Share

Tiga Puluh Tiga

Malam ini udara begitu panas,aku beranjak duduk di depan TV. Pukul 21.00 orang rumah sudah pada tidur. Namun, Mama ke luar dari kamarnya. 

Usianya kini sudah mulai menua, tetapi dia semakin cantik di mataku. Mama, dia yang menjadi semangatku untuk menjadi seperti sekarang. Pengorbanannya, dan semua yang telah kami alami selama ini.

Perjalanan hidup kami yang begitu terseok-seok, sampai bertemu dengan Om Hendri. Mama bahagia dengannya, semoga saja mereka berjodoh sampai akhir nanti.

"Ka, belum tidur?" Mama menyapa sambil duduk di sampingku.

"Belum, lagi kegerahan."

"Emang AC nggak nyala?"

Aku tersenyum kecil, benar kata Mama, AC bisa menyegarkan. Kali ini bukan tubuh yang panas, tapi perasaan terasa gundah. Memikirkan undangan Papa untuk makan malam. 

"Nggak usah bohong, kenapa? Cerita sama Mama," desak Mama.

"Tahu aja," celotehku.

"Tahulah, kamu pikir Mama baru kemarin keluar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status