"Rosaline's salon? Apa ini, Pak?" tanya Adley mengangkat kartu nama yang dilempar Ignacio padanya.
"Identitas barumu." Sahut Ignacio lalu memberikan foto seorang wanita dengan rambut coklat gelap sepinggang, mata biru serta alis tebal menyiku tajam.
"Siapa dia?" tanya Adley memperhatikan dengan saksama.
"Pergilah ke tempat dalam kartu nama itu dan berikan foto itu pada wanita yang bernama Rosaline. Dia tahu apa yang harus dilakukan!" perintah Ignacio sambil melirik Adley tajam. Adley bergeming, "Lalu, soal foto-foto saya yang ada diambil itu ... apa penjelasan Anda?" tanya Adley balas melirik tajam Ignacio.
"Penjelasan? Haruskah aku memberikan penjelasan padamu? Apa itu penting, hah!!!" Adley terkejut mendengar jwaban Ignacio. Keduanya sama-sama saling menatap dengan aura gelap di sekitar, Adley yang tetap bersikeras menuntut jawaban sementara Ignacio yang tetap bersikeras dengan prinsipnya.
"Nona Adley! Jangan buat kesalahan yang sama seperti mam
Rosaline's SalonHampir setengah hari Adley berada di salon milik wanita bernama Rosaline. Dengan teliti dan telaten, Rosaline mengubah Adley menjadi wanita seperti yang ada di foto itu. Tak lama kemudian, Rosaline meminta Adley membuka matanya dan melihat dirinya yang baru."I--ini aku?" sahut Adley terkejut dengan penampilan dirinya yang baru.Rosaline mengangguk, "Bagaimana? Apa kau suka?" tanyanya mengulas senyum cantiknya."Aku--aku tak tahu. Aku tak pernah merias diriku seperti ini," balas Adley seraya menepuk-nepuk pipinya tak percaya."Kau cantik, Adley. Sudah cantik dari awal, tak banyak perubahan yang aku lakukan pada wajahmu. Kau harus bersyukur karena memiliki wajah dan fisik yang bisa membuat wanita lain di luar sana iri dan cemburu padamu.""Maksud---Anda?" Adley menatap Rosaline dari cermin panjang di depannya."Ignacio pasti punya alasan kuat kenapa dia memilihmu. Aku yakin dia memiliki nilai khusus untukmu, jadi semang
Blue House Club Adley yang tengah bicara dengan Ignacio melalui earphone mini di telinganya dikagetkan dengan tepukan di pundak Adley yang tiba-tiba. "Hey!!" ucap pria berbadan tegap, berkacamata hitam dan berpakaian kasual berdiri di hadapan Adley. "Ah, T--Tuan!" serunya langsung memutus komunikasi dengan Ignacio. "Apa kau mau masuk atau mau buat masalah di tempat ini?!" tanya pria tegap itu menyilangkan tangannya. "Bukankah dia pria yang kemarin aku temui?" gumam Adley kemudian menyapa dan tersenyum ke arah pria garang itu. "Tuan, ini aku. Apa Anda lupa? Bukankah Anda yang menyuruh saya untuk datang lagi ke sini?" Adley meyakinkan. Menatap tajam pria itu ke arah Adley dan berkata, "Siapa kau?" "Hah? Apa Anda lupa, aku Teonna Lovandra, mahasiswi yang menanyakan pekerjaan kemarin malam pada Anda," yakinkan Adley pada pria itu. Ignacio yang melihat keadaan sekitar Adley melalui layar kamera yang terpasang d
Adley yang terkejut dengan wajah Blue House sebenarnya langsung masuk ke dalam ruangan Cleon tanpa banyak menunda waktu. Wangi khas cinnamos sangat menyeruak dan merasuk indera penciuman Adley. "Silakan duduk," perintah Cleon dengan suara dingin sedingin Arktik. "Terima kasih, Tuan." "Jadi namamu Teonna Lovandra?" tanya Cleon sambil menuangkan segelas brandy ke dalam gelas kecilnya. Adley mengangguk. "Dari mana asalmu?" tanya Cleon lagi melirik Adley saat menggoyang-goyangkan gelasnya. "Lanchester, Tuan." "Wow, lumayan tangguh juga ya untuk seorang wanita muda seperti dirimu. Kudengar kau seorang mahasiswi. Apa jurusanmu?" "Hukum," sahut Adley. "Hukum?" Cleon menghentikan tangannya yang sedang menggoyang gelas berisi brandy. "Benar, Tuan. Apa ada masalah?" pancing Adley. "Tak ada. Tahun ke berapa sekarang kau kuliah di sana?" "Ini sudah tahun ke-5 dan kuharap tahun depan aku sudah bisa lulus.
Blue House Club Seraya menghapus saliva dan lipstik merah yang menempel di bibirnya, Cleon merapikan kembali baju dan rambutnya. "Hebat! Luar biasa! Magnifico! Kau cocok bekerja di sini!" ucap Cleon kembali menuangkan brandy di gelas kecilnya. "Jadi, apakah aku lolos tesmu, Tuan?" tanya Adley sekali lagi menegaskan. "Aku bukan orang yang suka mengulang ucapanku!" tegas Cleon melirik tajam Adley yang sedang merapikan baju serta rambutnya. Terdiam sejenak. "Aku mengerti." Balas Adley kembali menyelipkan rambut sebelah kanannya dan menyalakan kembali kameranya. "Kenapa kau selalu menyelipkan rambut di telinga kananmu? Is that your habit?" tanya Cleon dengan ekspresi curiga. Adley segera menurunkan tangannya dan berucap, "Aku ingin memiliki ciriku sendiri sehingga 'mereka' bisa mengenaliku dengan mudah." Kilah Adley tersenyum bak Lilith dalan rupa Athena. "Hmmm, Lilith dalam rupa Athena ... aku jadi ingin tahu bagaima
Blue House Club "T--Tuan ..." Adley membelalakkan matanya melihat seorang pria yang mirip dengan Cleon sedang berdiri di hadapannya. "Kau tak apa-apa?" sebuah tangan terbuka dengan jari jemari panjang dan lentik warna putih berbintik-bintik merah diulurkan oleh seorang pria dengan seulas senyum mempesona. "Tuan Cleon? Sejak kapan Anda di sini?" tanya Adley tiba-tiba melihat pria serupa dengan Cleon. Belum sempat pria itu menjawab, ponsel miliknya segera berbunyi dan pria itu seketika meninggalkan Adley begitu saja setelah membantu membangunkannya. "Hnn, aku segera ke sana." Ucap pria bertubuh tinggi itu langsung pergi ke sebuah ruangan paling dalam. "Cleon, bukankah tadi dia ..." Adley menatap pria yang tak lagi mampu dijamah oleh matanya dan melihat pria yang kurang ajar padanya terkapar tak berdaya di lantai. "Aku harus cepat pergi dari sini. Cari mati jika aku tetap berlama-lama di tempat ini!" pikir Adley segera meninggalka
"Ternyata, kau bukan wanita biasa ya ..." Seutas senyum disematkan di bibir seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berotot yang mengenakan kaus Levi's warna hitam ketat serta celana jeans warna hitam pula dan sneakers warna putih bersih. "Siapa kau?" suara mezzo-sopran Adley tampak jelas terdengar di sebuah jalan sepi tak jauh dari mobil pengintai. "Jangan takut, Nona. Saya di sini ingin membantu Anda." Ucap laki-laki itu kemudian menghampiri Adley dan menampakkan dengan jelas ukiran wajah nan tampan dengan light-brown eyes, alis hitam tebal menyambung menyiku, bibir bawah yang tebal memerah, bibir atas yang tipis serta lesung pipi sebelah kiri yang memberikan kesan feminin namun maskulin ... maskulin namun feminin. "Tuan Cleon!!" seru Adley langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Cleon? Wanita ini pasti mengira aku adalah kakak." Gumam laki-laki itu menatap Adley dari kepala hingga ujung kaki, dan sebaliknya tanpa berkedip.
Ignacio yang telah selesai menerima laporan Adley melepas sejenak penat yang menghinggapi tubuhnya. Keluar dari van warna hitam, dia menyalakan rokok di tengah udara dingin kota London. Netranya menyeloroh melihat sekitar yang ramai dengan lalu-lalang kendaraan yang akan menuju Blue House. Kepulan asap yang berasal dari rokoknya cukup membantunya menghangatkan tubuh dan membantu melegakan pikiran serta penat tubuhnya. Tak lama kemudian, netra Ignacio teralihkan oleh gelagat tiga orang yang sedikit menyita perhatiannya. Satu wanita dan dua pria. Itulah gambaran yang dilihat oleh netra Ignacio. Wanita itu tak teriak, namun dari sikapnya Ignacio tahu jika sang wanita sedang dalam masalah. Awalnya dia hanya membiarkan kejadian itu, namun tanpa sengaja, sorot lampu jarak jauh pada mobil yang dinyalakan membuatnya tahu jika sang wanita itu adalah Adley. Tanpa pikir panjang, Ignacio melangkahkan kakinya ke tempat Adley dan dua pemuda tadi. Mengamati dan mengawasi! Setidaknya
Blue House Club, Ruang Kerja Cleon Byur!!! Suara air jelas terdengar dari kamar mandi milik Cleon di ruang kerjanya. Kamar mandi yang berukuran cukup besar dan lux itu kini sedang digunakan sebagai tempat 'eksekusi' bagi Adley! Siraman air dingin di malam hari dirasakan oleh Adley hingga menusuk dan seakan mematahkan tulang-belulangnya, bak hipotermia, seketika tubuh Adley bergetar menggigil menahan dinginnya air yang disiramkan padanya. Bibirnya yang awalnya merah merekah, kini menjadi kebiruan dan pupil netra yang membesar serta kedua tangan yang saling mengeratkan untuk menutupi bagian depan tubuh Adley yang tertera cukup jelas. "Tu--Tuan ..." ucap Adley melihat Cleon dengan tubuh bergetar. "Ke--kenapa ... kenapa Tuan menyiram saya? Apa salah saya, Tuan?" tanya Adley lirih. "Bukankah sudah kukatakan kau akan mulai bekerja esok hari? Tapi kenapa ..." Cleon menangkupkan tangan kirinya ke wajah Adley yang mulai membiru karena dingin, "Kau malah bersam