Perusahaan tempat Angi bekerja berlokasi di Sunter, Jakarta. Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif ini adalah salah satu perusahaan asing terbesar di Indonesia. PT Honda Motor merupakan Agen Tunggal Pemegang Merek Mobil Honda di Indonesia. Sebagai agen tunggal, PT Honda Motor merupakan satu-satunya perusahaan yang berhak mengimpor, merakit dan membuat kendaraan bermerk Honda di Indonesia.
PT Honda Motor yang berlokasi di Sunter ini merupakan Head Office. Sedangkan yang berlokasi di Karawang adalah Factory. Oleh karena itu, Angi sangatlah beruntung bisa bekerja di bagian office dan memegang peran penting sebagai Human Resource.
Pagi yang cerah dan matahari yang menyinari bumi Jakarta dengan hangat membangkitkan semangat Angi. Hari pertama masuk kerja tak mau ia lewatkan dengan kesalahan. Ia bangun lebih awal dan segera bersiap untuk pergi ke kantor. Ia yang tinggal bersama Adhimas di dalam ruangan yang sama, membuat dirinya merasa canggung. Dalam satu sisi, ia m
Saat ia tiba di lantai 5, ia melihat Adhimas berjalan lurus setelah keluar dari lift. Angi yang tanpa berpikir panjang, ia langsung mengikuti Adhimas. Ia berjalan sangat cepat sehingga Angi kehilangan jejak. ”Duuhh.. pergi kemana sih dia,” ucap Angi. ”Sebenarnya dia mau kemana sih?” Kemudian Angi masuk ke salah satu ruangan dan ia terkejut. ”Aaakkkkkhh!!” Seekor tikus melompat tepat di hadapan Angi yang baru saja membuka pintu. Tikus itu berlari sangat cepat dan ia memasuki ruangan lain. Angi yang tak berniat untuk mengagetkan si tikus malah kena batunya. ”Dasar tikuss!!” kesal Angi. ”Ngagetin aja!” Angi melanjutkan pencariannya. Ia menutup kembali pintu ruangan tersebut. Tak disangka, ada sesosok makhluk astral menempel di atas atap ruangan itu. Ia sengaja menjatuhkan air liurnya pada si tikus yang sedang bersembunyi. Hingga si tikus melompat ke arah Angi. Makhluk itu menyeringai sinis.Angi berjalan cepat dan ia melihat punggung A
Anak kecil itu menunjuk ke arah pak satpam yang sedang berdiri di depan pintu masuk. Ia menunjukkan dirinya adalah korban kecelakaan yang tak tertolong dan hingga saat ini keluarganya belum mengetahuinya. Ia meminta bantuan kepada Angi untuk memberi tahu keluarganya. Ia ingin dimakamkan dengan layak. Angi dan Adhimas yang masih syok dengan kehadiran anak kecil itu, belum bisa melakukan sesuatu sesuai yang ia minta. Adhimas dan Angi berpamitan pulang dan berjanji akan membantunya. *Pagi. Pukul 07.00. Adhimas dan Angi bernagkat dari apartemennya. Seperti biasa, Adhimas mengantarkan Angi terlebih dahulu ke kantornya. Ketika ia tiba di pintu masuk, ia teringat dengan anak kecil kemarin malam yang mengikutinya. Ia sudah berjanji untuk membantunya menemukan jasadnya yang terkubur bersama bangunan tersebut. Angi berjalan menuju ruangan kerjanya. Saat melewati ruangan kerja karyawan lain, ia melihat ada beberapa karyawati sedang berkerumun. Ia yang pe
“Akhirnya, weekend telah tiba. Rasanya lega banget bisa refresh otak dulu,” ucap Angi yang merasa lelah dengan kegiatan kantor. Angi pun bisa menghela nafas lega karena anak perempuan itu sudah tidak mengikutinya lagi. Ia tenang di alamnya. “Oiya, mas. Kamu ada waktu gak hari ini?” ”Emangnya mau kemana? Tumben.” “Bantu aku cari kosan baru yuk!” ”Gak perlu kosan baru, Ngi. Disini emng kurang cukup ya?” “Aku gak enak, mas. Masa numpang terus sama kamu.” ”Kamu kaya gak kenal aku aja, Ngi.” ”Aku hanya butuh privasi sih, mas. Karena kita punya keperluan berbeda. Lagian kita bukan suami istri!” ”Kalau gitu kita nikah aja?” ”Ngaco kamu!” Angi tersenyum mendengar celoteh Adhimas yang ga mungkin bisa terjadi. “Kamu suka kan sama aku?” Canda Adhimas pada Angi yang lugu. “Hmmm…..,” wajah Angi memerah dan tak bisa menjawab pertanyaan Adhimas. “Iiihhh apaan si kamu!. Aku anggap kamu seperti kakakku sendiri.”
Di sisi lain, dari arah berlawanan, ada seseorang yang memerhatikan Angi dan Adhimas. Ia bersembunyi di balik pagar tembok. Ia menyunggingkan senyumnya sambil menggigit setangkai rumput. Tatapan matanya tajam seakan ingin menerkam dari jauh. Kulit sawo matang dengan rambut panjang terurai. Sesekali suaranya terdengar menggeram.Saat Angi dan Adhimas menggotong koper masuk ke kamar, Angi tak sengaja mendengar suara gesekan sendal. Ia menoleh kesana kemari namun ia tak meliaht siapapun. Tak ada penghuni yang keluar satupun.”Kenapa, Ngi?” tanya Adhimas.”Kamu barusan denger gak?””Denger apaan?””Suara kaki.””Gak ada apa-apa kok,” ucap Adhimas sambil memandangi sekitar. ”Yauda, yuk. Cepet masuk. Berat nih!””Sorry! Hehee.”Adhimas dan Angi mulai sibuk menata barang-barang Angi di kosan. Ruangan kamar yang cukup luas dan sudah difasilitasi dengan
Adhimas dan Angi mulai sibuk menata barang-barang Angi di kosan. Ruangan kamar yang cukup luas dan sudah difasilitasi dengan kamar mandi, tempat tidur, AC dan WIFI.Yang kurang dari kosan ini adalah tidak disediakan lemari baju. Untung saja, Angi sudah mempersiapkan lemari siap pakai yang bisa dibongkar pasang.”Akhirnya, beres juga nih, mas. Makasih yaa bantuannya.””Any time. Gimana kalau pesen go food? Lumayan menguras tenaga nih.””Boleh. Mau pesan apa?””Apa aja deh. Yang penting bikin kenyang dan haus hilang.”“Oke.”Mereka berada di dalam kamar hampir seharian karena kelelahan. Setelah makan mereka beristirahat dan akhirnya tertidur. Hingga akhirnya, waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 sore. Adhimas yang terlelap tiba-tiba terbangun karena suara kentongan es cendol yang sedang melewati indekos.”Ya ampun, udah sore ternyata. Aku harus segera kembali ke apart
”Tumben, Ngi, datengnya siang,” ucap Ben pada Angi yang sedikit lagi terlambat. “Iya, nih. Hari ini berangkat dari tempat berbeda. Jadi agak lama di jalannya,” Jawab Angi. “Oh, iya, Ngi. Hari ini kita persiapkan berkas untuk Job Expo di Mall Metropolitan Bekasi. Kita buka rekrutmen untuk front office.” ”Baik, Ben.” Kegiatan di Job Expo ini sangat menguras tenaga dan konsentrasi Angi. Kegiatan ini juga menyita waktu Angi untuk menambah jam kerjanya dan pulang lebih malam. Angi memang sengaja meminta Adhimas agar tidak selalu antar jemput dirinya yang kini sudah memiliki indekos baru. Hal ini juga karena lokasi indekos dan kantor yang tidak terlalu jauh sehingga Adhimas tidak terlalu cemas. Namun, untuk malam ini. Stalker itu hadir kembali. Ia sudah menunggu kedatangan Angi di persimpangan jalan. Ia memposisikan dirinya berdiri di belakang sebuah gardu listrik. Gardu yang terletak di sisi sebuah supermarket membuat suasana tidak terl
Stalker itu mengikuti Angi. Namun, ia memandangi dari jarak jauh. Ia tak tak suka keramaian. Ia tak suka matahari. Ia kembali ke halte sebelumnya dan kembali pulang untuk mengatur rencana selanjutnya. Kali ini rencananya tidak boleh gagal. Ia harus bisa membawa wanita di kamar 03 itu ke tempat persembunyiannya. Tidak akan wanita yang bisa menolak jika sudah berada di rumah itu. * Pukul 05.00 sore. Jadwal pulang ngantor para karyawan. Pada hari ini, kebetulan, tidak ada lembur kerja. Angi dan Ben bisa pulang tepat waktu. Job Expo sudah berakhir dan pekerjaan selanjutnya adalah interview para calon karyawan. Jadwal interview ini akan di lakukan minggu depan. Jadi, weekend ini, Angi bisa berlibur. Seperti biasa, Angi mengendarai busway, salah satu transportasi yang termudah untuk sampai ke indekosnya. Ia berjalan melewati trotoar yang sama. Rute yang sama. Bertemu orang-orang yang sama pula. Tapi, ia tak mau bertemu dengan stalker
Setelah kejadian stalker itu, Angi merasa hidupnya selalu di kelilingi oleh ketidaknyamanan dan juga selalu dalam marabahaya. Ia sempat berpikir apakah ini pertanda ia harus menyerahkan dirinya pada Ki Slamet? Ataukah ia tetap melanjutkan kehidupan sesuai dengan keinginannya? Sungguh ini hal terberat baginya jika ia harus beralih profesi sebagai paranormal. Ia benar-benar sangat menjauhi hal itu. Ia tak mau ketergantungan dengan silsilah keluarganya. Maka dari itu, ia putuskan untuk terus menjalani kehidupannya seperti manusia normal. Pagi yang cerah hadir kembali. Ia masih diberi kesempatan untuk melihat matahari bersinar cerah. Langit membiru seperti sebuah hadiah dari Tuhan. Tak ada yang indah selain cuitan burung gereja di pagi hari. Sinar mentari dirasakannya melalui kulit tubuhnya. Ia merasakan betapa beruntungnya ia diberi kehidupan baru oleh Tuhan. ia berjalan menuju gang indekosnya. Gang itu menyimpan sebuah misteri di kejadian se