“Si-siapa dia?” Bartender itu bertanya bingung.Tapi Siegran bisa mengetahuinya kalau dia sedang berhobong.“Lihat baik-baik sebelum menjawab. Pemuda ini pernah ke sini ‘kan?!” Siegran bicara disertai tekanan.Bartender itu membuang pandangan, berusaha menghindari kontak mata dengan Siegran.“Tuan, di bar ini tidak hanya satu atau dua orang yang datang. Aku tidak bisa mengingat semua pelanggan.” sahutnya menaikkan bahu.Dia kembali meracik minuman dan menyerahkannya ke meja Siegran. Namun, tiba-tiba asisten Siegran menancapkan pisau tepat di sebelah tangan bartender itu. Seketika, bartender itu tersentak dengan tangan gemetar. Satu inchi saja meleset, mungkin tangannya sudah ditembus belati tersebut.“Kau masih tidak mau bicara?!” decak Siegran pelan, tapi nadanya mengandung ancaman.Bartender itu memejam dengan alis menyatu. ‘Aish, sialan! Apa yang harus aku lakukan?!’Dia perlahan menarik tangannya, tapi Siegran segera menahan lengan dan menariknya lebih dekat. Siegran dengan cepat
‘Tu-tunggu!’ Wajah Adeline kian tercengang saat melihat waktu di rekaman CCTV itu.Maniknya menyipit dan lantas melanjutkan. “Jika jam dan tanggal di video benar, artinya ini baru kemarin malam. Dan itu … bertepatan dengan cerita Jenny yang bertemu Jenson!”“Jelas-jelas Jenson masih di Jermanio, lalu siapa pemuda ini? Kenapa dia sangat mirip dengan Jenson?!” Adeline tak bisa menerka.Dirinya melirik River yang hampir tak sadarkan diri. Dan itu membuatnya semakin bingung.‘Se-sebenarnya apa yang kau lakukan di belakangku, River?!’ batinnya dengan iris gemetar.Dia kembali menoleh pada monitor laptop suaminya dan ambruk di sofa. Dirinya termenung cukup lama sembari memandangi sosok Johan di monitor tersebut.Setelah beberapa saat, River mulai menyadari keberadaan istrinya. Pria itu tersenyum tipis dengan tatapan yang samar. “Istriku? Sejak kapan kau di sini?” tuturnya setengah sadar.Namun, Adeline tak berpaling padanya. Leher wanita itu menegang dan terpaku pada laptop tadi. Adeline
“A-apa yang Anda katakan, Master?!” tanya Ergy tercengang.Namun, Ludwig hanya bungkam menikmati kebingungan Ergy. Lelaki paruh baya itu mengepulkan asap cerutu sembari menaikkan sebelah alisnya.Ergy menelan saliva, lalu berkata dengan ragu. “A-apa artinya Master Ayah kandung saya?”Seketika, seringai miring tercipta di mulut Ludwig. Tawanya pun menggelegar mendengar pemikiran konyol itu.“Ya, harusnya aku menanam benih di perut ibumu. Tapi sialnya bajingan itu muncul dan menghancurkan segalanya!” tukas Ludwig dengan rahang tegang.Dan itu semakin membuat Ergy bingung.“Aku adalah Pamanmu. Ibumu mengkhianati keluarga Daniester dan tergila-gila pada seorang bajingan!” Ludwig melanjutkan dengan tatapan sengit.“A-apa maksud Master?!” sahut Ergy menuntut penjelasan.“Ayahmu-River Reiner, pria brengsek dari keluarga Herakles sudah menghancurkan keluarga Daniester. Dia membuat semua keluarga Danister di penjara demi mendapatkan ibumu. Kakek, Nenek dan aku-Pamanmu, terpaksa mendekam di pen
***Di sekitar jalan La Daga, Ergy tengah memacu motor sportnya dengan kencang. Tatapannya tampak tajam seolah mengejar hewan buruan.‘Herakles? Kenapa Herakles tidak menginginkanku? Ayah, kenapa Ayah membuangku? Apa aku begitu hina sampai tidak pantas menjadi bagian dari keluarga?!’ batinnya amat perih.Maniknya gemetar saat mengingat kembali cerita Ludwig yang bilang kalau dirinya penyakitan.‘Ayah, jika aku tidak pantas menjadi putramu, maka jangan salahkan aku kalau kita menjadi musuh!’Tangannya memutar gas hingga motor itu melesat lebih cepat.Namun, tanpa diduga rupanya ada beberapa pengendara motor sport yang mengejarnya. Ergy bisa melihat dari spion kalau mereka anggota geng The Dragon yang sering mencari masalah dengannya.“Woah! Lihat, siapa ini?” pekik salah satu dari mereka.“Yeah, tidak disangka kita bertemu si bajingan Ergy di sini,” sahut rekannya. “Hei, brengsek. Kenapa kau kemari? La Daga daerah kekuasaan kami. Bajingan sepertimu akan mati jika berani datang ke sini!
Tanpa ragu, anggota The Dragon itu langsung memacu motornya mengejar taksi Jenson. Mereka melesat cepat seperti citah yang kelaparan.‘Kau akan tamat malam ini, Ergy!’ batin anggota The Dragon yang beralis tebal.Meski wajahnya masih lebam, tapi dia bertekad membalas dendam setelah Ergy menghajarnya sampai babak belur.“Astaga, apa para berandal itu mengikuti kita?” gumam Sopir taksi menyadari situasi.Namun, Jenson yang fokus pada ponselnya tidak mendengar ucapan sopir itu. Walau telinganya sudah membaik, tapi dirinya tetap tidak bisa mendengar jika seseorang bicara terlalu pelan.Hingga akhirnya Jenson tersentak saat seorang antek The Dragon hampir menyerempet taksinya.Pemuda itu mengernyit sembari membatin, “ada apa dengannya?”“Mohon maaf, Tuan. Daerah ini memang banyak preman. Harusnya saya mengambil jalan lain,” tukas Sopir taksi menyesal.Belum sempat Jenson membalas, tiba-tiba saja salah satu anggota The Dragon menghadang taksi dari depan. Mereka bahkan mengepung taksi itu de
“Bukankah Dieter dan yang lainnya bersiaga di bandara?!” River bertanya dengan alis menyatu.“Be-benar, Tuan. Harusnya mereka bertemu Tuan Muda Jenson, tapi sejak pesawat landing, katanya mereka tidak melihat Tuan Jenson,” sahut Siegran yang seketika membangkitkan kecemasan River.Pria itu memijit kening, lalu memerintah, “hubungi Dieter sekarang!”“Baik, Tuan!” Siegran langsung menelepon rekannya tersebut.Sementara River yang beralih menatap keluar langsung terkejut karena tidak mendapati Johan di sana.“Di mana Johan? Bukankah tadi dia masih di sini?!” tukasnya dengan ekspresi tegang.River bergegas turun dari mobil. Tapi sialnya Johan sudah pergi karena motor sportnya juga tidak ada di sana.‘Aish, aku kehilangan Johan lagi?’ batin River kalut sembari mengusap dagunya resah.“Tuan, saya sudah menghubungi Dieter. Dia dan yang lainnya akan menyisir jalan dari bandara menuju mansion Devante untuk mencari Tuan Muda Jenson,” tukas Siegran saat menghampiri River.“Johan sudah pergi!” Ri
“Aish, brengsek!” Ergy mendesis saat peluru melewati pipinya dan meledakkan vas bunga di nakas belakangnya.Dia memicing tajam pada Siegran yang baru saja menembak ke arahnya. Ya, asisten River itu muncul tepat sebelum Ergy melesatkan pelurunya pada River.“Turunkan senjatamu, Johan. Kita bicara baik-baik,” tukas River berusaha membujuk.Alih-alih menurut, Ergy malah menyeringai sinis.“Siapa kau memerintahku, hah?! Enyahlah, aku bukan orang yang kalian cari!” decaknya pelan, tapi sorot matanya sangat berang.River bisa merasakan kemarahan putranya, tapi dia tak ingin menyerah. Pria itu melangkah lebih dekat, tapi Ergy seketika mengacungkan pistolnya dan membuat Siegran bersiaga.Namun, River langsung menahan Siegran, memberinya kode untuk menurunkan senjatanya. Siegran pun mengangguk, lalu berjalan mundur. Meski sudah menjauh, tapi dia tetap waspada jika Ergy bertindak nekat.“Aku bilang enyah!” dengus Ergy dengan alis menyatu.“Orang-orang memanggilmu Ergy? Siapa yang memberi nama i
‘Matilah, brengsek!’ Ergy membatin sengit, seiring tangannya yang menembakkan peluru pada anggota The Dragon beralis tebal di sana.Deru tembakan sontak membuat orang-orang terkejut, dan lelaki yang tertembak pun ambruk.“Argh, sialan!” Dia mengerang saat anak timah itu bersarang di betisnya.Kakinya serasa terbakar, bahkan kulitnya seolah dirobek-robek begitu gelenyar darah merembes dari titik tembakan.Namun, ketika dia berpaling pada Ergy, matanya langsung terbelalak. Dirinya berkedip beberapa kali, tapi orang yang dilihatnya tidak berubah.“Ergy?!” tukasnya terkejut.Lelaki itu segera menoleh pada Jenson yang terkapar di depannya dan kembali melihat Ergy yang masih mengacungkan pistol padanya. Dia menyeringai, lalu tertawa konyol. “Hei, kenapa si bajingan Ergy ada di sana?!” ujarnya bingung.Bahkan semua anggota The Dragon juga heran saat melihat Ergy ada dua. “Aish, sialan! Siapa dia sebenarnya?!” tutur anggota lainnya.Dia menoleh pada Jenson dan menginjak dadanya. “Apa mereka