Share

Bab 6

Tiara menatap sahabatnya dengan tatapan sendu. Lalu beralih pada buah hatinya yang mengerjap-ngerjap lucu. Ia peluk Ara erat-erat dalam dekapannya, berharap semua rasa sakit yang ia rasa sekarang terobati.

"Tiara, aku bukannya mau bela siapa-siapa. Aku juga nggak ada niat mengusirmu dari sini. Aku senang bisa membantumu. Tapi ... aku juga nggak mau melihatmu seperti ini. Aku yakin kamu paham seorang wanita bersuami tidak boleh keluar rumah tanpa izin. Apa tidak sebaik-"

"Aku tahu!" sahut Tiara cepat. Aku ... akan pulang," putus Tiara akhirnya.

Setelah memikirkan masalah yang membeli rumah tangganya selama beberapa hari ini akhirnya Tiara memutuskan untuk pulang sementara demi anaknya. Dia masih butuh klarifikasi dari suamiya. Meski dalam hati merasa kecewa tapi Tiara tidak mau hawa nafsunya menang.

Tiara bukanlah wanita yang tidak paham hukum syariat sama sekali. Bahkan orang tuanya senantiasa menasehatinya agar tidak mempertirutkan hawa nafsu.

Dina tersenyum mendengar jawaban sahabatnya. Lalu mengambil alih Ara dari pangkuan Tiara dan menggodanya hingga membuat bayi berumur satu tahunan itu tergelak.

"Bicarakan masalahmu dengan kepala dingin, Ra. Aku tahu hatimu hancur saat ini. Tapi kamu juga harus mendengar alasan suamimu menikah lagi. Jika setelahnya kamu merasa tetap tidak bisa bertahan, percayalah, aku ada di sampingmu."

Dina adalah satu-satunya teman Tiara yang bisa mengerti dan selalu ada dalam kondisi apapun.

Tiara menarik nafas dalam-dalam mengisi paru-parunya hingga penuh berharap rasa sesak yang menghimpit dadanya segera hilang. Jujur saja wanita itu sangat penasaran dengan wanita yang mengaku sebagai istri suamiya itu. Namun ketika mengingat sang suami ternyata bukan miliknya seorang membuat hati Tiara serasa terbakar.

"Bagaimana mungkin Mas Damar yang begitu penyayang dan lembut ternyata membohongiku selama ini, Din. Bayangkan betapa hancurnya hatiku ketika tahu ada wanita lain yang juga berstatus istri Mas Damar," ucap Tiara sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Meski sudah mengatakan akan pulang, tapi Tiara masih enggan untuk berdiri. Dia masih belum sanggup untuk bertemu dengan lelaki yang sempat ia kagumi dan ia puja.

"Ra," panggil Dina lagi.

"Iya, iya, aku akan pulang. Kenapa sih kamu sepertinya membela Mas Damar? Apa jangan-jangan selama ini kamu juga sudah tahu tapi menutupinya dariku?" tuduh Tiara membuat Dina membelalakkan matanya.

"Kamu sahabatku, Ra. Mana mungkin aku bisa menutupi rahasia darimu." Dina menatap sendu sahabatnya.

"Maaf," lirih Tiara.

***

"Gimana, Mas sudah ada kabar dari Tiara?" tanya Lela lemah.

Wanita itu masih berbaring di ranjang ruang sakit meskipun sudah tidak di ruang ICU lagi. Wajahnya juga tak sepycat sebelumnya lantaran sudah ada makanan yang bisa masuk ke perut. Pasca kemoterapi, ia mengalami gejala mual muntah hingga tak bisa makan.

Damar menyugar rambutnya ke belakang. Menatap Lela dengan lembut sembari menggeleng. Terlihat sekali gurat lelah di wajah pria tampan itu. Tidak, tidak ada penyesalan dalam dirinya karena memiliki dua istri. Karena baginya Lela dan Tiara memiliki tempat masing-masing di hatinya. Rasa cintanya pada dua wanita itu juga memiliki porsi yang sama.

Tamak? Serakah? Mungkin sebagian orang akan menilainya begitu. Namun bagi Damar kehidupan rumah tangganya ini merupakan bagian dari takdir yang telah Allah tetapkan padanya.

Dia mencintai Lela karena dialah wanita pertama yang membersamainya menapaki terjalnya kehidupan saat dirinya masih belum punya apa-apa dan belum menjadi siapa-siapa. Lelaki itu juga mencintai Tiara karena berkat dia, keluarganya mendapatkan anak yang lucu. Menutupi kekurangan Lela yang tidak bisa memberikan momongan untuknya. Meski awalnya dia tak setuju menikah lagi di saat tahu kalau Lela sedang berjuang menghadapi kanker yang mulia menggerogoti, lama-kelamaan dia menyukai kehidupan barunya bersama Tiara.

Bahkan Lela tak pernah menuntut dirinya untuk selalu berada di sampingnya. Wanita yang sudah menjadi istrinya sejak 5 tahun lalu itu dengan ikhlas menerima madu yang dipilihkan mertuanya padanya.

Sakit hati, kecewa, sudah pasti ia rasakan. Namun dia juga harus realistis dengan keadaan. Dirinya tidak bisa menjadi istri yang sempurna untuk suami tercinta. Merelakan dimadu, adalah jalan yang ia pilih setelah meminta petunjuk kepada-Nya. Ya, Lela senantiasa melibatkan Allah dalam segala hal. Sehingga dia selalu merasa tenang meski badai rumah tangganya sering terguncang oleh ketidaksukaan mertuanya.

"Maafkan aku, Mas. Ini semua gara-gara aku. Kalau saja aku tak memintamu untuk menjagaku di sini, Tiara tidak akan pernah curiga dan memilih untuk pergi," lirih Lela.

Damar menggeleng tak suka mendengar ucapan istrinya.

"Tidak, Sayang. Ini bukan salahmu. Sudah menjadi kewajjbanku untuk berada di sampingmu saat begini. Kalau ada orang yang harus disalahkan di sini adalah aku. Aku yang tidak bisa menjadi pemimpin untuk kalian berdua," bantah Damar.

Lelaki itu sebenarnya sangat baik. Tidak pernah berkata kasar dan main tangan. Dia selalu memperlakukan dua istri ya dengan sangat lembut. Semua kebutuhan keduanya tercukupi tanpa kecuali.

"Bagaimana kalau Tiara tidak mau pulang, Mas?" Lela menunduk sedih.

Dari cerita suamiya, Tiara adalah perempuan yang baik dan penurut. Dia bahkan rela meninggalkan puncak karirnya demi keluarga. Lela tidak pernah merasa diduakan meski nyatanya diduakan. Karena ia percaya bahwa suaminya hanya titipan. Allah yang berhak menentukan untuk siapa suaminya. Dia juga tidak egois dengan menahan suaminya untuk dirinya saja meski dalam keadaan sakit. Bahkan dia rela suaminya lebih banyak menghabiskan waktu dengan Tiara karena dirinya tak mampu melayani suaminya lagi.

"Entahlah. Itu biar aku yang memikirkannya. Tugasmu hanya berusaha untuk tetap sehat, ok?" Damar meraih tangan sang istri lalu menciumnya.

Ada getaran-getaran aneh yang menguasai hatinya. Damar masih bisa merasakan adanya cinta dalam hatinya. Ya, meskipun dia sudah menikah lagi, tapi cintanya pada Lela tak pernah pudar.

"Tapi, Mas. Bolehkah aku minta sesuatu?"

Damar mendongak, menatap netra sang istri yang tampak berkaca-kaca.

"Kalau seandainya Tiara memintamu untuk memilih antara aku atau dia tolong pilihlah dia, Mas," lirih Lela tanpa beban. Namun hal itu seperti ribuan belati yang sengaja menusuk jantung Damar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status