Share

Bab 3

"Empat ribu dollar katamu? Kenapa mahal sekali?"

Sulit bagi Clara untuk mempercayai kata-kata Jessica, sahabatnya itu. Bagaimana mungkin ia bisa segera pindah jika gajinya sebulan bahkan jauh di bawah itu? Tapi di sisi lain, Clara tidak mungkin terus bertahan tinggal bersama Tante Ana dan Jo. Clara tidak ingin kehadirannya menjadi sumber perpecahan bagi rumah tangga kedua Tantenya.

"Iya, memang sangat mahal, Clara. Pendatang seperti kita hanya bisa tinggal di condo dan bukannya HDB. Jadi, yah seperti itulah." Ujar Jessica lagi.

Clara memijat keningnya yang berdenyut. Mengapa susah sekali baginya untuk bisa hidup tenang dan nyaman?

"Lalu dimana kamu tinggal sekarang, Jess? Bisakah aku menumpang di tempatmu?" Pinta Clara memelas.

Namun Jessica tampak keberatan.

"Sungguh, Clara. Bukannya aku tidak mau atau tidak suka padamu. Tapi sekarang aku tinggal bersama kekasihku. Jadi rasanya tidak mungkin jika kamu ikut tinggal denganku. Maafkan aku ya, Clara." Balas Clara dengan menyesal.

Clara manggut-manggut. Tentu saja, mana mungkin Clara akan tinggal bersama Jessica dan kekasihnya. Kehadirannya pasti akan mengganggu privasi mereka.

"Bagaimana kalau kamu mencari roommate saja?" Tawa Jessica memberikan saran.

Clara menatap Jessica bingung.

"Roommate? Maksudmu tinggal bersama orang asing?" Tanya Clara tidak mengerti.

Jessica mengangguk bersemangat.

"Iya, biasanya orang-orang yang juga merasa berat membayar sewa apartemen akan mencari orang yang mau tinggal bersama mereka untuk diajak patungan membayar sewa." Jelas Jessica bersemangat.

Kali ini Clara yang tampak keberatan.

"Tapi aku tidak terbiasa tinggal dengan orang asing, Jess." Ujar Clara pelan.

Jessica tertawa kecil.

"Aku hanya memberikan saran, Clara. Tapi tidak ada salahnya bagimu untuk mencobanya, kan? Daripada kamu harus tinggal bersama pria pelit itu." Tambah Jessica lagi.

Clara merenungi perkataan Jessica itu lamat-lamat. Mungkin Jessica ada benarnya juga. Setidaknya lebih baik tinggal bersama orang yang benar-benar asing dibandingkan tinggal bersama keluarga yang menganggap kita seperti orang asing. Mungkin ide untuk tinggal bersama roommate tidak terlalu buruk.

***

Sejak tadi Clara terus berkutat dengan ponselnya. Ia sibuk mencari seseorang yang mau membagi sewa apartemen dengannya. Tapi bahkan setelah tiga jam berlalu, ia tak kunjung menemukan tempat yang tepat. Entah itu karena harganya yang terlalu tinggi atau lokasinya yang terlalu jauh dari tempatnya bekerja.

"Ah! Aku menyerah! Susah sekali mencari tempat tinggal yang murah!" Keluh Clara kesal dan melempar ponselnya ke kasur.

Clara merebahkan tubuhnya di kasur dan memijat-mijat kepalanya yang pusing. Sialan, susah sekali untuk sekedar hidup tenang dan nyaman. Entah sudah berapa ratus halaman pencarian yang ia baca tapi hasilnya tetap nihil. Apakah memang biaya hidup di Singapura yang terlalu tinggi? Atau memang Clara yang terlalu miskin untuk memenuhinya?

TING!

Ponsel Clara berbunyi pertanda sebuah notifikasi pesan masuk. Sebuah pesan dari Jessica. Mungkin sahabatnya itu juga ikut pusing mencari tempat tinggal baru bagi Clara. Gadis itu dengan cepat membuka pesan yang ia terima. Pesan itu berisi sebuah iklan tentang seseorang yang juga mencari roommate untuk berbagi sewa.

"Harganya cuma 1500 dollar? Berarti aku masih bisa menyisihkan uang 1000 dollar lagi dari gajiku?" Gumam Clara sambil berpikir.

Awalnya Clara ragu dengan tawaran yang tampak terlalu indah itu. Namun tatapan sinis Jo kembali muncul di kepalanya. Ia benar-benar harus pindah sebelum Jo melabelinya sebagai parasit. Clara membalas pesan Jessica untuk mengucapkan terimakasih kepada sahabatnya itu.

Thanks, Jess. Brb gonna check it.

(Terimakasih, Jess. Akau akan memeriksanya sekarang.)

"1500 dollar berarti sekitar 17 juta rupiah? Ternyata banyak juga ya." Gumam Clara lagi.

Ia lalu membuka ponselnya dan mengecek saldo di rekeningnya. Uang yang selama ini ia kumpulkan dengan bekerja serta uang yang diberikan ibunya sebagai bekal Clara untuk merantau. Semuanya berjumlah 20 juta rupiah.

"Berarti sisa tabunganku cuma 3 juta?" Batin Clara lagi.

Namun niat Clara untuk keluar dari rumah Tante Ana sudah bulat. Ia letih hidup dengan merasa serba tidak enak. Lebih baik ia menghabiskan tabungannya daripada hidup bersama Jo yang jelas-jelas tidak menerimanya. Clara segera mengirimkan pesan ke nomor yang tercantum untuk menanyakan iklan yang ia barusan baca.

"Halo, maaf mengganggu. Namaku Clara dan aku baru saja melihat iklanmu di internet. Apakah kamu masih mencari roommate?"

Clara mengirimkan pesan itu. Dan sepersekian detik kemudian, balasan dari lawannya tiba.

"Iya, aku masih mencari roommate. Apakah kamu berminat? Biaya perbulannya 1500 dollar seperti yang ada di iklan. Kamu bisa melihat apartemenku langsung jika memang kamu tertarik."

Clara melonjak senang. Tampaknya si pemasang iklan juga sedang dalam posisi genting. Mungkin Clara bisa menawarnya sedikit dan segera pindah kesana. Clara kembali mengetikkan pesan untuk membuat janji dengan si pemasang iklan.

"Kalau boleh aku ingin melihat apartemenmu besok sepulang aku bekerja. Apakah kamu keberatan jika aku berkunjung pada pukul 7 malam?"

Clara menunggu lagi balasan pesannya. Ponselnya kembali berbunyi dan ia segera membukanya.

"Baiklah, aku akan menunggumu jam 7 malam besok."

Clara girang. Ia sudah tidak sabar menunggu datangnya hari esok. Ia sungguh ingin cepat-cepat melihat tempat tinggal barunya dan seperti apa gadis yang akan menjadi teman serumahnya.

***

Hari ini Clara sudah sepakat untuk bertemu dengan pemilik apartemen itu. Calon roommatenya. Sepulang kerja, ia langsung pamit kepada atasannya dan juga Tante Ana.

"Kamu mau kemana, Clara? Kok sepertinya buru-buru sekali?" Tanya Tante Ana bingung.

"Eh, aku mau bertemu dengan Jessica, Tante. Kami sudah berjanji akan pergi jalan-jalan." Jawab Clara berbohong.

Tante Ana hanya mengangguk-angguk tanpa rasa curiga. Lalu dengan secepat kilat, Clara pergi dari restoran tempatnya bekerja.

"Kalau dari maps, sepertinya tempatnya dekat." Gumam Clara.

Dan memang benar. Hanya butuh 10 menit berjalan kaki, Clara tiba di tempat itu. Sebuah kondominium bertingkat 20 yang tampaknya baru dibangun. Itu berarti harganya seharusnya cukup mahal. Clara mulai merasa ada yang tidak beres dengan harga semurah ini. Namun ia membuang jauh-jauh pikiran negatifnya dan segera masuk ke gedung itu. Ia menekan angka sepuluh di lift dan dalam sekejap Clara sudah sampai di lantai yang ia tuju.

Clara melangkahkan kakinya keluar dari lift dan pandangannya menyebar ke seluruh penjuru koridor. Ia mencari unit nomor 1005, unit dimana calon roommatenya tinggal.

"Wah, pasti gadis ini orang yang sangat kaya. Bagaimana mungkin ia bisa tinggal di tempat semewah ini?" Ucap Clara takjub sambil melihat ke arah sekitarnya.

Setelah menemukan unit yang dimaksud, Clara membunyikan belnya. Beberapa menit menunggu, Clara mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah pintu. Ia sedikit deg degan karena akan bertemu dengan calon teman sekamarnya. Tapi Clara sungguh antusias dan tidak sabar lagu.

CKLEK!

Pintu terbuka dan Clara merasa bingung ketika ia melihat seorang pria yang menyambutnya. Pria yang mungkin sebaya dengannya dan tersenyum kikuk menatap Clara.

"Ah, maaf mungkin aku salah menekan bel." Ucap Clara ragu.

Clara kembali mengecek nomor yang tercantum di pintu unit itu. Tempat itu adalah tempat yang benar. Tiba-tiba terlintas sebuah pencerahan di kepala Clara.

"Apakah kamu adalah MilkBun22?" Ujar Clara bertanya pada pria itu.

Pria itu mengangguk. Namun wajahnya tampak bingung karena Clara mengetahui nama internetnya.

"Kamu yang mencari roommate?" Tanya Clara lagi.

Pria itu kembali mengangguk dan semakin tampak tak mengerti. Lalu seperti menyadari sesuatu, baik Clara maupun pria itu tampak kaget. Mereka secara berbarengan menunjuk satu sama lain dengan wajah tak percaya.

"Kamu laki-laki?"

"Kamu perempuan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status