Share

Bab 4 Melamar Madu untuk Suami

"Ayana, kau harus memberitahukan kepada Keluargamu, bahwa kami akan melamarmu. Apa kau mengerti?" ucap mama Arkan dengan tatapan penuh intimidasi.

Ayana terdiam dan terus mengangguk saja. Ayana terlihat seperti tertekan dengan intimidasi yang dilakukan oleh mama Arkan, hingga membuat Arkan menaruh curiga.

"Iya Bu," jawabnya dengan nada ketakutan.

Ketika mereka sudah berada tepat di depan pintu rumahnya, segera Ayana mengetuk pintu rumah tersebut.

Tok

Tok

Tok

"Bi, bibi Mila, buka pintunya," panggil Ayana.

Tak lama kemudian seorang wanita kini telah keluar dari dalam rumahnya dan membukakan pintu untuk mereka.

Terlihat bibi Ayana sangat terkejut melihat kedatangan Arkan dan mamanya bersama dengan keponakannya.

"Ayana, siapa mereka?" tanya bibi Mila dengan wajah herannya.

"Bi, peekenalkan beliau adalah pemilik yayasan sekolah tempat Ayana bekerja, namanya Bu Elly dan di samping beliau adalah putranya namanya Pak Arkan," jelas Ayana.

Bibi Milapun tersenyum dan menyambut kehadiran mereka dan saling berjabatan tangan.

"Oh iya, nama saya Mila, saya adalah Bibi dari Ayana, mari silahkan masuk." Sambutnya dengan mempersilahkan kedua tamu itu masuk kedalam rumahnya.

Elly dan Arkanpun masuk ke dalam rumah Ayana setelah bibi Mila mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumahnya.

"Mari silahkan duduk." Ucap bibi Mila dengan mempersilahkan mereka duduk.

"Terima kasih." Jawab Bu Elly dengan Arkan lalu mereka saat ini mulai duduk di atas kursi sofa.

"Ayana, kamu buatkan minuman dan bawakan cemilan di dapur," titah bibi Mila kepada Ayana.

Ayana lantas mengangguk dan langsung bergegas menuju ke arah dapur untuk membuatkan minuman dan mempersiapkan cemilan yang akan disuguhkan untuk kedua tamu yang saat ini sedang duduk di ruang tamu.

"Maaf kalian siapa?" tanya Bibi Mila penasaran.

"Perkenalkan Nama saya Elly, saya adalah Mama Arkan, kedatangan kami kesini untuk melamar keponakanmu untuk menjadi istri dari putraku," ucap mama Elly.

Bibi Mila langsung terkejut dan tak percaya jika kedatangan mereka tiba-tiba datang ke sini untuk melamar keponakannya.

"A-apa? Melamar keponakan saya? Ibu tidak main-mainkan?" tanya bibi Elly dengan wajah bingungnya.

"Saya tidak pernah main-main, dan saya ke sini memang benar-benar serius melamar keponakan ibu Mila," jawab mama Elly.

"Kenapa begitu mendadak? Bahkan keponakan saya tidak pernah berbicara dengan saya tentang hal ini," balas bibi Mila.

"Memang ini begitu mendadak, tapi Ibu tidak usah khawatir, pernikahan ini resmi dan tidak dibawah tangan. Dia akan menjadi menantu sekaligus istri dari keluarga Alvendra."

"Tapi kenapa begitu cepat? Apa saat ini Ayana ...." bibi Mila tak melanjutkan ucapannya.

Tak lama kemudian Ayana keluar dari dalam dapur dengan membawa cemilan, ia lalu menyahuti ucapan bibinya.

"Ayana tidak hamil dan Ayana memang bersedia untuk menerima lamaran dari keluarga Bu Elly. Ayana sudah cukup umur untuk menikah, sudah seharusnya Ayana tidak merepotkan Bibi lagi." Sahut Ayana dengan meletakkan cemilan dan minuman di atas meja.

Bibi Mila terkejut dengan penuturan keponakannya waktu itu.

"Tapi, kita belum mengenal keluarga mereka, bagaimana kau seyakin itu?"

"Bibi tidak usah khawatir, mereka dari keluarga baik-baik, Ayana pasti bahagia nanti setelah menikah," Ayana berusaha untuk meyakinkan bibi Mila.

"Apa yang dikatakan oleh Ayana itu benar, kamu tudak perlu khawatir tentang seluk beluk keluarga kami. Kami dari keluarga baik-baik dan dari kalangan orang terpandang di kota ini, Aku sudah cukup lama mengenal Ayana karena dia bekerja menjadi guru di salah satu yayasan milikku," sahut mama Elly.

"Aku ingin menjadikan keponakanmu sebagai menantu di keluargaku, tentunya aku berharap agar  Ayana bisa memberikan keturunan bagi putraku," lanjut ucapan mama Elly.

"Maaf Bu, setiap orang memang memiliki harapan untuk itu. Namun, seandainya Ayana tidak bisa memberikan keturunan, bagaimana?" tanya bibi Mila dengan wajah cemasnya.

"Maka saya akan merelakan Mas Arkan untuk menikah dengan wanita lain agar bisa mendapatkan keturunan." Sahut Ayana dengan menggenggam erat ujung pakaiannya.

Deg

Arkan dan bibi Milapun terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ayana, mereka tak percaya jika Ayana memiliki pemikiran itu.

"Apa? Kau akan merelakan shamimu menikah lagi? Apa kau sudah gila?" ucap bibi Mila tidak percaya.

"Bibi tidak usah khawatir, aku yakin jika Mas Arkan akan berlaku Adil, tapi Ayana yakin bisa memberikan keturunan untuk keluarga Alvendra." Balas Ayana dengan memegang tangan bibi Mila.

"Ibu Mila jangan khawatir, Ayana akan tetap menjadi istri putraku dan tetap menjadi menantu di dalam keluarga kami, jadi saya mohon Ibu Mila menerima lamaran kami, kami berjanji akan menjaga keponakan Ibu dengan baik," mama Elly menimpali.

Bibi Mila sedikit ragu akan hal itu, ia lalu melihat wajah keponakannya yang saat ini menatap dirinya penuh harap.

"Tapi ....," ucap bibi Mila terpotong.

"Tidak usah ragu Bi, Ayana yakin dengan keputusan Ayana. Ayana sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri, aku mohon restui kami," Ayana berusaha meyakinkan bibi Mila.

Bibi Mila berpikir sejenak sebelum dia menentukan sikapnya.

"Baiklah, jika ini adalah keputusanmu maka aku akan merestui kalian," balas bibi Mila.

Ayana tersenyum lalu memeluk tubuh bibi Mila. Sementara itu, mama Elly tampak tersenyum penuh kemenangan ketika bibi Mila pada akhirnya menerima keputusan menikahkan keponakannya dengan putranya.

Saat ini, sengaja Ayana tidak menceritakan kepada bibinya tentang dirinya yang akan menjadi istri muda Arkan.

Bu Elly lalu memberikan uang panai untuk meamar Ayana, sedangkan mahar sudah disiapkan oleh Arkan untuk menikah dengan Ayana nantinya.

Kedua keluarga kini membicarakan tentang tanggal pernikahan yang akan dilaksanakan minggu depan.

Bibi Mila terkejut saat itu. Namun, kembali Ayana menjelaskan kepada bibi Mila kenapa pernikahannya begitu mendadak, akhirnya bibi Mila menerima alasan Ayana mengapa pernikahan mereka harus mendadak.

Setelah percakapan itu, akhirnya keluarga Bu Elly berpamitan untuk pulang..

Saat malam tiba, bibi Mila akhirnya menceritakan tentang lamaran dan rencana pernikahan Ayana kepada suaminya.

Sempat paman Ayana terkejut dan curiga. Namun, Ayana dan bibi Mila akhirnya menceritakan semuanya hingga pamannya pun merestuinya.

Ayana memberitahukan nenek dan adiknya bahwa minggu ini dirinya akan menikah. Namun adik Ayana tidak bisa hadir karena sedang ujian kelulusan. 

"Selamat ya Kak, aku senang akhirnya Kakak menikah dan menemukan jodoh di sana." 

"Sama-sama, Alin. Jika ada waktu untuk datang kemari, kabari Kakak, nanti aku akan mengenalkanmu dengan suami Kak Aya," balas Ayana di balik selulernya.

"Apa dia sangat tampan?" tanya Alina penasaran.

"Sangat tampan, kau bisa terkesima saat melihat wajahnya."

"Ohya? Tidak mungkin aku akan terkesima dengan Kakak iparku," balas Alina.

"Mungkin saat ini memang iya, tapi kau akan jatuh cinta setelah kau melihatnya," balas Ayana dengan terkekeh.

Deg

Entah menagapa saat itulah ada desiran aneh dalam hati Alina ketika Ayana menceritakan tentang sosok suaminya, rasa penasarannya yang akhirnya nanti menuntunnya untuk mempertemukan dirinya dengan kakak iparnya. Namun, dalam kondisi yang berbeda.

Bersambung

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status