Share

BAB 2

"Nadine," ucap Sarah sambil memandang ke segala arah.

"Wah, selamat ya. Akhirnya kau menemukan panggilan hidupmu." Seorang wanita yang wajahnya sangat mirip dengan Nadine namun usianya jauh di atas Sarah menyindir sambil tertawa. Dia adalah Angel, ibu Nadine yang juga ibu tiri Sarah.

"Apa kalian membutuhkan sesuatu? Kalau tidak aku akan kembali tampil," ucap Sarah sambil menutup pintu ruangan VIP. Dia bisa mendengar gelak tawa dari dalam tepat setelah pintu tertutup.

"Ka, tunggu." Sarah menghentikan langkahnya tapi tidak berbalik.

"Ka, aku mohon tolong maafkan aku dan Mama," mohon Nadine dengan suara lembut.

"Sudahlah, aku tidak ingin membahas masalah yang sudah lalu."

"Aku tidak membicarakan masa lalu kak. Aku meminta maaf karena mungkin akan melangkahimu dan menikah duluan," ucap Nadine lembut namun menusuk. Sarah sadar dia tidak bermaksud meminta maaf, tapi memamerkan kemampuannya mendapatkan laki-laki.

Sarah segera berjalan dengan cepat menuju ke tempatnya dan kembali memainkan musik dan bernyanyi.

Sarah sangat membenci Angel. Wanita itu penuh dengan intrik jahat. Setelah tiga tahun tidak bertemu, dia tidak menyangka akan melihat wajahnya lagi. 

Sepuluh tahun yang lalu Sarah didepak dari rumah masa kecilnya sesaat setelah pemakaman ayahnya. Ibu tirinya tidak menginginkannya lagi.

"Aku akan mengirimkan warisan yang menjadi bagianmu, tapi jangan lagi muncul di hadapan kami," tegas Angel saat itu. Sarah yang masih berduka karena kehilangan satu-satunya pria yang mencintainya dengan sungguh, langsung menolaknya dengan marah.

"Silakan kalian ambil semua harta ayahku, tapi tolong jangan biarkan aku meninggalkan rumah ini. Aku hanya menginginkan rumah ini," pinta Sarah yang berusia 20 tahun saat itu. Tapi Angel mengacuhkannya dan tetap mengusirnya keluar dari rumah peninggalan orang tua Sarah.

Setahun kemudian Angel berniat menjual rumah itu. Tapi karena Sarah menolak, Angel tidak dapat menjualnya. Bertahun-tahun Angel memaksa bahkan mengancam Sarah agar memberikan persetujuannya untuk menjual rumah itu. Namun Sarah tetap menolak.

Hingga akhirnya tiga tahun yang lalu, Angel menipu Sarah dan berhasil mendapatkan tanda tangannya. Rumah itu mulai dipasarkan, tapi syukurnya hingga hari ini rumah itu belum juga laku terjual. 

Sarah ingat, hari ini adalah hari ulang tahun Nadine, adik tirinya. Mereka memang tidak pernah benar-benar dekat dan kematian ayah Sarah sepuluh tahun yang lalu telah membuat mereka semakin terpisah. Meski begitu, setiap tahun Sarah masih mengirimkan hadiah dan ucapan selamat ulang tahun kepada Nadine, hingga peristiwa penipuan tiga tahun yang lalu.

Angel menjebak Sarah di perayaan ulang tahun Nadine. Angel menggunakan Nadine untuk membuat Sarah memberikan tanda tangannya, dan sampai hari ini Sarah masih menyesali kebodohannya. Kebodohan yang membuat rumah orangtuanya kapan saja bisa berpindah ke tangan orang asing.

Saat ini, rumah itu adalah alasan Sarah bekerja seperti robot. Dia akan melakukan apapun juga untuk mengumpulkan uang demi mendapatkan kembali rumah masa kecilnya. Dia berencana membeli rumah itu dari tangan Angel.

Sarah tidak punya apapun lagi selain kenangan dan rumah itu. Hanya rumah itu saksi kebahagiaan yang pernah Sarah miliki bersama ayah dan ibunya.

"Bila kau menikah dan memiliki anak kelak, besarkan mereka di rumah ini. Supaya kau bisa menceritakan bagaimana dulu kau menangis karena terjatuh dari pohon besar itu. Atau bagaimana paniknya ibumu ketika melihat asap di halaman belakang, hasil dari eksperimenmu dengan kaca pembesar dan matahari. Lalu ceritakan juga bagaimana kita menghabiskan waktu untuk bermain catur dan bercanda tawa seperti ini," ucap ayahnya saat itu. 

Sarah berjanji dalam hatinya, bahwa dia akan mewujudkan semua permintaan ayahnya. Meskipun saat ini dia tidak yakin akan bisa menikah dan memiliki anak tapi dia ingin menghabiskan sisa umurnya di rumah itu. Rumah yang bukan hanya melindungi tubuhnya tapi juga melindungi hatinya.

***

"Bagaimana kehidupan percintaanmu? Apakah menggairahkan dan melelahkan?" tanya Rachel sambil tertawa.

"Melelahkan, hanya itu. Mengapa dulu kau tidak menikahiku?"  

"Menurutmu kita bisa menikah? Apa kau sanggup menyentuhku?" tanya Rachel balik. Wajah Theo berubah menjadi jelek, seakan-akan dia mencium sampah. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.

"Kita tidak punya koneksi itu," jawab Rachel sambil memukul lengan Theo yang masih tertawa.

"Apa kau sudah mulai bosan dengan para gadis muda yang terus menawarkan dirinya kepadamu? Mau kukenalkan kepada seseorang?" goda Rachel sambil memainkan matanya. 

"Berhentilah membicarakan para wanita dan mengejekku. Sekarang lebih baik kenalkan aku dengan guru musik terbaikmu," jawab Theo berpura-pura kesal.

"Hidup ini singkat dan kau sudah terlalu lama terjebak dalam masa lalu, majulah ke depan dan lupakan yang di belakangmu." Theo menghembuskan napas dengan keras.

"Rachel, hidupmu sendiri tidak jelas. Jadi kau tidak punya hak untuk mengajariku tentang hidup," gerutu Theo sambil memandang sekelilingnya.

"Paling tidak salah satu dari kita bertiga harus memiliki kehidupan yang baik dan keluarga yang harmonis. Aku dan Joel sudah kacau, tapi kau masih memiliki harapan untuk hidup lebih baik," jawab Rachel pelan. 

"Jangan khawatir, hidupku baik-baik saja. Dan kau masih punya banyak kesempatan untuk memperbaiki hidupmu dengan orang lain. Begitu juga dengan Joel," ucap Theo sambil merangkul Rachel dengan lembut. Dia tahu Rachel hanya sedang mengkhawatirkannya.

Theo pernah menikahi sepupu sekaligus sahabat Rachel bernama Grace. Sedangkan Rachel menikahi Joel, sahabat Theo.

Dulu mereka berempat selalu pergi bersama, saling mendukung dan bersahabat hingga terasa seperti saudara. Namun nasib berkata lain, Grace meninggal dunia setelah melahirkan anak perempuan mereka delapan tahun yang lalu. Rachel dan Joel suaminya selalu menemaninya hingga dia cukup kuat untuk menerima kenyataan. 

Namun, hubungan mereka renggang ketika Rachel dan Joel memutuskan untuk bercerai tiga tahun yang lalu. Theo menjauhi mereka berdua karena tidak ingin berada di tengah-tengah pertikaian mereka, dia bahkan membawa putrinya pergi ke luar negeri untuk mencari suasana yang baru.

Dua bulan yang lalu Theo kembali dari luar negeri dan langsung menghubungi Rachel serta Joel. Sesekali mereka bertemu sambil menikmati secangkir kopi. Hingga beberapa hari yang lalu Theo meminta Rachel untuk merekomendasikan seorang guru musik untuk anaknya.

"Baiklah, sekarang mari kita bahas masalah pekerjaan kita," ucap Rachel berusaha menahan tangisnya, karena haru.

"Apa kriteria yang kau butuhkan?" tanya Rachel sambil tersenyum agar kesedihan di hatinya hilang.

"Aku butuh seseorang yang memiliki kemampuan musik yang mumpuni. Bukan sekedar guru tapi juga seorang pemain. Dia harus sabar tapi juga tegas. Dan yang utama, dia seorang wanita serta bukan orang yang suka bergosip dan pandai menjaga rahasia," jelas Theo yang direspon dengan dengusan oleh Rachel.

"Kau mencari guru musik atau mata-mata?" canda Rachel sambil tertawa.

-Buk- Tiba-tiba terdengar suara buku yang dibanting dengan keras.

Theo dan Rachel segera berlari ke arah suara keras yang mengejutkan mereka.

"Sarah kau tidak apa-apa?" tanya Rachel khawatir setelah melihat Sarah duduk sambil menggosok-gosok tulang keringnya sambil meringis.

Theo segera membereskan buku-buku Sarah yang berserakan.

"Sudah berapa kali aku bilang, kau seharusnya menutup lobang ini! Ini sangat berbahaya. Untung aku yang jatuh, bagaimana kalau anak-anak yang jatuh?" gerutu Sarah sambil berdiri perlahan dibantu oleh Rachel.

"Baik, besok akan aku bereskan." Rachel menjawab dengan tenang. Kalau ada orang yang melihat, mereka pasti berpikir Sarah adalah pemilik Cantilena dan Rachel pegawainya.

"Ini buku-buku anda," ucap Theo sambil menyerahkan buku-buku Sarah.

"Teri-" Suara Sarah menghilang begitu dia mengangkat kepalanya dan memandang Theo. Dia terkesima.

Tubuh Theo yang tinggi dan atletis menjadi rumah yang pas bagi wajah Theo yang menawan. Mata coklatnya, bibir tipis dan rambut tebal coklatnya menambah pesona kulit bersihnya. Sarah belum pernah merasakan percikan seperti ini.

"Eh, terima kasih," ucap Sarah gugup setelah Rachel menyenggol lengannya.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Megarita
seruuu nihh
goodnovel comment avatar
Cindi82
jodohmu sudah datang
goodnovel comment avatar
Weka
aseeek, seru nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status