"Rei-kun, kau tau? Aku tidak pernah merasa secemburu ini. Aku selalu ingin ada seseorang yang bisa menyatu dengan tubuhku, tapi aku tidak pernah bisa mendapatkannya. Semakin lama, aku semakin ragu kalau dua jiwa bisa menyatu dalam satu raga, sampai akhirnya kau hadir sebagai penyelamat dan menunjukkan padaku bahwa dirimu itu istimewa. Kau tau Rei-kun? hatiku berdegup kencang setiap kali aku mencium aromamu." Violet menjilat bibirnya untuk membersihkan sisa darah.
Rei lemas, tak kuasa mencegah Violet untuk merenggut kendali bibirnya saat ini, Celia sepertinya tak punya tenaga barang mencegah dengan kata-kata.
Apa ciuman ini artinya dia akan mengambil jiwaku? Rei terpejam pasrah, sesaat sebelum semua itu menyatu, pintu kamar dibuka secara paksa.
"Cukup sampai di situ! Sang Penyendiri!"
Violet menghentikan gerakannya, ia bangkit dan berbalik menghadap pada mereka yang mengganggu. Tiga o
Ternyata, apa yang terjadi lebih mengejutkan dari pada yang dipikirkan Enhem. "Enhem Vinyel? Terdengar seperti tentara Nazi!" Rei berkomentar ceplos. "Ayolah! Selain sok hebat, ternyata kau juga sok tau banget ya!" cibir Celia ketus. "Eh? Memangnya cara bicaraku seperti terlihat sok begitu?" "Tentu saja, apa-apaan kemarin itu kau bertindak seperti pahlawan wanita! Kalau aku tau akhirnya kau akan hidup kembali, aku tidak akan menangisimu!" "Heee? Celia menangisiku? Xixi, aku cukup tersanjung." "Bodoh! Dasar Rei bodoh! Kau pikir bagaimana perasaanmu saat kehilangan satu-satunya orang yang kau miliki di dunia ini?!" "Hehe, maaf-maaf. Tapi aku sangat senang begitu tau kau sangat mengkhawatirkanku." "Hmmphh! Mau bagaimama lagi, kan? Itu berarti aku masih punya sisi kemanusiaan!" Enhem hanya tersenyum melihat perbincang
"Malam itu, Tanoa dan ayah bertengkar setelah dia mengomentari kebiasaannya yang sulit bergaul. Tanoa marah, dia pergi ke hutan di belakang mansion seorang diri. Saat itu, Aamon dan Gossen sedang ada urusan diplomat, jadi hanya aku yang tersisa untuk menghiburnya. Aku begitu bodoh, hanya menatapnya sedih dari jendela tanpa melakukan apapun. Barulah saat itu aku melihat bulan purnama tiba-tiba bercahaya biru. Aku segera berlari keluar kamar dan mengejarnya ke hutan. Dari jauh, aku melihat sosoknya. Mereka berdua tampak bercengkrama kemudian bergandengan tangan menuju hutan lebih dalam. Aku kehilangan jejak Tanoa, melirik kesana-kemari tanpa menemukan apapun. Aku berteriak memanggil, tanpa sadar air mataku jatuh. Sampai akhirnya, bulan itu redup dan bersinar seperti biasa, aku menemukan tubuh Tanoa tergeletak tak berdaya dengan wajah sepucat kertas. Saat itu, Gossen datang mencariku. Dia sudah tiba dari urusan diplomatnya
Beruntung, Enhem dengan pendengarannya yang tajam segera tiba. Ia memadamkan api itu bersama Celia sementara Nonoa tampak begitu panik sambil memeluk tubuh saudari kembarnya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Nonoa-sama, Celia-sama?" Enhem tanpa ragu bertanya. Tapi Nonoa masih panik, ia menggeleng kalau ia juga terkejut dengan apa yang telah terjadi. Rei terdiam, Celia tau dia pasti merasa bersalah, "Bukan apa-apa Enhem-san, yang barusan itu hanya kecelakaan kecil," jelasnya. Enhem yang mulai mengerti situasinya tidak lagi bertanya lebih jauh, ia segera menutup jendela dan memperbaiki posisi tirai. Ada Lucia dan juga Reina yang kebetulan lewat hendak mandi, mereka jadi turut membantu membersihkan serpihan dan bekas minyak yang tumpah. "Celia, tolong dekati Nonoa, aku ingin meminta maaf padanya," pinta Rei. Celia pun melakukannya. "Nonoa-san. Maaf, aku hanya bermaksud untuk membantumu," suara Rei yang terdengar tulus itu sepertinya me
Sarapan pagi bersama telah selesai, "Terima kasih atas makanannya!" Mereka pun bubar. Gossen dan Aamon akan menghadiri rapat penting, sementara para maid harus sibuk mengurus semua pekerjaan rumah. Tersisa Nonoa yang masih duduk menyesapi teh hijaunya. "Nonoa-san?" Nonoa menatap ke arah Celia. "Nonoa-san, maafkan aku soal semalam," suara Rei terdengar sendu. Nonoa menggeleng dengan tersenyum "Tidak perlu dipikirkan Rei-kun. Maaf membuatmu jadi kepikiran." "Nonoa-san, saat kami dalam perjalanan kemari, kami melihat ada sebuah desa kecil di dekat kediaman Paxley, mau kah kau menemani kami untuk pergi melihat-lihat?" tanya Rei menawarkan. Nonoa tertegun mendengarnya. "Apa kau sedang ada rencana?" Nonoa langsung menggeleng, "Eh, tidak ada kok. Baiklah, aku akan pergi bersama kalian," sahutnya dengan wajah yang tampak lebih cerah sekara
Nonoa terdiam sejenak menatap wajah Celia, kemudian menghela nafas panjang, lalu menatap ke kejauhan, "Ah, itu lain masalah. Setelah aku bercerita panjang tadi, mungkin kalian akan berpikir kalau kalian itu adalah teman Tanoa yang selama ini hilang dari ingatan kami, kan?" Nonoa kemudian menatap mata Celia, "Seperti yang dibicarakan Enhem kemarin malam. Aku ingin memintamu untuk menemui Sang Penyendiri, dia satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Tanoa dari situasi ini." "Celia-chan, tolong maafkan keegoisanku ini. Aku harap kau bisa mengerti." "Jadi yang terjadi malam itu memang sudah kau rencanakan ya, hebat sekali Nonoa-san ini," Rei tertawa memuji. Sementara Celia masih tenggelam dalam pikirannya. "Celia-chan?" "Celia?" Celia buru-buru mengusir pikirannya, "Maaf aku terlalu banyak berpikir. Tapi, seperti yang aku bilang pada Enhem, aku akan dengan senang hati
"Kenapa, Celia-chan? Apa kau tidak mau?" tanya Nonoa yang melihat Celia masih memikirkan jawabannya. "Hufftt ... Apa kau tidak ingat kalau Rei bisa melihat apa yang aku lihat?" "Kurasa itu tidak masalah selagi tubuhnya tidak bersama kita." "Hee? Tidak, tidak, tidak! Pemandangan itu hal yang dilarang untuk Rei. Hei, Rei! Katakan sesuatu, bukannya malah diam saja!" Rei malah bersiul pura-pura tak dengar. "Rei-kun!" Nonoa tertawa kecil, "Baiklah kalau Celia-chan merasa tidak enak. Aku akan mandi lebih dulu ya!" "Heee ... Kenapa tidak jadi, Nonoa-san?" "Kutimpuk kepalamu, Rei!" "Sayang sekali, Celia." "Bodoh! Dasar Rei bodoh!" Belum selesai keterkejutan itu datang dari Nonoa, para maid datang menawarkan hal yang sama, "Celia-sama, Celia-sama! Ayo kita mandi bareng-bareng berlima?"
Aamon dan Gossen segera mengambil tindakan, hendak membawa tubuh Celia yang tiba-tiba sekarat. Nonoa menatap tak percaya, mulutnya menganga lebar. Sementara nyonya Paxley tetap tenang seolah itu bukan pemandangan yang pertama. "Jangan disentuh!" "Apa maksudmu, bu? Kita harus segera menolongnya!" Nyonya Paxley menggeleng, "Yang kau lakukan itu hanya akan membuat keadaan jadi rumit." Gossen dan Aamon menarik tangannya ragu, mereka kasihan melihat Celia terus meronta dan terbatuk mengeluarkan darah. "Ini tidak bisa dibiarkan!" Gossen tak bisa menahan diri. Ia segera membopong tubuh Celia, tapi tiba-tiba saja kursi melayang dan menghantamnya dari belakang, itu teknik sihir dari nyonya Paxley. "Sudah kubilang, kau hanya akan membuat masalah menjadi rumit!" "Tapi bu!" Nyonya mengangkat tangannya berisyarat diam, ia bangkit dari tem
"Begitulah Lone Angel, si calon wadah terpilih. Dia tidak akan melakukan itu kalau dia tidak benar-benar mencintaimu." Entah kenapa yang paling terkejut dari perkataan itu adalah Nonoa. Dia terkaget sampai suaranya terdengar cukup keras. "Heee?!" "Kau seperti baru saja kalah lotre, Nonoa," cibir Aamon. "Diam!" pungkas Nonoa garang, kemudian tertunduk bingung dengan perasaan di dadanya. "Sebetulnya, dia tidak menghisap darah Rei-sama sampai kehilangan nyawanya. Tapi Rei-sama berakhir seperti itu karena telah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanku. Kalau saja dia tidak menghalau serangan dari Sang Lone Angel, mungkin aku sudah tidak sedang berdiri di sini. Aku benar-benar punya hutang budi pada Rei-sama." "Enhem-san ..." "Sepertinya, yang terjadi lebih mengejutkan dari dugaanku," komentar nyonya Paxley, "kalau mem