Semenjak kepergian Hartono, Karta menjadi semakin sering melakukan hubungan suami istri dengan Gendis untuk mendapatkan anak lagi darinya.Akhirnya setelah dua bulan berlalu, Gendis kembali hamil dan itu membuat Karta sangat senang.Hari ini Karta dan Gendis sedang periksa ke rumah sakit demi memastikan keadaan Gendis."Apa, Dok? Istri saya hamil lagi?" tanya Karta.Raut wajah terlihat sngat berbunga-bunga. Senyumnya yang sadari tadi menghiasi bibirnya pun belum usai."Benar, Pak. Kehamilan istri bapak sudah menginjak 3 minggu," ucap sang dokter."Akhirnya kamu hamil lagi, Ndis. Aku senang sekali karena kamu hamil lagi," ucap Karta sembari menatap bahagia ke arah Gendis.Sementara Gendis masih terdiam. Dalam hatinya masih merasakan trauma yang begitu besar setelah kehilangan anak keduanya.Setelah memeriksakan kandungan Gendis di rumah sakit, Karta dan Gendis pun akhi pulang lagi ke rumah.Sesampainya di rumah, Anjarwati tampak menyambut kedatangan keduanya."Bagaimana hasilnya?" tany
Keesokan paginya, Karta benar-benar menepati ucapannya. Ia mengajak Gendis untuk ke rumah sakit.Keduanya pun berangkat setelah selesai sarapan pagi. Seperti biasa, Gendis menitipkan Yasmine pada Indah.***Sesampainya di rumah sakit Gendis pun langsung di periksa oleh dokter yang biasa menanganinya.Karta yang masih setia menemani Gendis, berdiri di ranjang tempat Gendis berbaring sembari mendengarkan ucapan sang dokter yang menjelaskan bayinya."Dok, langsung saja lihat jenis kelaminnya," ucap Karta.Akhirnya sang dokter pun memeriksa jenis kelamin anak Gendis saat itu.Seketika wajah Gendis pun menjadi pucat pasi. Rasanya ia masih trauma dengan respon dan perbedaan sikap Karta saat mengetahui jenis kelamin anak yang ia kandung."Kalau dilihat di sini, sepertinya bayi ibu Gendis berjenis kelamin perempuan, Pak," ucap sang dokter.Karta pun segera menautkan kedua alisnya. Bibirnya mengatup dengan cukup erat dan tatapannya masih tajam menatap alat USG sembari sesekali melirik kepada G
Rehan akhirnya membawa Gendis untuk bertemu dengan Indri karena semenjak Hartono meninggal, Gendis tak pernah bertemu dengan Indri lagi.Sesampainya di depan rumah Hartono, suasananya sangat sepi dan juga sunyi membuat Gendis dan Rehan bertanya-tanya."Loh kok sepi banget, ya. Kayak nggak ada orang, semua jendela dan pintu tertutup semua," ucap Gendis penuh tanya.Setelah mengetuk pintu beberapa kali sembari memanggil Indri, tak ada jawaban sama sekali. Gendis tak bisa masuk karena pintu yang dikunci.Gendis menjadi khawatir dan sedikit panik. Akhirnya Gendis mencoba menelepon Indri tapi tak diangkat olehnya."Kamu kemana sih sebenernya, Ndri," ucap Gendis dengan nada sedikit panik.Rehan yang melihat Gendis panik pun mencoba menenangkannya."Emmm mungkin Indri sedang pergi, Mbak." Gendis pun menoleh ke arah Rehan. "Tapi pergi kemana, Mas? Kita nggak punya saudara lagi. Nggak mungkin juga ke sekolah, dia kan sudah selesai ujian," ucap Gendis lagi."Emmm ya mungkin dia lagi pergi ke m
Dengan tatapan penuh amarah, Karta berjalan menghampiri Gendis dan Rehan."Mau apa kamu ke sini?" tanya Karta pada Rehan dengan nada ketus.Anjarwati yang mengikuti langkah kaki Karta dan berada di belakangnya pun ikut menatap sinis keduanya."Begini, Pak. Saya sengaja datang ke sini agar tak terjadi kesalahpahaman lagi. Jadi, tadi aku tidak sengaja melihat mbak Gendis jalan sendirian dan setelah aku tanya ternyata dia mau pulang kadi aku antar ke sini," ucap Rehan."Kamu nggak perlu repot-repot mengantar Gendis. Dia kan punya kaki jadi bisa jalan sendiri." Dengan kuat Karta menarik Gendis agar mendekat ke sisinya."Emmm iya saya tahu, Pak. Tapi cuaca di luar itu sangat panas jadi aku tidak tega apalagi mbak Gendis sedang hamil " jelas Rehan lagi."Sekarang kamu bisa lihat kan kalau Gendis sudah sampai di rumah jadi kamu bisa pergi dari sini sekarang," cetus Karta.Seketika Gendis pun tak membiarkan begitu saja Karta memperlakukan Rehan dengan sangat sinis."Setidaknya kita harus meng
Keesokannya saat semua orang sedang sarapan, Indah memanggil Gendis untuk ikut makan bersama mereka. Tapi karya malah marah pada Indah."Siapa yang mengizinkanmu membawa Gendis ke meja makan ini!" Karta menatap tajam Indah.Seketika langkah kaki Indah pun terhenti saat mendengar nada tinggi Karta. Begitu juga dengan Gendis yang saat itu digandeng oleh Indah. Gendis ikut berhenti dan berdiri di belakang Indah."Mas, aku mohon jangan keterlaluan pada Gendis. Dia adalah istrimu apalagi dia sekarang sedang hamil. Kenapa kamu bisa setega itu padanya." Dengan berani Indah menjawab Karta.Karta yang saat itu sedang duduk di kursinya pun seketika bangkit dari duduknya dan menghampiri Indah dan Gendis."Kamu pikir kamu siapa, hah! Beraninya berbicara seperti itu padaku?" tanya Karta sembari mencengkram dagu Indah.Sontak saja Gendis pun tak terima saat melihat Indah diperlakukan dengan kasar oleh Karta.Spontan saja Gendis mendorong tubuh Karta dan menyelamatkan Indah yang merintih kesakitan.
Setelah kepergian Indah, Gendis hanya bisa menangis terlebih saat ia mendengar ucapan Karta yang membuat hatinya bertambah sakit.Gendis merasa jika Karta adalah suami yang sangat tidak bersyukur karena memiliki istri sebaik Indah."Dengar, ya. Apapun yang aku lakukan di rumah ini adalah hakku. Kamu sebagai istri hanya tinggal mengikuti apa yang aku katakan. Kecuali kalau kamu ingin nasibmu seperti Indah," ucap Karta.Seketika Gendis terdiam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ingin rasanya ia pergi meninggalkan Karta tapi Gendis ingat akan kedua anaknya yang butuh kasih sayang dari ayahnya."Sudah sekarang lebih baik kamu bersiap-siap untuk cari kerja! Ingat, aku tidak mau tahu pokoknya kamu harus bekerja dan hasilkan uang untukku," ucapan Karta.Ayu yang mendengar ucapan Karta pun merasa bahagia bukan main. Ia tak menyangka jika Karta akan bersikap begitu tega pada Gendis yang tengah hamil."Wah ini kayaknya bagus, nih. Kalau Gendis disuruh kerja terus-terusan waktu hamil gini pasti dia
Akhirnya Gendis mendapatkan pekerjaan baru berkat Rehan yang saat itu tak sengaja ditemuinya.Gendis pun berniat untuk pulang setelah bertemu dengan pemilik kantin di dekat klinik Bibi Rehan.Rehan pun segera menawarkan diri untuk mengantar Gendis pulang namun dengan cepat Gendis menolak tawaran Rehan saat itu.Bukan tanpa alasan Gendis menolak tawaran Rehan. Saat itu Gendis ingin pergi menemui Indah karena itulah Gendis pun menolak tawaran dari Rehan.Namun, siapa sangka ternyata Rehan mengikuti kepergian Gendis saat itu.Akhirnya Rehan tahu bahwa Gendis tak langsung pulang melainkan bertemu dengan Indah.Setelah menunggu hampir 2 jam di dalam mobilnya, akhirnya Rehan melihat Gendis mulai berjalan pergi dari rumah tempat Indah berada saat itu.Dengan cepat Rehan pun segera menjalankan mobilnya untuk mengikuti Gendis.Dari kejauhan Rehan melihat Gendis yang tampak kelelahan. Ia berhenti di pinggir jalan tepat di bawah sebuah pohon sembari mengipas-ngipasi wajahnya dengan telapak tanga
Akhirnya Gendis pun sampai di rumah dan langsung masuk untuk mencari Yasmine.Benar saja dugaan Gendis sejak tadi. Begitu ia masuk ke dalam rumah, terdengar suara tangisan Yasmine yang cukup keras."Yasmine," teriak Gendis berlari menuju ke kamar Ayu.Rupanya Yasmine diletakkan di box bekas Raya yang ada di kamar Ayu.Di sana terdapat Raya yang tengah kebingungan menenangkan Yasmine.Dengan cepat Gendis langsung menggendong Yasmine yang sedang menangis cukup kencang."Untuk ibu Gendis segera datang. Yasmine daritadi menangis, aku sudah coba menenangkan tapi tidak bisa," ucap Raya dengan wajah polos.Gendis yang mendengar ucaoan Raya pun tak menyalahkannya sama sekali."Iya Sayang, tidak apa-apa." Gendis mengusap lebih wajah Raya yang masih terlihat panik."Oh iya, apa Mama sudah lama perginya?" tanya Gendis memancing Raya untuk menjawab keingintahuannya saat itu.Sementara Rehan yang menepati ucapannya untuk mengantarkan Gendis sampai di sebrang jalan, pun menepatinya. Kini ia telah p