"Ngeselin banget sih, main tinggal tidur aja tuh orang," gerutu Tasya kesal saat melihat Varo yang sudah terlelap di kasurnya itu."Haish, aku belum ngantuk, tapi ya udahlah." Tasya pun akhirnya memilih untuk segera tidur meskipun saat itu ia belum benar - benar mengantuk.Setelah beberapa saat, akhirnya Tasya pun bisa memejamkan matanya dan menyusul Varo menuju alam mimpinya.Pagi pun mulai menyapa, sekitar pukul 06.00, Tasya mulai membuka matanya dengan perlahan dan merasa ada sesuatu yang melingkar di area perutnya. Ia merasa seperti sedang di peluk oleh seseorang dari belakang dan benar saja setelah ia mulai tersadar ternyata lengan Varo sudah melingkar sempurna disana."Aaarggh!" seru Tasya setengah berteriak."Varo lepasin gak!" seru Tasya kembali sambil menyingkirkan lengan Varo dengan sedikit kasarTasya pun segera bangkit dari tidurnya dan mengguncangkan tubuh lelaki yang ada disampingnya itu.Karena guncangan yang cukup keras, perlahan Varo pun membuka matanya dan terbangun.
Varo nampak mengaduh kesakitan saat kakinya di injak oleh Tasya."Maafin ucapan Mas Varo, Kak," ucap Tasya merasa bersalah dan hanya mendapat senyuman dari Sang kaka ipar."Santai aja, Sya, wajar kok, Varo kan baru masuk ke keluarga kita, dan aku gak marah. Aku emang belum di kasih kepercayaan sampe sekarang meskipun kita udah 5 tahun nikah, mungkin karena emang sakit aku juga," ucap Keysa dengan lirih."Kakak sakit? Sakit apa?" tanya Varo sedikit penasaran."Kanker sumsum tulang belakang, dan sekarang lagi proses kemoterapi. Aku udah nyuruh Revan buat cari istri baru biar dia bisa punya anak tapi gak mau," jawab Key sambil tersenyum.Namun, jawaban dari Key malah membuat raut wajah Revan sedikit masam."Kamu tuh ngomong apa sih, sampe kapan pun aku gak akan pernah ya nyari istri baru lagi. Gak punya anak gak masalah, yang penting aku cuma mau menua sama kamu," ucap Revan dan hanya mendapat senyuman saja dari Key."Bucin banget kamu, Mas sama aku haha," kekeh Key sambil tersenyum.Sen
Kedua lelaki yang ada di depannya itu nampak menghembuskan napasnya dengan kasar.Mereka pun lalu mengeluarkan sebuah kertas dan memberikannya kepada Varo."Coba Bapak lihat disini saja," ucap lelaki itu.Varo pun lalu mengambil dan memeriksa kertas yang diberikan oleh lelaki itu dengan seksama. Ternyata, kertas itu adalah sebuah nota hutang atas nama dirinya dengan nominal tiga puluh juta rupiah."Ti -- tiga puluh juta," lirih Tasya sambil memelototkan matanya saat melihat tagihan itu.Tagihan itu pun persis seperti mahar yang kemarin diberikan oleh Varo kepada dirinya."Tu -- tunggu sebentar, saya akan ambil uangnya," ucap Tasya setengah tergagap yang mampu membuat Varo sedikit terkejut.Tasya pun segera melepaskan lengan Varo dan hendak beranjak menuju rumahnya. Namun, baru saja hendak berbalik, lengannya kembali di cekal oleh Varo."Ambilin hp saya, tolong," pinta Varo."Ta -- tapi ...," ucap Tasya tergagap dan mendapat gelengan dari Varo."Ambilin cepet!" titah Varo sedikit mena
"Mas?" tanya Tasya lirih."Masuk yuk, udah kelar urusannya kok," ucap Varo mengalihkan pembicaraannya dan segera menggandeng lengan wanitanya itu untuk masuk ke dalam kamar mereka.Untuk sesaat keduanya nampak hening, tak ada percakapan satu sama lain. Keduanya nampak sibuk dengan hpnya masing - masing sehingga makin lama membuat Tasya sedikit jengah."Mas, mau nanya sesuatu boleh?" tanya Tasya penasaran."Apa?" tanya Varo balik sambil mengubah posisi duduknya berhadapan dengan sang istri."Mas itu sebenarnya kerja apa? Terus kok Pak Daren kek rada sungkan gitu ke kamu?" tanya Tasya sedikit ingin tahu.Varo pun hanya tersenyum lalu membelai lembut pipi Tasya."Untuk sementara, jangan mau tau dulu ya. Nanti, kalau udah waktunya, aku juga bakal bilang kok siapa aku," ucap Varo sambil tersenyum."Tapi, Mas ---,"Belum sempat Tasya menyelesaikan ucapannya, bibirnya sudah lebih dulu di kunci oleh bibir Varo.Awalnya, Tasya nampak berontak, namun lama - lama ia pun nampak pasrah. Apalagi,
Tasya benar - benar bingung harus bagaimana. Akhirnya, ia pun memilih untuk masuk kembali ke kamarnya dan sedikit merenungkan langkah apa yang akan ia ambil. Hingga tak terasa, sore pun mulai menjelma. Sekitar pukul 16.00 WIB, rumah Tasya kembali di ketuk oleh seseorang dan ternyata dia adalah Pak Daren. "Sore, Mbak, ini kunci mobilnya Mas Bagas, saya titip sini ya sesuai permintaan Mas Varo," ucap Pak Daren ramah. "Oh iya, Pak, baik. Terus, Mas Varonya kemana ya, Pak?" tanya Tasya dan mendapat gelengan dari Pak Daren. "Ya udah deh, makasih ya, Pak," ucap Tasya kembali dan mendapat anggukan dari Pak Daren. Setelah itu, Pak Daren pun segera pamit untuk pulang, sementara Tasya masih bingung mau diapakan kunci mobil ini. "Ya Allah, aku masih ada perasaan sama Mas Bagas, tapi aku juga gak mungkin nyakitin Mas Varo. Aku harus gimana?" tanya Tasya penuh kebimbangan. Tasya pun memilih untuk kembali masuk ke kamarnya setelah sebelumnya menaruh kunci mobil Bagas di atas meja riasn
"Mas Varo, maafin Tasya," lirih Tasya menyesali perbuatannya sambil menghapus air matanya dengan kasar.Setelah itu, Tasya pun segera menaruh hpnya dan mengambil cardigan untuk menutup bajunya dan setelah itu, barulah ia keluar dari kamarnya."Astagfirullah, Kakak!" seru Tasya kaget karena didepan kamarnya sudah ada Keyla yang membawa segelas kopi dan pisang goreng di atas nampan."Sya, temuin suamimu di depan gih. Ini udah Kakak buatin kopi sama pisang goreng sekalian buat Mas mu tadi," ucap Keyla ramah dan mendapat anggukan dari Tasya."Makasih ya, Kak. Aku juga tadinya mau bikin Mas Varo kopi, eh udah dibikinin duluan ternyata, jadi enak kan he," ucap Tasya sambil terkekeh.Tasya pun segera mengambil nampan itu dan membawanya ke depan rumahnya. Ternyata, Varo sedang duduk disana sambil menghisap rokoknya dengan wajah yang sulit di artikan."Kopi, Mas," lirih Tasya pelan seraya menaruh nampan itu di atas meja samping kursinya.Tasya pun langsung duduk di kursi sebelahnya sambil teru
"Arghh ...,"Lenguhan panjang pun keluar dari mulut keduanya dan tak lama tubuh Varo pun ambruk di atas tubuh Sang Istri.Sambil mengumpulkan sisa tenaga yang ada, perlahan Varo pun segera menggeser tubuhnya kesamping dan kembali terengah."Andai tau seenak ini," lirih Tasya pelan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Mendengar ucapan Tasya, seketika tenaga Varo yang sempat hilang pun seakan kembali lagi. Ia pun langsung memeluk wanitanya itu yang sepertinya masih kelelahan."Enak banget, Yang, makasih ya," ucap Varo sambil mengecup kening sang istri."Hu'um, Mas, tapi ini aku ngilu banget rasanya ya," ucap Tasya sambil memegang area intimnya."Wajar sayang, namanya juga baru pertama di unboxing," lirih Varo pelan sambil mengecup pipi sang istri dan mendapat anggukan dari sang istri.Tak lama ...Krucuk."Haha, ada yang laper rupanya," kekeh Tasya tertawa geli saat mendengar suara perut Varo yang berbunyi."Haha iya, Yang. Laper aku, apalagi abis dikerjain sama istri aku," u
Setelah itu, keduanya pun kembali dalam pergumulan yang begitu panas. Seolah tak ingin berhenti, keduanya pun terus bermain sampai tenaga mereka terkuras habis dan sudah tak bisa bangun lagi.Tasya sudah memejamkan matanya lebih dahulu dibanding Varo karena ia benar - benar sudah kelelahan. Sementara Varo, setelah menyelesaikan ronde terakhirnya ia pun langsung ambruk di tubuh sang istri dan tertidur.Sekitar pukul 09.30 WIB, barulah Varo bangun, dan saat itu posisinya pun sudah berubah. Varo sudah berada di samping memeluk tubuh sang istri. Sementara Tasya masih terlelap.Setelah berhasil mengumpulkan kesadarannya, Varo pun mengecup pelan pipi sang istri."Terimakasih, Sayang, untuk malam yang begitu indah. Pasti kamu cape banget ya? Istirahat aja ya, Sayang," lirih Varo pelan dan langsung beringsut turun dari kasurnya secara perlahan.Varo pun memilih untuk mandi besar terlebih dahulu karena merasa badannya sudah sangat lengket terutama area kakinya, mungkin karena cairan kenikmatan