah itu, Mbak. Apa yang kalian lakukan itu salah. Selingkuh merupakan dosa besar. Lagian Mas ku sudah punya istri, sama saja kamu bermain api dengan suami orang." balas Syahnur.
Vika mencebik tak senang di sana.
"Dia yang merebut Mas mu dariku!"
"Tidak ada yang merebut karena Abi langsung saat itu yang bertanya apakah mau menikahi Mbak Naya dan Mas Syahdan menerima tanpa keributan. Sekarang kamu datang dan menjadi duri dalam rumah tangga orang. Menjauh lah! Ingat Abi dalam keadaan kritis dan sebaiknya jangan merusuh."
Syahnur semakin kalap. Aku tersenyum kecil karena aku belum melontarkan satu kata untuk wanita ini.
"Dengar, apa maumu menyuruhku datang?" tanyaku dengan tenang, walau hati bergemuruh marah.
"Aku mau bilang kalau Syahdan bukan milikmu sepenuhnya, hatinya untukku. Aku kesini meminta padamu agar kau cerai dari Syahdan agar dia tidak meninggalkanku karena kamu duri dalam hubungan ku!" ujarnya tanpa rasa malu.
Dia seakan menyalahkan aku yang hadir belakangan dan merusak masa manis mereka.
"Kamu sadar, kamu hanya pelakor dan aku adalah istri sah nya. Seharusnya kamu malu, wanita yang ngaku berkelas kok merebut suami orang. Apa kamu kekurangan lelaki." wajah Vika memanas, dia tak terima ucapanku.
"Oh gitu, untuk apa kau mempertahankan rumah tangga yang sudah kacau seperti itu. Biarkan aku masuk menjadi keluarga bahagia bersama Mas Syahdan tanpa ada kamu. Menyerah lah dan biarkan aku menggantikan posisimu menikah dengannya dan kami akan bahagia!"
Dia tersenyum mengejekku seolah mengatakan Mas Syahdan lebih bahagia bila bersamanya. Aku disuruh menyerah agar dia bisa menggantikan posisiku menjadi istri pemimpin Yayasan. Dia yang akan dihormati dengan bangga akan mengejekku karena Mas Syahdan tidak mencintaiku.
Untuk saat ini aku akan bertahan agar pelakor itu tidak seenaknya saja mengambil posisiku, aku akan tendang dulu dia jauh-jauh.
"Aku akan buktikan siapa yang dipilih Mas Syahdan, aku atau kamu. Tidak semudah itu bisa menggantikan aku pelak*r murahan!" ujarku sengit padanya. Dia menatapku tak senang.
"Ummi mendukung, kamu Vika mengapa muncul lagi di kehidupan anakku. Kamu cuma membawa pengaruh buruk untuknya. Pergi kamu dari hidup anakku!"
Suara Ummi mengagetkan kami, bagaimana bisa dia ada disini.
Bersambung.
Story Wa Istriku bag 10.**POV NayaNetraku membulat sempurna ketika melihat Ummi ada disini. Dari mana dia tahu kalau kami di sini. Ummi maju dan menatap sengit Vika di sana. Wajah wanita itu ditekuk melihat kedatangan Ummi."Ummi, kok ada disini?" tanya Syahnur menggaruk kepalanya merasa bingung apalagi dilihatnya wajah Ummi yang mendengkus ke arah Vika."Ummi harus turun tangan agar menyelamatkan rumah tangga Mas mu. Demi kita semua, agar tidak terjadi kerumitan. Ummi tahu dari Asih kalau kalian tidak pergi seminar melainkan di sini mencoba ber-nego dengan perebut Syahdan!" seru Ummi dengan sengit, Vika mencoba tenang menghadapi situasi ini. Sejurus kemudian tatapannya menjadi sendu."Ummi, apa salah saya. Mengapa Ummi tidak merestui saya bersama Mas Syahdan. Toh, saya dahulu mengenalnya dibanding wanita ini." katanya menunjukku. "Padahal saya mencintai anak Ummi." Ummi tersenyum getir ke arah Vika."Bukankah sudah k
Story Wa Istriku bag 11.**PoV Syahdan"Mari buat saja perjanjian nikah kita!" ucap Naya, aku mengerutkan dahiku merasa bingung dengan ucapannya."Maksudmu?" tanyaku seperti orang bodoh."Aku gak tahu bagaimana perasaanmu padaku. Apakah selama menikah kamu punya rasa padaku. Aku hanya menerka dan nyatanya aku jengah padamu. Aku gak tahan menghadapi sikapmu itu, berkumpul bersama temanmu sudah jadi kebiasaan mu. Tanpa rasa bersalah kamu mengaku mencintai wanita lain yang kelakuannya kurang pantas."Naya menjeda dan terus mencari celah untuk kesalahanku."Apakah aku hanya pemuas nafsu, entahlah. Nyatanya kamu mendatangiku saat kamu membutuhkan sebagai tempat menyalurkan hasrat mu. Namun aku tahu ada perempuan lain di hatimu dan ada kemarahan besar saat kamu melakukan itu." ucapnya lagi.Aku tersentak kaget mendengarnya. Dia tahu perbuatan ku mengga*linya saat aku tak tahan digoda Vika."Nay, ak
Story Wa Istriku bag 12.**POV Syahdan"Vika," cicit ku kecil bahkan suaraku terdengar seperti bisikan.Ku lirik istriku yang memasang wajah jengah nya namun kemudian senyumnya mengembang. Dia dengan cepat menggamit lenganku, wajah Vika memerah karena amarah yang disimpannya.Naya mengajakku berlalu dari Vika. Aku mengikuti istriku sambil terus mendorong troli belanjaan sampai kebawah. Aku sedikit menolehkan kepalaku kebelakang sambil mendesah aku berlalu mengikuti istriku."Mas!" panggilnya, dia berjalan cepat kearah kami. Karena tidak digubris dia menarik tanganku sehingga aku sedikit terhuyung."Vika, apasih!" sentakku padanya.Naya diam di sana melihat gurat marah di wajah Vika."Kamu pura-pura gak kenal sama aku?" katanya ketus padaku. Aku diam tak menaggapi. Saat nya tidak tepat, mengapa dia harus ada ditempat ini."Maaf aku mau pulang dulu." balasku padanya,"Ikut a
Story Wa Istriku bag 13.**POV SyahdanAku benar-benar gak bisa tidur. Aku merasa gelisah karena aku akan melewatkan pertandingan perempat final itu. Ku lirik Naya yang sudah memejamkan mata, lengannya menggamit lenganku. Bagaimana aku bisa bergerak jika seperti ini. Mengapa istriku begitu kejam padaku. Teman-teman nongkrong pasti bingung karena nomor ku sudah tak aktif lagi.Perlahan tangan istriku kulepaskan, aku harus hati-hati agar tidak membangunkannya."Mau kemana, Mas?" tanya nya dengan suara serak, aku tersentak kaget karena dia belum tidur."Nay, kamu belum tidur?" tanyaku padanya. "Mas mau ke toilet. Jangan begini, Nay. Kamu kok dekepin Mas dua puluh empat jam gini, aku juga punya privasi, Nay," kataku kesal pada Naya. Dia melepas tanganku."Jangan lama-lama. Terus balik lagi tidur!" katanya membalik badannya memerintah ku.Aku merasa gemas dengan tingkahnya. Ku singkap selimut dan aku beranjak ke kamar mandi. Aku bera
Story Wa Istriku bag 14.**POV Syahdan.Faiz menyikut ku yang lagi fokus menatap layar lebar didepan."Syahdan ... Syahdan!" panggilnya.Aku menoleh dengan malas."Vika!" kataku.Aku terkejut di sana, penampilannya terlihat modis tanpa hijab. Vika termasuk jenis wanita modern, dia pernah bilang padaku kalau dia siap berhijab panjang seperti wanita sholeha jika dia menjadi istri keduaku.Namun, katanya lagi dia masih belajar jadi aku harus memaklumi jika dia masih bongkar pasang hijab seperti sekarang ini.Vika mengambil tempat di dekatku, aku melengos sedikit memperhatikan sekeliling bisa saja Naya ada disini, bisa berantakan lagi. Ummi bisa marah padaku dan berdampak pada fasilitas ku.Riuh suara menggema."Goooolllll!!!"Aku juga memekik histeris di sana sambil tersenyum saat tim yang ku unggulkan bisa mencetak scor."Mas Syahdan. Aku mau berbicara padamu." ujarnya berteriak."Ha ..."
Story Wa Istriku bag 15.❤️❤️PoV NayaWajah Mas Syahdan ditekuk saat aku menyuruhnya untuk bangun buat sholat subuh berjamaah di masjid, seumur-umur aku dan dia jarang sekali melakukan itu. Saat-saat tertentu saja jika mendesak seperti ada rapat penting yayasan dimana kami diminta hadir.Namun, untuk sholat subuh jarang sekali karena rumah kami dan Ummi tidak sama. Aku dan Mas Syahdan menempati rumah sendiri hasil warisan mertuaku."Ayo kita berangkat, Mas." ucapku, dia mendengkus padaku."Yey, Abi pergi sholat bareng lagi." kata Ahmad.Bocah lelakiku itu sudah biasa ke masjid denganku. Tentunya tanpa Mas Syahdan. Aku tersenyum tipis mengapa tidak dari dulu saja ku tatar dirinya seperti ini.Walau hanya punya kesempatan tiga bulan, aku ikhlas jika akhirnya kami berpisah kalau takdir Allah berkata seperti itu. Namun, aku akan berusaha dulu, sampai dimana batas aku bersabar untuk membuat nya menjadi suami yang baik. Yang tidak lal
Story Wa Istriku bag 16.**PoV Naya.Aku dan Mas Syahdan bergegas ke rumah sakit. Dengan langkah tergesa dan hati yang gusar. Mas Syahdan menerangkan kalau kondisi Abinya naik level menjadi very high risk.Sampai di sana sudah begitu ramai. Ummi langsung memeluk Mas Syahdan dan menangis sesenggukan di sana."Ummi udah gak sanggup lagi, Syahdan. Ummi lelah," ucap wanita paruh baya itu. Mas Syahdan menghembuskan napas perlahan merasa miris dengan kondisi Ummi."Sabar ya, Mi. Ini cobaan Allah. Syahdan juga sedih namun kita harus banyak-banyak berdoa. Kalau Allah berkehendak Abi pasti sembuh," ujar Mas Syahdan menenangkan Ummi-nya."Ummi sebaiknya istirahat saja dulu, Ummi pasti lelah," kata Mas Syahdan memegang perlahan bahu Ummi-nya."Ummi lelah tetapi khawatir pada Abi," kata Ummi sambil mengelap butiran bening dari netranya."Dimana Syahnur, Mi?" tanya Mas Syahdan lagi."Dia lagi keluar sebentar membeli makanan,"
Story Wa Istriku bag 17.**PoV NayaAbi tanpa ragu memeluk pria itu seakan mereka sudah saling kenal tetapi banyak yang belum mengenalnya termasuk Mas Syahdan. Dahinya terlihat berkerut."Fikri," sahut Abi sumringah.Walau dia menahan sakit namun dia terlihat bahagia bertemu lelaki bernama Fikri itu. Netranya teralih padaku, dia mengamati sesaat dan berkata."Ukhty."Aku juga tak sangka bisa bertemu dengan nya lagi."Siapa Abi? Nay kamu kenal?" tanya Mas Syahdan bingung."Fikri ini anak sahabat Abi. Dia hapal beberapa juz Al Qur'an. Ayah Fikri ulama yang tersembunyi, namun Abi bersikeras agar Fikri bekerja di yayasan supaya ilmu nya bisa bermanfaat di yayasan full days school kita," ujar Abi menimpali."Nama Ahmad anak kamu Syahdan, Abi ambil sebagian dari nama Fikri berharap Ahmad cucuku bisa seperti Fikri," kata Abi menepuk lagi bahu lelaki itu."Apa maksud Abi?" tanya Mas Syahdan bingung."Nama Fikri