"Maaf Ma, untuk dua hari atau dua Minggu ke depan aku tak bisa! lagi pula, untuk apa bulan madu, jika di apartemen pun bisa." Dirga langsung menolak permintaan Gandari.Laras hanya diam saja dan melihat bagaimana Dirga menolak. Ia hanya tak ingin terlibat di dalamnya! meski, hal ini pasti akan melibatkannya.Tetapi, jika dia ikut bicara dan dia salah berucap, bisa-bisa suaminya itu akan menyalahkannya. Atau lebih parahnya, lelaki itu menuduh dirinya yang meminta pada mama mertuanya untuk membawanya bulan madu."Apa alasanmu tak bisa membawa Laras berbulan madu? bukankah, jika kalian pergi bulan madu, bisa membuat kalian mengenal lebih dekat? lagi pula, mama juga sudah sangat ingin menggendong cucu!" Dirga menghembuskan nafas pelan dan menatap intens sang mama. "Ma, mama tahu kalau aku baru saja membuka cabang hotel baru dan aku tak bisa lepas tangan seenaknya! nanti, setelah pekerjaan ku selesai aku janji akan membawa Laras untuk berbulan madu! ah, atau mama memang ingin segera puny
"Maksud Mama apa?" tanya Laras.Sebenarnya dia mengerti dengan apa yang dimaksud oleh mertuanya. Hanya saja, dia ingin meyakinkan diri kalau mertuanya ini tidak bicara serius."Mama hanya ingin, kamu fokus pada Dirga. Ratih hatinya, jangan sampai dia berpaling dan mengejar wanita lain," Gandari menjeda kalimatnya dan menatap lekat pada menantunya yang juga tengah menatapnya."Laras, Mama tahu, tak mudah bagi kalian untuk menjalani pernikahan tanpa cinta ini. Mama juga, tahu kalian terpaksa untuk menikah! tetapi, tidak ada salahnya kan, kalian mencoba dan membuka pintu hati kalian? Mama juga tahu, kalau mengambil hati Dirga itu sangat sulit, apalagi Dirga memiliki wanita lain dihatinya. Hanya saja, jika kamu hamil anak Dirga, Mama yakin, Dirga mau menerima mu dan menyayangi anak kalian. Perlahan, pasti Dirga bisa mengusir wanita lain dihatinya dan menggantikannya dengan namamu demi anak kalian nanti! kamu tahu maksud Mama kan Laras?" Gandari menatap penuh harap pada menantunya ini.Lar
Pagi ini, seperti rencana Gandari semalam! Dirga dan Laras berangkat menuju ke kota Bali. Sekitar pukul 8 mereka sampai di hotel dan langsung beristirahat.Berbeda dengan Dirga. Lelaki itu, lebih memilih keluar hotel dan bertemu dengan kawan lamanya.Selain itu, dia juga ingin memenuhi janjinya pada Ratih untuk tetap jaga jarak dengan Laras. Ya, setelah perdebatan panjang, akhirnya Dirga mampu meyakinkan Ratih kalau dirinya tidak akan menyentuh Laras.Dirga juga berjanji, jika dia pulang nanti, dia akan langsung menikahi Ratih."Dirga," panggil seseorang yang sedari tadi sudah menunggunya."Sorry nunggu lama," ucap Dirga dan bertos ria ala lelaki pada sahabat lamanya ini."Gak masalah, aku mengerti! lagi pula, kau baru saja datang! apa kamu gak capek?" tanya Tomas sahabat lama Dirga itu."Tidak masalah! aku justru berterima kasih, karena kamu mau menemaniku selama aku ada di sini!" Tom hanya terkekeh dan menggeleng, ia menepuk pelan pundak sang sahabat, "Aku heran sama kamu! kesini u
"Om, nasi gorengnya enak loh! coba deh," Laras mengarahkan sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Dirga.Dirga yang tengah fokus dengan ponselnya, tanpa sadar, membuka mulutnya dan menerima suapan Laras."Gimana, enakkan?" tanya Laras dan diangguki oleh Dirga."Ya udah, aku pesenin ya!" tawar Laras sekali lagi.Pasalnya, suaminya ini tak memesan apapun dan hanya dirinya sendiri yang makan. Tadi saja, kalau Laras tak menanyakan hal yang aneh-aneh, Dirga mana mungkin mengajak Laras keluar untuk makan bersama."Tidak usah Laras, aku sudah kenyang!" jawab Dirga tak berniat mengalihkan perhatiannya dari ponsel miliknya."Tadi katanya enak, aku pesenin ya!" rayu Laras sekali lagi.Dirga mendengus dan menatap tajam pada Laras, rasanya sangat jengah mendengar ocehan gadis yang sudah menjadi istrinya ini."Cepat habiskan makananmu, atau aku tinggal!" tegas Dirga."Galak amat, kalau gak mau ya udah!" gumam Laras dengan kesal dan kembali melanjutkan makannya.Bukan Laras tak tahu, kalau suaminy
Ratih membuang tas selempang yang ia kenakan ke sembarang arah. Ia begitu kesal, marah, jengkel! Ratih ingin sekali, mencakar wajah wanita yang beberapa menit yang lalu ia temui itu.Jika tidak mengingat, kalau wanita itu adalah ibu dari sang kekasih, maka sudah dipastikan mulut wanita tua itu ia robek.Bagaimana tidak? wanita itu dengan entengnya menyuruhnya untuk menjauhi dan meninggalkan Dirga dan mengatakan kalau dirinya tidak akan pernah merestui hubungan mereka.Wanita itu juga bilang, kalau sebentar lagi Dirga akan memiliki anak dan memiliki keluarga kecil yang bahagia.Jadi, cepat atau lambat kekasihnya itu akan menendangnya dari kehidupan Dirga untuk selama-lamanya.Tentu saja Ratih menyangkal hal itu, karena dia tahu bagaimana Dirga begitu mencintainya. Tetapi, wanita itu justru bilang kalau anaknya sebentar lagi akan memberikannya cucu setelah pulang dari bulan madunya.Jika tidak, mana mungkin kekasihnya mau membawa Laras pergi bulan madu. Ratih mulai terpengaruh dengan ap
Laras terkejut dengan perlakuan Dirga, sontak ia menoleh dan menatap Dirga dengan penuh tanya."Kenapa Om?" tanyanya heran.Dirga yang sadar dengan kelakuannya, langsung menarik tanganya dan memasukkan kedua tanganya ke dalam saku celananya, lalu menatap lurus pada matahari yang sudah mulai muncul."Tidak ada, aku hanya membuang kotoran di rambutmu!" Dirga beralasan.Laras hanya mengangguk mengerti dan kembali melihat matahari yang terlihat indah di pagi hari ini."Om, boleh aku tanya sesuatu?" "Hmm, mau tanya apa?" Laras menghadapkan tubuhnya pada lelaki yang menyandang sebagai suaminya ini. Merasa di perhatikan, Dirga pun melakukan hal yang sama.Kini mereka saling berhadapan dan saling menatap, "boleh aku tahu siapa nama pacar Om?" tanyanya membuat Dirga mengerutkan dahinya."Ada apa, kenapa tiba-tiba bertanya?" tanya Dirga sembari melipat kedua tangan di depan dadanya."Tidak ada, aku hanya penasaran! jika tak mau, memberitahu ya sudah!" jawab Laras acuh dan kembali menatap luru
Laras hanya diam menikmati adegan yang ada di hadapannya itu. Laras mengambil kesimpulan, kalau wanita itu adalah Ratih, kekasih suaminya.Ada rasa sedikit nyeri di hatinya, saat melihat bagaimana Dirga memperlakukan wanita itu dengan lembut.Apalagi, Dirga terlihat begitu tak rela melihat wanita itu menangis. Tangan nya begitu lembut, mengusap wajah wanita itu.Sangat jelas di matanya, Dirga begitu hati-hati menyentuh wajah cantik itu, seolah takut akan melukai wajah mulus nan cantik itu."Om," panggil Laras saat melihat Dirga mengejar wanita itu yang berlari keluar dari warung makan ini.Dirga tak menghiraukan panggilan Laras. Yang ada di pikirannya saat ini, hanyalah Ratih. Dia tak ingin terjadi sesuatu pada kekasihnya itu.Apalagi, Ratih berlari begitu kencang dengan emosi yang tak stabil. "Yah, kok aku ditinggal!" gumamnya dan hendak mengejar Dirga."Tapi, kalau aku ngejar, yang ada masalah jadi runyam!" gumamnya lagi dan lebih memilih untuk mendudukkan tubuhnya kembali.Laras l
Dua hari sudah berlalu, Dirga dan Ratih masih menikmati masa-masa pengantin baru. Kini, mereka tinggal di apartemen Ratih.Apartemen ini, Dirga hadiahkan untuk kekasihnya di hari ulang tahun wanita itu tahun lalu. Mereka memutuskan untuk, tinggal disini sampai rumah baru mereka selesai dibangun.Ya, Dirga memang sudah menyiapkan rumah untuk mereka tinggali jauh-jauh hari. Sembari menunggu, mereka tinggal di sini."Sayang masak apa?" tanya Dirga yang memeluk Ratih dari belakang."Masak nasi goreng kesukaan kamu!" jawab sambil terus mengaduk nasi yang masih ada di dalam wajan.Dirga terus mengendus leher sang istri, bahkan sesekali ia menghisap dan menggigit gemas leher Ratih."Dirga!" panggil Ratih, dengan desahan tertahan."Kenapa?" tanyanya dengan suara serak.Seketika itu, Dirga langsung membalikkan tubuh istrinya agar menghadapnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung meraup bibir yang sudah menjadi candunya itu."Dirga stop, aku sangat lapar! kita sarapan dulu ya," Ratih mendorong tub