"Empat ribu dollar katamu? Kenapa mahal sekali?"
Sulit bagi Clara untuk mempercayai kata-kata Jessica, sahabatnya itu. Bagaimana mungkin ia bisa segera pindah jika gajinya sebulan bahkan jauh di bawah itu? Tapi di sisi lain, Clara tidak mungkin terus bertahan tinggal bersama Tante Ana dan Jo. Clara tidak ingin kehadirannya menjadi sumber perpecahan bagi rumah tangga kedua Tantenya."Iya, memang sangat mahal, Clara. Pendatang seperti kita hanya bisa tinggal di condo dan bukannya HDB. Jadi, yah seperti itulah." Ujar Jessica lagi.Clara memijat keningnya yang berdenyut. Mengapa susah sekali baginya untuk bisa hidup tenang dan nyaman?"Lalu dimana kamu tinggal sekarang, Jess? Bisakah aku menumpang di tempatmu?" Pinta Clara memelas.Namun Jessica tampak keberatan."Sungguh, Clara. Bukannya aku tidak mau atau tidak suka padamu. Tapi sekarang aku tinggal bersama kekasihku. Jadi rasanya tidak mungkin jika kamu ikut tinggal denganku. Maafkan aku ya, Clara." Balas Clara dengan menyesal.Clara manggut-manggut. Tentu saja, mana mungkin Clara akan tinggal bersama Jessica dan kekasihnya. Kehadirannya pasti akan mengganggu privasi mereka."Bagaimana kalau kamu mencari roommate saja?" Tawa Jessica memberikan saran.Clara menatap Jessica bingung."Roommate? Maksudmu tinggal bersama orang asing?" Tanya Clara tidak mengerti.Jessica mengangguk bersemangat."Iya, biasanya orang-orang yang juga merasa berat membayar sewa apartemen akan mencari orang yang mau tinggal bersama mereka untuk diajak patungan membayar sewa." Jelas Jessica bersemangat.Kali ini Clara yang tampak keberatan."Tapi aku tidak terbiasa tinggal dengan orang asing, Jess." Ujar Clara pelan.Jessica tertawa kecil."Aku hanya memberikan saran, Clara. Tapi tidak ada salahnya bagimu untuk mencobanya, kan? Daripada kamu harus tinggal bersama pria pelit itu." Tambah Jessica lagi.Clara merenungi perkataan Jessica itu lamat-lamat. Mungkin Jessica ada benarnya juga. Setidaknya lebih baik tinggal bersama orang yang benar-benar asing dibandingkan tinggal bersama keluarga yang menganggap kita seperti orang asing. Mungkin ide untuk tinggal bersama roommate tidak terlalu buruk.***Sejak tadi Clara terus berkutat dengan ponselnya. Ia sibuk mencari seseorang yang mau membagi sewa apartemen dengannya. Tapi bahkan setelah tiga jam berlalu, ia tak kunjung menemukan tempat yang tepat. Entah itu karena harganya yang terlalu tinggi atau lokasinya yang terlalu jauh dari tempatnya bekerja."Ah! Aku menyerah! Susah sekali mencari tempat tinggal yang murah!" Keluh Clara kesal dan melempar ponselnya ke kasur.Clara merebahkan tubuhnya di kasur dan memijat-mijat kepalanya yang pusing. Sialan, susah sekali untuk sekedar hidup tenang dan nyaman. Entah sudah berapa ratus halaman pencarian yang ia baca tapi hasilnya tetap nihil. Apakah memang biaya hidup di Singapura yang terlalu tinggi? Atau memang Clara yang terlalu miskin untuk memenuhinya?TING!Ponsel Clara berbunyi pertanda sebuah notifikasi pesan masuk. Sebuah pesan dari Jessica. Mungkin sahabatnya itu juga ikut pusing mencari tempat tinggal baru bagi Clara. Gadis itu dengan cepat membuka pesan yang ia terima. Pesan itu berisi sebuah iklan tentang seseorang yang juga mencari roommate untuk berbagi sewa."Harganya cuma 1500 dollar? Berarti aku masih bisa menyisihkan uang 1000 dollar lagi dari gajiku?" Gumam Clara sambil berpikir.Awalnya Clara ragu dengan tawaran yang tampak terlalu indah itu. Namun tatapan sinis Jo kembali muncul di kepalanya. Ia benar-benar harus pindah sebelum Jo melabelinya sebagai parasit. Clara membalas pesan Jessica untuk mengucapkan terimakasih kepada sahabatnya itu.Thanks, Jess. Brb gonna check it.(Terimakasih, Jess. Akau akan memeriksanya sekarang.)"1500 dollar berarti sekitar 17 juta rupiah? Ternyata banyak juga ya." Gumam Clara lagi.Ia lalu membuka ponselnya dan mengecek saldo di rekeningnya. Uang yang selama ini ia kumpulkan dengan bekerja serta uang yang diberikan ibunya sebagai bekal Clara untuk merantau. Semuanya berjumlah 20 juta rupiah."Berarti sisa tabunganku cuma 3 juta?" Batin Clara lagi.Namun niat Clara untuk keluar dari rumah Tante Ana sudah bulat. Ia letih hidup dengan merasa serba tidak enak. Lebih baik ia menghabiskan tabungannya daripada hidup bersama Jo yang jelas-jelas tidak menerimanya. Clara segera mengirimkan pesan ke nomor yang tercantum untuk menanyakan iklan yang ia barusan baca."Halo, maaf mengganggu. Namaku Clara dan aku baru saja melihat iklanmu di internet. Apakah kamu masih mencari roommate?"Clara mengirimkan pesan itu. Dan sepersekian detik kemudian, balasan dari lawannya tiba."Iya, aku masih mencari roommate. Apakah kamu berminat? Biaya perbulannya 1500 dollar seperti yang ada di iklan. Kamu bisa melihat apartemenku langsung jika memang kamu tertarik."Clara melonjak senang. Tampaknya si pemasang iklan juga sedang dalam posisi genting. Mungkin Clara bisa menawarnya sedikit dan segera pindah kesana. Clara kembali mengetikkan pesan untuk membuat janji dengan si pemasang iklan."Kalau boleh aku ingin melihat apartemenmu besok sepulang aku bekerja. Apakah kamu keberatan jika aku berkunjung pada pukul 7 malam?"Clara menunggu lagi balasan pesannya. Ponselnya kembali berbunyi dan ia segera membukanya."Baiklah, aku akan menunggumu jam 7 malam besok."Clara girang. Ia sudah tidak sabar menunggu datangnya hari esok. Ia sungguh ingin cepat-cepat melihat tempat tinggal barunya dan seperti apa gadis yang akan menjadi teman serumahnya.***Hari ini Clara sudah sepakat untuk bertemu dengan pemilik apartemen itu. Calon roommatenya. Sepulang kerja, ia langsung pamit kepada atasannya dan juga Tante Ana."Kamu mau kemana, Clara? Kok sepertinya buru-buru sekali?" Tanya Tante Ana bingung."Eh, aku mau bertemu dengan Jessica, Tante. Kami sudah berjanji akan pergi jalan-jalan." Jawab Clara berbohong.Tante Ana hanya mengangguk-angguk tanpa rasa curiga. Lalu dengan secepat kilat, Clara pergi dari restoran tempatnya bekerja."Kalau dari maps, sepertinya tempatnya dekat." Gumam Clara.Dan memang benar. Hanya butuh 10 menit berjalan kaki, Clara tiba di tempat itu. Sebuah kondominium bertingkat 20 yang tampaknya baru dibangun. Itu berarti harganya seharusnya cukup mahal. Clara mulai merasa ada yang tidak beres dengan harga semurah ini. Namun ia membuang jauh-jauh pikiran negatifnya dan segera masuk ke gedung itu. Ia menekan angka sepuluh di lift dan dalam sekejap Clara sudah sampai di lantai yang ia tuju.Clara melangkahkan kakinya keluar dari lift dan pandangannya menyebar ke seluruh penjuru koridor. Ia mencari unit nomor 1005, unit dimana calon roommatenya tinggal."Wah, pasti gadis ini orang yang sangat kaya. Bagaimana mungkin ia bisa tinggal di tempat semewah ini?" Ucap Clara takjub sambil melihat ke arah sekitarnya.Setelah menemukan unit yang dimaksud, Clara membunyikan belnya. Beberapa menit menunggu, Clara mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah pintu. Ia sedikit deg degan karena akan bertemu dengan calon teman sekamarnya. Tapi Clara sungguh antusias dan tidak sabar lagu.CKLEK!Pintu terbuka dan Clara merasa bingung ketika ia melihat seorang pria yang menyambutnya. Pria yang mungkin sebaya dengannya dan tersenyum kikuk menatap Clara."Ah, maaf mungkin aku salah menekan bel." Ucap Clara ragu.Clara kembali mengecek nomor yang tercantum di pintu unit itu. Tempat itu adalah tempat yang benar. Tiba-tiba terlintas sebuah pencerahan di kepala Clara."Apakah kamu adalah MilkBun22?" Ujar Clara bertanya pada pria itu.Pria itu mengangguk. Namun wajahnya tampak bingung karena Clara mengetahui nama internetnya."Kamu yang mencari roommate?" Tanya Clara lagi.Pria itu kembali mengangguk dan semakin tampak tak mengerti. Lalu seperti menyadari sesuatu, baik Clara maupun pria itu tampak kaget. Mereka secara berbarengan menunjuk satu sama lain dengan wajah tak percaya."Kamu laki-laki?""Kamu perempuan?"MilkBun22 ternyata adalah seorang pria. Pria berusia 23 tahun bernama Ansel Brooks. Ayahnya adalah orang Australia dan ibunya adalah wanita Indonesia. Ansel tinggal di Singapura karena ia sedang menyelesaikan kuliah seninya. Dan Clara sama sekali tidak tahu menahu soal itu. Clara mengira si pemilik iklan adalah seorang gadis karena username yang digunakan sangatlah feminim.Clara duduk di ruang tamu apartemen pria itu dan menatapnya dengan tidak percaya. Bagaimana bisa pria dengan tubuh atletis ini menggunakan nama yang begitu lucu sebagai identitasnya di internet?"Jadi kamu adalah MilkBun22? Orang yang sedang mencari roommate?" Tanya Clara sekali lagi sambil menatap Ansel dari ujung kaki hingga ujung kepala.Ansel berjalan dari dapur menuju sofa tempat Clara duduk. Ia lalu memberikan Clara segelas teh dan duduk di depan gadis itu."Iya, apakah ada yang salah dengan itu?" Balas Ansel bingung."Tapi kukira kamu adalah seorang wanita! Karena namamu terdengar sangat feminim! Lagipula ke
Clara menatap Ansel tidak percaya. Bahkan matanya tidak berkedip lagi karena terkejut. Penipuan macam apa ini? Jangan-jangan besok Ansel akan meminta Clara mencuci bajunya juga?"Apa?! Kamu bilang aku akan tidur di kamar kosong dan bukannya bersamamu, Ansel! Wah, ini penipuan namanya!" Seru Clara emosi.Clara menatap Ansel penuh amarah. Namun tiba-tiba pria itu tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Clara hanya menatap Ansel dengan tatapan bingung. Mungkin pria bernama Ansel ini sebenarnya memiliki gangguan jiwa? Bukankah banyak seniman yang memang sedikit gila? Clara mulai berpikir untuk melarikan diri saja daripada harus tinggal bersama Ansel yang tampan namun tidak waras."Kenapa kamu tertawa? Tidak ada yang lucu, Ansel!" Seru Clara sewot.Ansel menyeka air matanya yang sedikit menetes karena terlalu asyik menertawai Clara."Aku bercanda, Clara! Mana mungkin aku akan menyuruhmu tidur bersamaku!" Jelas Ansel lalu tertawa lagi.Mata Clara membelalak kesal. Sialan! Baru har
Gara-gara bahan masakan yang digunakan Clara tadi pagi, kini baik Clara maupun Ansel tergolek lemas karena keracunan makanan. Clara terpaksa izin untuk pulang kerja lebih awal karena fisiknya yang terasa sangat tidak sehat. Sementara Ansel harus absen dari kuliahnya karena ia terus bolak balik ke kamar mandi.Clara terduduk lemas di sofa apartemen bersama Ansel yang terguling di sampingnya. Mereka sudah ke dokter dan mendapatkan obat untuk mengurangi gejala keracunan makanan yang dialami. Namun urusan perut mereka yang terus menerus mual tampaknya belum kunjung berhenti.Mereka berdua sedang menatap kosong ke TV tanpa melakukan apapun. Lalu tiba-tiba Ansel berlari menuju kamar mandi lagi. Perutnya mules dan terus memanggil Ansel untuk ke kamar mandi."Sialan! Aku harus ke kamar mandi!" Seru Ansel sembari berlari meninggalkan Clara.Gadis itu melihat teman serumahnya dengan tatapan geli. Ia tertawa lemas karena Ansel terlihat seperti orang bodoh. Namun tak lama kemudian perut Clara iku
Satu persyaratan yang diberikan perusahaan modeling itu membuat Clara menjadi pusing tujuh keliling. Bagaimana mungkin ia bisa membangun portofolionya sebagai model lingerie hanya dalam waktu satu minggu? Clara harus setidaknya memiliki beberapa lingerie yang akan dipakainya. Belum lagi ia harus membayar fotografer untuk melakukan sesi pemotretan! Padahal uangnya sekarang saja sudah sangat minus."Jess, agensi yang aku ceritakan padamu kemarin berkata akan menerimaku sebagai model mereka." Ungkap Clara pada Jessica saat mereka bertemu.Mata Jessica terbelalak. Ia tersenyum sumringah mendengar kabar baik dari temannya itu."Serius? Wah, bagus dong, Clara! Tapi kenapa kamu malah terlihat pusing?" Balas Jessica tidak mengerti.Clara menghela nafas pelan."Iya, karena ada satu syarat yang mereka berikan." Jawab Clara."Apa syaratnya?" Tanya Jessica penasaran."Aku harus punya portofolio sebagai model lingerie." Sambung Clara lesu.Jessica tertawa mendengar kecemasan sahabatnya itu."Oh! K
Ansel mengedipkan matanya tak percaya. Apakah gadis ini sudah gila? Mengapa ia memilih pekerjaan yang sangat beresiko seperti itu?"Kamu masih waras kan, Clara?" Tanya Ansel heran.Clara mengangguk."Lalu kenapa kamu mau bekerja seperti ini?" Ujar Ansel kesal."Karena aku butuh uang, Ansel! Bayaran pekerjaan ini sangat tinggi dan pekerjaannya mudah! Sesederhana itu!" Seru Clara sebal.Ansel masih memalingkan wajahnya. Selama ini ia selalu melihat Clara dalam balutan piyama atau pakaian rumah lainnya. Ini pertama kalinya Ansel melihat Clara berpakaian seperti ini dan sejujurnya jantung Ansel menjadi sedikit tidak karuan karenanya."Tenang, Ansel! Tenang! Kamu harus kendalikan dirimu! Kamu bukan buaya darat yang tidak bisa melihat wanita seksi, kan?" Batin Ansel berusaha mengingatkan dirinya.Clara menatap Ansel yang tampak seperti salah tingkah. Seolah tanpa rasa bersalah, Clara dalam balutan pakaian dalam seksi itu berjalan menghampiri Ansel."Kamu tidak apa-apa?" Tanya Clara bingung.
Clara membuka emailnya dengan tidak sabar. Sudah tiga hari berlalu sejak ia mengirimkan portofolionya dan apabila ia memang diterima, seharusnya ia akan mendapatkan balasan dari agensinya hari ini. Jantung Clara berdebar kencang tidak karuan. Ia merasa sangat deg-degan sembari menunggu laman yang ia tuju sedang dimuat."Ada email masuk!" Seru Clara heboh saat melihat email balasan dari agensi yang ia lamar.Dengan mantap Clara membuka email itu dan membaca isinya. Matanya menjelajah setiap kalimat berkali-kali. Seolah tidak percaya, ia kembali membaca surat elektronik itu dari kalimat pertama. Setelah benar-benar yakin, Clara berteriak histeris karena bahagia."Aku diterima! Yeay! Aku diterima kerja!" Seru Clara heboh.Kakinya berjingkat-jingkat bahagia. Clara benar-benar merasakan euforia karena pekerjaan yang ia nanti-nanti akhirnya berhasil ia dapatkan. Dengan semarak ia berloncat dan menari-nari di atas kasurnya. Lalu kepalanya teringat dengan teman serumahnya yang sudah membantun
Tanpa terasa, sebulan telah berlalu sejak Clara bekerja sebagai model lingerie. Ia sungguh mencintai pekerjaan barunya karena ia tidak perlu capek-capek mengelap meja hingga malam seperti dulu ketika bekerja di restoran. Bahkan Clara berpikir untuk berhenti bekerja dari restoran itu dan fokus pada kariernya di bidang ini. Namun Clara belum bisa memantapkan hatinya karena ia khawatir Tante Ana malah akan mengkhawatirkan atau bahkan mencurigai pekerjaan barunya.Dan Ansel, meskipun awalnya terasa canggung berpose menantang di depan teman serumahmu, namun lama kelamaan Clara mulai terbiasa melakukannya. Dan tampaknya Ansel juga tidak bertingkah aneh lagi seperti biasanya. "Ah! Betapa menyenangkannya pekerjaan baruku!" Seru Clara bahagia.Ponsel Clara berdenting singkat. Sebuah notifikasi masuk ke dalamnya. Clara baru saja mendapatkan paket dari agensinya dan itu berarti ia harus melakukan pemotretan lagi dalam waktu dekat. Clara berjingkat riang. Pemotretan baru itu artinya penghasilan
Ansel baru saja mendapat kabar baik bahwa salah satu kenalannya yang berprofesi sebagai model mau membantu mereka dalam pemotretan selanjutnya. Dengan semangat membara ia berlari menghampiri Clara yang sedang memasak di dapur mereka. Clara bahkan sampai terkejut karena aksi mendadak Ansel."Clara! Aku punya kabar baik untuk kita!" Seru Ansel bahagia.Clara terhenyak dan menatap Ansel dengan sebal. Apakah Ansel tidak menyadari bahwa Clara adalah manusia yang sangat mudah terkejut? Tidakkah ia sadar bahwa teman serumahnya ini, gadis bernama Clara ini, memiliki jantung yang lemah dan tidak tahan dengan segala spontanitasnya?"Astaga, Ansel! Tenangkan dirimu! Lama-lama aku bisa terkena serangan jantung gara-garamu!" Sembur Clara sewot.Ansel hanya meringis menunjukkan barisan giginya yang rapih dan putih. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Maafkan aku, Clara. Hanya saja aku terlalu senang karena kabar baik ini." Ucap Ansel bersemangat.Clara lalu menyuapkan masakannya langsun