Selama perjalanan pulang, perasaan Wendy begitu berbunga-bunga, ia tak berhenti tersenyum sembari menggenggam erat kantung kresek yang berisi teh jati pemberian Reynold tadi.Tak hanya itu, perasaannya semakin bergejolak ketika pikirannya membawanya kembali pada saat kebersamaan mereka di danau. Bagaimana pemuda itu menciumnya, dan bagaimana ia membalas ciuman itu. Sungguh, tak terbayangkan betapa bahagianya gadis polos itu."Itu kedua kalinya dia menciumku!" pikirnya. Saking girangnya, ia sampai melupakan perasaan kesalnya mengenai mudahnya pemuda itu memberikan ciumannya pada siapa pun untuk mendapatkan apa pun yang diinginkannya."Perasaan yang aneh," pikir gadis itu."Oh!" Ia kemudian teringat mengenai ucapan Reynold bahwa permainan suit tadi menjadikan mereka imbang. Hal itu membuatnya teringat mengenai persaingan mereka di pusat permainan game arcade di mall waktu itu."Ah! Iya, Aku ingat sekarang, jadi itu maksudnya! Kemarin Skorku lebih unggul darinya dan dengan kemenangannya
"Miranda, ada yang ingin kutanyakan padamu," ucap Wendy, akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.Wanita angkuh itu mengangkat alisnya karena sesungguhnya merasa penasaran dengan hal yang akan ditanyakan Wendy mengingat itu adalah sesuatu yang sangat jarang sekali terjadi."Gadis itu terlihat serius, apa yang akan dia tanyakan ya?" pikir Miranda dengan tatapan datarnya tak beralih dari sosok gadis dingin itu.Wendy menatapnya lekat-lekat seakan ia sedang menelisik sesuatu dari wanita yang duduk di hadapannya itu."Kau mencintai Chris bukan?" Wendy langsung bertanya pada intinya.Miranda tersenyum lebar, lalu menjawab dengan begitu yakin, "Iya! Tak ada yang bisa mengalahkan rasa cintaku pada pria itu!""Lalu kenapa? Itu bukan berarti Kau sebenarnya-""Aku hanya ingin tahu, apa itu cinta? Kau sedang jatuh cinta, Aku yakin Kau bisa menjelaskan perasaan seperti apakah itu?" Wendy langsung menyela perkataan Miranda yang tengah menjelaskan mengenai hal yang menjadi tanda tanya baginya bel
Pria itu tersenyum lebar mendengar seorang pria terkenal yang mengancam keberadaan Coltello itu. "Duduklah, Rudolf!" serunya sembari menunjuk sebuah sofa tunggal di hadapannya.Pria bertampang menyeramkan itu melakukan apa yang diperintahkan atasannya itu."Well, apa yang mereka dapatkan?" tanya Chris dengan antusias."Informasi ini berkaitan dengan apa yang Kau usahakan terhadap Nyonya Hilde." Rudolf mengatakan pembuka dari informasi penting yang hendak ia laporkan itu.Senyum pria itu memudar, pikirannya langsung teringat ketika malam terakhir ketika ia menghabiskan malam bersama tante girang itu. Lebih tepatnya adalah mengenai percakapan terakhirnya yang sangat penting, yaitu mengenai tempat di mana benda penting yang Hilde bicarakan itu berada."Lanjutkan!" serunya."Informan Kita melaporkan bahwa Michael tampak sedang mencari sesuatu, mereka melihat pria brengsek itu menyambangi beberapa properti nyonya Hilde. Entah apa yang ia cari, tapi sepertinya dia tidak menemukan apa yang
POV Wendy.Beberapa hari kemudian. Sesuai dengan rencana, hari ini adalah hari di mana aku harus mengeksekusi nyonya Hilde. Chris sudah mengingatkanku beberapa detailnya serta menunjukkan keberadaan wanita itu saat ini. Sebuah mansion mewah yang berada di pinggir kota, di sanalah ia berada.Semua berjalan lancar hingga saat ini, aku sedang berada di salah satu properti si tante girang itu dan tengah bersembunyi di saluran ventilasi setelah sebelumnya berhasil menerobos penjagaan di pintu belakang properti yang begitu ketat. Sangat ketat karena bukan hanya keamanan wanita itu saja yang berjaga, aku sempat menguping bahwa beberapa orang suruhan Michael juga ikut memperketat penjagaan.Hal selanjutnya yang harus kulakukan adalah mencari keberadaannya di mansion yang besar dan luas ini. Namun, karena kupikir akan sangat mudah untuk mengeksekusinya dalam kesunyian, rencana yang terbaik adalah menunggu wanita itu di kamarnya."Hm, Aku tidak bisa berlama-lama di sini, Aku harus keluar agar
Chris menyeringai. Pandangannya beralih pada pria menawan yang tengah mengamati gerak-geriknya sedari tadi. Mereka berdua berada di ruang kerja Hilde di properti wanita itu. Chris yang baru saja datang itu langsung disambut oleh Michael yang memang sudah berada di sana sebelum ia datang."Dia ternyata memang tidak bisa diremehkan! Padahal berdasarkan informanku pria ini sudah datang ke properti ini dan tak menemukan apa yang dicarinya, tapi ternyata dia kembali ke sini! Dia sepertinya sedang berusaha menjebakku ... Ck, benar-benar merepotkan!" pikir Chris yang sejujurnya tidak menduga Michael akan kembali ke properti yang sudah ia kunjungi sebelumnya ini."Well, Tuan Chris Khiel, sedang apakah gerangan Anda berada di tempat ini? Saya sangat yakin ini bukanlah rumah Anda." Michael memulai pembicaraan setelah melihat pria playboy itu menyimpan kembali ponselnya di saku dalam blazer yang ia kenakan."Hm, sepertinya dia sudah tahu siapa Aku. Tidak aneh, dia pasti pernah melihatku bersama
Wendy yang sudah berada dalam mode siaganya itu tak langsung menyerang. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengamati pria itu untuk mengetahui siapa dia dan mempelajari celahnya.Gadis itu menyipitkan matanya, dan hal yang diketahuinya dari sosoknya hanya pria itu adalah orang yang bersama Michael ketika mereka hendak menjemput Hilde yang tengah bersenang-senang di sebuah kamar di resort tempat wanita itu mengadakan pesta.Pria itu melipat tangan di depan dada tanpa mengalihkan pandangannya pada wanita kecil yang wajahnya tertutup topeng itu. "Jadi, siapa Kau?" Dia mempertanyakan hal itu lagi karena hanya mendapat jawaban diam dari wanita itu."He~ Mengapa Kau diam? Haruskah Aku menebaknya saja?" ucapnya lagi.Ia perlahan bangkit dari tempat duduknya. Ia hanya berdiri tanpa berlaku apa-apa lagi seakan ia sedang menunggu wanita bertopeng di hadapannya.Namun, Wendy masih tetap tak mengatakan sepatah kata pun. Tetapi, melihat pergerakan itu, ia semakin waspada, bersiap jika pria itu t
Wendy yang baru saja berhasil melarikan diri dari properti Hilde yang dijaga dengan sangat ketat itu, dengan sigap langsung pergi menuju ke tempat yang jauh agar para penjaga itu tidak menemukannya. Bagaimana tidak? Informasi mengenai percobaan pembunuhan Hilde pasti sudah merebak di antara para penjaga dan sudah pasti pula mereka sedang mencari pelakunya. "Keh! Ternyata ini adalah jebakan! dalangnya sudah pasti si Michael brengsek! Keh! Sialan! Bajingan!" Wendy memaki detektif jenius yang memang merencanakan hal ini beberapa jam yang lalu. Wanita itu melepaskan topengnya dan melepaskan ikatan rambutnya sehingga kini rambut hitamnya benar-benar terurai dengan indah. BRAK! Ia lalu menginjak-injak topeng yang terbuat dari kayu itu hingga hancur menjadi serpihan-serpihan kecil. Tangannya yang bersarung tangan itu mengambil serpihan-serpihan itu seraya bergumam, "Hilangkan jejak! Aku yakin orang-orang itu tidak akan melepaskanku!" "Hah~ Tapi sial sekali Aku tidak sempat memung
"Em, bisa Kau katakan apa maksudnya itu?" ucap Wendy memastikan karena entah mengapa apa gang pria itu ucapkan sangatlah serius. "Kau masih ingat dengan peringatanku, bukan?" timpal Chris mempertanyakan hal yang selalu ia wanti-wantikan pada bawahannya itu. "Tentu saja! Mana pernah Aku mengabaikan peringatanmu," tegas Wendy meski sebenarnya perasaannya sendiri tidak yakin akan hal itu. Chris mendelik, dan memalingkan wajahnya dari wanita itu seakan merasa tidak puas dengan jawabannya. "Chris, sebenarnya apa maksudmu?" Wendy masih mendesak pria itu karena memang sungguh tak mengerti dengan responsnya. "Beberapa hari yang lalu Kau pergi bersama Martin kan? Mengapa Kau tidak langsung melaporkannya padaku? Mengapa Kau diam saja, hm?" Atmosfer pria itu semakin dingin sehingga membuat siapa pun yang berada di dekatnya bisa merasakan amarah yang begitu besar di baliknya. Wendy tersentak mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Ia memang tidak mengatakannya pada Chris karena masih mera