Share

ART Aneh

Aku menggelengkan kepalaku.

Setelah Niko berangkat ke sekolah, Mas Gilhan juga pamit kantor.

Kini di rumah hanya tinggal aku, Bik Ana juga si kembar. Aku melangkah menuju anak tangga, hendak kembali ke kamar. Setelah mandi nanti, aku akan menyelidiki rumah ini. Aku sedikit heran, di rumah sebesar ini hanya memiliki satu asisten rumah tangga saja yang merangkap sebagai pengasuh juga. Saat menaiki anak tangga, Nayla dan Naura terlihat sedang menonton acara kartun di televisi, sedang Bik Ana sedang menyapu lantai. Dia memang wanita tangguh, bisa mengerjakan semuanya.

Sesuai yang kurencanakan, setelah selesai mandi dan berpakaian, aku segera turun ke bawah dan menuju dapur. Bik Ana tak ada di sini, mungkin sedang menemani si kembar bermain.

Oke, hari ini aku yang akan memasak sebab bosan juga rasanya kalau cuma bengong sendiri di kamar dan tak mengerjakan apa pun. Aku yang keseharian selalu menghabiskan waktu untuk bekerja di kantor, namun sekarang harus menghabiskan waktu di rumah, rasanya membosankan dan butuh penyesuaian.

Kukeluarkan sayuran dari kulkas lalu memontongnya, kemudian mencari daging ayam yang rencananya akan kumasak sup. Aku menautkan alis saat melihat beberapa daging yang tersimpan di dalam tupperware yang warna agak kehitaman. Daging apa ini? Kok warnanya aneh begini? Aku menautkan alis. Apa sudah jamuran atau apa, ya?

 

“Nyonya sedang apa di sini?!” Bik Ana tiba-tiba merampas apa yang sedang kupegang, lalu menyimpannya kembali ke dalam kulkas dan menutupnya lemari pendingin itu dengan kasar.

“Bik, saya mau masak,” ujarku sedikit jengkel dengan tingkahnya.

“Tidak usah, biar saya yang akan memasak. Nyonya ke kamar saja!” ujarnya dengan nada perintah.

Aku menatapnya tak senang, dia terlalu sok berkuasa, padahal apa salahnya jika aku yang memasak, toh aku nyonya di rumah ini. Apalagi aku juga pandai memasak walau tak terlalu mahir.

“Bik, sayur-sayur sudah saya potong, tinggal mau motong daging saja,” ujarku dengan menunjuk meja yang terdapat sayur hasil potonganku.

“Sebaiknya Nyonya Sindi tak mengganggu pekerjaan saya! Masak, mencuci, beres-beres rumah juga mengurus anak-anak Tuan Gilhan adalah tugas saya.”

Dengan lancangnya, Bik Ana menarik tanganku lalu mendorongku keluar dari dapur.

“Bik, jangan memperlakukan saya seperti ini! Saya tidak suka!” bentakku kepadanya.

“Maaf, Nyonya, saya hanya menjalankan perintah Tuan Gilhan saja. Kata beliau, Nyonya Sindy tak boleh mengerjakan apa-apa di rumah ini!” ujarnya dengan nada melemah namun tetap dengan tatapan tajam.

Dengan berdecak kesal, aku berlalu dari hadapannya dan menuju ruang tengah lalu duduk di depan televisi. Ke mana Nayla dan Naura tak terlihat? Sedang apa mereka? Aku bangkit dan hendak melangkah menuju kamar si kembar.

Belum sampai aku di depan kamar mereka, terlihat Bik Ana sudah masuk ke dalam kamar anak kembarku itu. Isshh ... apa sih maunya pembantu itu? Kuurungkan langkah dan berbelok menuju dapur, namun aku tak masuk ke dapur melainkan lorong di sebelah dapur yang akan menuju pintu belakang. Mungkin inilah saatnya aku menyelidiki halaman belakang yang didatangi suamiku tadi malam.

Taklama kemudian, langkahku telah tiba di depan pintu belakang. Lorong ini masih saja gelap, walau di siang hari ini karena sepertinya tak ada kontak lampu. Kukeluarkan ponsel dari saku celana panjang, lalu menyalakan sentarnya.

Pintu ini tergembok dan aku tak bisa membukanya, jadi aku takkan bisa untuk melihat ke halaman belakang sana. Aku memutar ingatan tadi malam, perasaan tadi malam pintu ini tertutup dengan sendirinya lalu siapa yang menggemboknya? Semua yang ada di rumah ini begitu aneh dan membuat kepalaku pusing memikirkannya.

“Sedang apa di sini?!”

Ah, ini suara Bik Ana, tanpa menoleh pun aku sudah tahu akan pemilik suara sangar dan garang itu. Aku memutar badan, namun tak mendapati pembantu rese itu.

Eh, kok nggak ada siapa-siapa? Masa iya, aku berhalusinasi mendengar suaranya? Bulu kuduk mendadak meremang, aku segera berlari meninggalkan lorong gelap itu.

Saat aku tiba di ruang tengah, ternyata Bik Ana baru saja turun dari loteng kiri di sebelah ruangan dapur dengan membawa keranjang pakaian. Tampaknya, ia baru saja selesai menjemur pakaian.

Tunggu ... lalu suara siapa yang tadi itu?

Seketika leherku meremang.

Bersambung ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
seru banget ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status