Share

Bab 4 Gadis Malang

Nesya masih meringkuk di tempat tidurnya, sudah satu minggu ia tidak ke kantor. Air matanya seolah tidak pernah kering, ia terus meratapi nasibnya. Bintang yang dari awal terus menemani bersama Bulan pun tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa menghibur sebisanya. Karena mereka juga tidak tahu permasalahan pokok utamanya.

Nesya melihat ke arah pintu saat seseorang masuk. Ia sekilas melihat orang tersebut lalu bangkit dari tidurnya.

"Kak, Bintang. Kakak pulang saja, aku sudah tidak apa-apa,” ucap Nesya yang masih terlihat lemah.

“Nes, aku mana mungkin meninggalkan dirimu begitu saja, kecuali kamu benar-benar sudah baik-baik saja.”

“Tapi, pekerjaan Kakak bagaimana?” jawab Nesya lemah.

“Bisa dikerjakan dari rumah,” jawab Bintang lalu tersenyum.

Bintang duduk di tepi tempat tidur, sontak Nesya menjauh. Ia masih takut jika ada pria terlalu dekat dengannya walau ia tahu bintang tidak mungkin melakukan apa yang dilakukan Gunawan.

Bintang yang melihat Nesya ketakutan pun bingung, karena bintang tidak tahu yang sebenarnya jika Nesya dinodai. "Nes, kamu tidak apa-apa, kan?” tanya Bintang hati-hati.

“Tidak! Maaf, kak. Kakak tolong keluar dari kamarku!” Nesya menarik selimut menutupi bagian dadanya.

Bintang mengerutkan dahinya dan masih kebingungan melihat Nesya seolah menjaga jarak.“Nes, kalau ada yang mau dibicarakan. Bicarakan padaku, siapa tahu aku bisa bantu?”

Nesya menggeleng cepat.“ Tidak, kak. Maaf kakak keluar saja. Keluar, kak!” ujar Nesya sedikit bernada tinggi.

Bintang pun tidak ingin bertanya lagi. Kemudian ia keluar dari kamar Nesya. Setelah Bintang keluar, Nesya buru-buru mengunci pintunya. Ia begitu ketakutan dan kondisinya kembali kacau. Ia menangis dan berteriak sampai Bintang kebingungan di balik pintu, apa yang terjadi pada Nesya yang sebenarnya.

“Nes, kamu kenapa?” seru Bintang sambil menggedor pintu kamarnya.

“Kak, kak Nesya kenapa, kok nangis?” tanya Bulan tiba-tiba. Bulan yang baru saja datang pun heran, kenapa Nesya histeris di kamarnya.

“Tidak tahu, Lan. Kakak juga khawatir.” Bintang kemudian mengambil ponselnya di meja kemudian menghubungi Adipati, karena dari kemarin ia menghubungi Adipati ponselnya tidak aktif.

Bintang berjalan menuju jendela besar apartemen Nesya, ia berulang kali berusaha menghubungi Adipati. Akan tetapi, ponselnya belum juga ada tanda-tanda aktif.

"Dimana si Adip? Kenapa tidak ada tanggung jawabnya sudah membuat mental anak orang kacau! Dia yang bohong, aku yang pusing,” gumam Bintang yang begitu khawatir dengan Nesya.

Sementara itu Bulan terus berusaha membujuk Nesya agar membuka pintu kamarnya. “Kak, buka pintunya. Kalau ada masalah berat bisa cerita ke bulan. Buka pintunya, Kak!”

Bulan juga panik karena tidak ada lagi suara tangis Nesya. “Kak, buka!” Bulan terus menggedor pintu kamarnya.

“Kak Bintang, ini bagaimana kak Nesya?”

Bintang kemudian meletakkan ponselnya lalu menghampiri Bulan. “Biar aku dobrak pintunya!” ucap Bintang lalu bersiap mendobrak pintu kamar Nesya.

'Brakk!’

Akhirnya pintu kamar Nesya Berhasil didobrak. Bintang melihat Nesya tidak sadarkan diri di dekat tempat tidur sambil memegang foto Adipati.

"Astaga! Nesya!” seru Bintang.

“Kak!” seru Bulan menghampiri Nesya begitu juga Bintang.

“Nesya!” Bintang memeriksa hidung Nesya untuk memastikan, apakah masih bernafas atau tidak.

“Nes!” Bintang sedikit menepuk-nepuk pipi Nesya.

“Angkat, Kak” seru Bulan menyuruh bintang untuk mengangkat Nesya dan membaringkannya ke tempat tidur.

Bintang memandangi wajah cantik Nesya yang saat ini begitu pucat, terlihat lemah. Bulan dan bintang semakin bingung entah apa yang sebenarnya terjadi. Sudah satu minggu, Nesya seperti orang ketakutan saat Bintang mendekatinya tanpa adanya Bulan.

"Bulan, kalau nanti Nesya sudah sadar, kalau bisa nanti cari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kakak nanti akan cari tahu kejadian yang sebenarnya pada Adipati.”

“Iya, tapi Bulan tidak janji ya, bisa mengorek masalah kak Nesya. Tahu sendiri kak Nesya tertutup untuk masalah pribadi.”

“Tidak, Lan. Kali ini dia harus bisa cerita. Kalau dia tidak cerita, kita tidak bisa memberikan solusi yang dibutuhkan Nesya,” ucap Bintang penuh keyakinan jika Nesya harus menceritakan semuanya yang sudah terjadi.

Sementara itu di kantor Gunawan, tim Nesya sedikit kebingungan dalam mengerjakan pekerjaannya, karena memang Nesya yang menjadi pemimpin tim didivisinya.

"Rhea ini bagaimana?Bu Nesya sudah satu minggu tidak masuk,” tanya Alia pada Rhea.

“Apa sakit ya, soalnya di telpon juga tidak diangkat.”

“Ada apa ini ribut-ribut. Kerja!” seru Gunawan tiba-tiba mengagetkan seisi ruangan.

“Maaf, Pak! Kami sedikit kebingungan dengan konsep yang disarankan Bu Nesya. Desainnya belum selesai dan Sudah satu minggu Bu Nesya tidak masuk!” jelas Rhea sedikit takut melihat Gunawan yang berdiri sambil berkacak pinggang.

“Itu nanti saja, Nesya menjadi urusanku. Kalian kerjakan yang lainnya,” tutur Gunawan kemudian ia kembali ke ruangannya.

Sesampainya di ruangannya, ia tersenyum sinis mengingat Nesya. Akhirnya hukuman yang ia berikan cukup ampuh untuk membuat Nesya Jera.

“Lihat saja Nesya Cantika. Aku akan terus membuat hidupmu menderita. Sama seperti batin putriku selama dua tahun terakhir ini, walau baru kemarin-kemarin putriku mempergoki kalian. Anggap saja itu balasan perbuatan kalian dua tahun terakhir ini.” Gunawan tertawa penuh kemenangan.

Pria dewasa itu pun duduk di kursinya dengan rasa bangga sudah menghancurkan hidup Nesya. Ia tidak tahu gadis yang sudah ia rusak itu adalah anak pengusaha serta adik pengusaha kaya raya yang banyak disegani banyak orang dan rekan bisnisnya. Gunawan tidak tahu bagaimana kekuatan keluarga dari pihak Papa Nesya. Walau Nesya anak dari iştri kedua, kakak-kakaknya sangat menyayanginya. Satu anggota keluarga yang tersakiti bisa satu keluarga maju untuk membela hak saudara lainnya.

Namun, Nesya adalah pribadi yang tertutup saat bersama keluarga Papanya, ditambah sang Papa sudah tiada. Setelah sang papa meninggal ia pelan-pelan keluar dari bayang-bayang nama Sanjaya, Sanjaya adalah nama belakang sang papa dan nama besar keluarga papanya. Siapa yang tidak mengenal keluarga Almarhum Abi Sanjaya.

Gunawan tidak tahu bagaimana bringasnya kakak Nesya yang beda Ibu. Ia tidak segan-segan membunuh atau menghancurkan siapa saja yang mengusik keluarganya.

“Selamat siang, pak!” Sapa seseorang datang ke ruangan Gunawan.

"Iya, ada apa?” jawab datar Gunawan.

“Ini ada surat dari Nesya, Cantika San….”

"Surat apa?” tanya Gunawan cepat sebelum karyawan di depannya itu melengkapi kalimatnya.

“Surat pengunduran diri, Pak!” karyawan tersebut pun meletakkan di atas meja Gunawan.

Gunawan sekilas melihat karyawannya lalu memberikannya isyarat agar karyawan itu keluar dari ruangannya. Setelah itu ia mengambil surat pengunduran diri Nesya.

Gunawan tertawa saat membaca surat pengunduran dirinya. “ Tidak semudah itu kau bisa lepas dariku Nesya. Balas dendam putriku belum selesai. Tunggu terorku selanjutnya.”

Gunawan kembali tertawa karena ia sudah mempunyai banyak rencana untuk menghancurkan gadis malang tersebut.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
icher
Gunawan psikopat nih keknya thor
goodnovel comment avatar
Safiiaa
makin semangat bacanya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status